1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik Thailand-Kamboja Tak Terselesaikan dalam KTT ASEAN

8 Mei 2011

KTT ASEAN berakhir Minggu (08/05) di Jakarta. Dalam masalah konflik Thailand-Kamboja solusi tidak berhasil dicapai. Di samping itu sejumlah masalah lainnya juga dibicarakan.

https://p.dw.com/p/11BnE
An armed police officer stands guard outside the venue of the 18th ASEAN Summit in Jakarta, Indonesia, Wednesday, May 4, 2011. Indonesia is hosting the summit that will be held on May 7-8. (AP Photo/Tatan Syuflana)
Polisi menjaga lokasi penyelenggaraan KTTFoto: AP

Organisasi negara-negara Asia Tenggara ASEAN memberi lampu hijau atas keinginan Myanmar memimpin ASEAN pada tahun 2014. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan hal itu dalam sebuah konferensi pers usai penutupan KTT ASEAN di Jakarta Minggu malam.

Presiden mengatakan, “Para pemimpin ASEAN pada prinsipnya tidak berkeberatan untuk tukar menukar keketuaan seperti itu. Tetapi yang jelas Myanmar, yang juga menjadi perhatian dunia sekarang ini, diharapkan oleh ASEAN agar terus menjalankan proses demokratisasi dan rekonsiliasinya, dengan demikian ketika menjadi ketua tidak ada penglihatan yang negatif terhadap Myanmar. Dan tentu saja kita ketahui Myanmar baru saja melakukan pemilu juga seumlah langkah dalam proses demokratisasinya”

Tergantung Komitmen Myanmar

Meski demikian, dalam pernyataan Ketua ASEAN yang merupakan hasil dari KTT ASEAN tersebut, ditekankan bahwa pertimbangan terhadap proposal itu akan sangat bergantung pada komitmen Myanmar dalam menjalankan prinsip-prinsip ASEAN.

Myanmar seharusnya mendapat giliran menjadi ketua ASEAN di tahun 2005, namun jatah itu dibatalkan setelah munculnya tekanan internasional menyusul catatan pelanggaran HAM negara itu.

Keinginan Myanmar memimpin ASEAN disampaikan langsung oleh pemimpin junta militer jenderal Thein Sein, kepada Presiden Yudhoyono, sebelum pembukaan KTT ASEAN.

Sikap Indonesia

Menteri Luar negeri Marty Natalagawa menjelaskan sikap Indonesia. “Ada beberapa negara yang menyampaikan dukungannya secara terbuka, ada juga negara-negara seperti Indonesia yang menyatakan bahwa untuk hal ini masih harus ada proses yang harus dilalui. Karena itulah semangatnya, Indonesia selaku ketua ASEAN nanti akan diminta untuk mengadakan kunjungan ke Myanmar untuk bisa membuat satu analisa mengenai hal itu.”

Betapapun, sikap lunak ASEAN terhadap Myanmar ini nampaknya akan memicu kecaman dari kelompok-kelompok hak asasi yang sejak semula bereaksi keras terhadap rekor buruk HAM negara itu.

Konflik Perbatasan

Selain soal Myanmar, sorotan utama dalam KTT ASEAN kali ini adalah sengketa perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Dalam sebuah pernyataan tertulis, para pemimpin ASEAN sepakat mendorong proses penyelesaian sengketa secara damai dan mendukung inisiatif pemerintah Indonesia untuk mewujudkan hal itu.

Sejumlah pertemuan antar pejabat kedua negara telah diupayakan Indonesia, namun hingga KTT ASEAN berakhir, masalah ini masih mengalami jalan buntu. Betapapun, Menteri Luar Negeri Marty Natalagawa menolak pandangan itu.

Ia mengatakan, “Sebelum KTT ini kan, ada ancaman atau kemungkinan proses perundingan Kamboja-Thailand mengalami jalan buntu. Tapi justru melalui KTT ini semakin dipertegas, bahwa bagi proses diplomasi dan perundingan masih ada peluang yang terbuka. Dan Indonesia mengidentifikasi peluang-peluang tersebut dengan sekali lagi mencoba mempertemukan pandangan kedua pihak”

Pertemuan lanjutan antara menteri luar negeri Thailand dan Kamboja itu akan digelar hari Senin ini di Jakarta. Selain membahas dua persoalan utama tersebut, KTT ASEAN ke-18 ini juga membahas sejumlah kerjasama negara-negara Asia tenggara, menyangkut ketahanan pangan, energi dan penanggulangan bencana.


Zaki Amrullah

Editor: Marjory Linardy