1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kontaminasi Merkuri Pada Lampu Hemat Energi

17 Januari 2012

Secara bertahap mulai 2009 di Eropa dipacu penggunaan lampu hemat energi. Baru belakangan diketahui, lampu hemat energi ternyata mengandung logam berat merkuri yang amat beracun.

https://p.dw.com/p/13l0k
Foto: dpa

Langkah Komisi Uni Eropa, untuk mengganti lampu pijar konvensional yang boros energi, dengan lampu yang lebih efisien itu, mula-mula dipuji organisasi pelindung lingkungan. Tapi lampu hemat energi, jika sudah tidak berfungsi, harus dibuang sebagai sampah khusus, karena mengandung logam berat merkuri atau air raksa yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia.

Licht Lampen
Lampu pijar yang boros energi (depan) akan dilarang di Eropa, diganti lampu hemat energi (belakang)Foto: picture-alliance / Helga Lade Fotoagentur GmbH, Ger

Para politisi Eropa menilai, lampu hemat energi dapat memperlambat perubahan iklim, karena mengkonsumsi listrik lebih sedikit untuk pendar cahaya yang lebih cemerlang. Dengan begitu emisi karbon dioksidanya juga lebih kecil dibanding lampu pijar konvensional.

Lampu pijar konvensional hanya memiliki efisiensi sekitar 5 persen. Dalam arti, hanya 5 persen energi listrik yang diubah menjadi cahaya, sisanya sekitar 95 persen diubah menjadi panas.

Sisi negatif diabaikan

Sisi negatif lampu hemat energi, cukup lama tidak diangggap sebagai tema penting oleh organisasi pelindung lingkungan. Dipandang dari segi teknik, lampu hemat energi adalah sebuah varian yang canggih dari lampu tabung neon. Cahayanya terfokus dan hanya terbatas pada spektrum tertentu dari sinar matahari.

Juga getaran cahaya yang khas, seperti pada lampu tabung neon, tetap ada. Kedipan cahaya amat cepat itu, sejauh ini belum diketahui dampaknya pada tubuh manusia. Juga kenyataan, bahwa keawetan lampu hemat energi tidak sepanjang yang diiklankan, tidak menjadi tema penting bagi para politisi dan aktivis lingkungan.

Niklas Schinerl, Energiesprecher Greenpeace Österreich
Niklas SchinerlFoto: Greenpeace

Bahkan sebaliknya, sejumlah organisasi pelindung lingkungan juga memuji politik Uni Eropa, untuk memacu penggunaan lampu hemat energi. Pakar energi dari Greenpeace Austria, Niklas Schinerl mengungkapkan :“Lampu pijar, dari pandangan kami, adalah teknologi kuno yang harus ditarik dari pasar, digantikan sistem pencahayaan yang lebih efisien.“

Ambang batas aman terlalu tinggi

Komisi Uni Eropa mengizinkan ambang batas aman hingga lima miligram merkuri untuk tiap unit lampu hemat energi. Dengan itu, muncul ancaman pencemaran logam berat merkuri di rumah tangga, jika pemasarannya sudah meluas di seluruh anggota Uni Eropa. Sejak lama diketahui, logam berat merkuri dalam dosis kecil sekalipun amatlah beracun. Karena itu, lampu hemat energi yang sudah tidak berfungsi, harus dibuang sebagai sampah khusus.

Tapi kenyataannya, hanya sekitar 20 persen dari sampah khusus lampu hemat energi itu yang didaur ulang. Sebagian besarnya justru mendarat sebagai sampah rumah tangga. Dengan itu logam berat merkuri kembali memasuksi sirkulasi ekositem.

Georg Steinhauser, Strahlenphysiker am Atominstitut der TU Wien
Georg SteinhauserFoto: Georg Steinhauser

Ketetapan Komisi Uni Eropa terkait ambang batas aman kadar merkuri pada lampu hemat energi, merupakan skandal dan situasi tidak wajar. Demikian penilaian pakar fisika radiasi dari Lembaga Nuklir Universitas Teknik Wina, Austria, Georg Steinhauser.

“Saya melihat, terdapat kelemahan besar dalam aturan yang ada. Kelemahannya, kadar merkuri baru dapat diketahui setelah lampunya dihancurkan. Dengan dihancurkannya lampu, unsur gasnya juga menguap. Ini tidak disinggung dalam aturan. Artinya, disini ada kesalahan sistematis, dimana hasil analisa kemungkinan secara dramatis dimanipulasi”, tegasnya.

Hal itu seharusnya menarik perhatian para ilmuwan, kata Steinhauser. Disebutkan, ia akan segera mempublikasikan hasil penelitian ilmiahnya. Steinhauser menegaskan, baginya ambang batas aman merkuri sebesar lima miligram, atau bahkan hanya satu miligram, yang merupakan nilai minimal bagi lampu hemat energi agar dapat bercahaya, masih terlalu tinggi.

Perbandingan rasional

Kini dipertanyakan, apakah beban cemaran logam berat merkuri, masih rasional dibanding penghematan energi yang dijanjikan? Niklas Schinerl dari Greenpeace Austria paling tidak masih memperhitungan pengurangan emisi karbon dioksida sebesar 30 juta ton per tahunnya.

AKW, Atomkraftwerk, Kernenergie
6 PLTN di Eropa dapat ditutup, jika penggunaan lampu hemat energi sudah meluas.Foto: picture-alliance/dpa

“Perhitungan kami, sedikitnya enam PLTN dapat dinon-aktifkan, jika lampu hemat energi digunakan secara meluas. Itu tidak sedikit. Greenpeace juga tidak bahagia, karena ada peralatan rumah tangga, yang mengandung merkuri. Itu jelas“, katanya.

Akhir tahun 2012 lampu pijar konvensional tidak diizinkan lagi dijual di pasaran Uni Eropa. Artinya, zamannya lampu hemat energi yang mengandung logam berat merkuri semakin dimantapkan. Hasil evaluasi dampak beban cemarannya terhadap ekositem, sesuai ketentuan Uni Eropa baru dapat diketahui tahun 2014,

Alexander Musik/Agus Setiawan

Editor : Dyan Kostermans