1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konvoi Pengungsi Diserang Pemberontak Ukraina

19 Agustus 2014

Ukraina tuduh pemberontak pro Rusia bunuh belasan warga sipil, yang mengungsi dari bagian timur Ukraina, setelah pembicaraan krisis antara Kiev dan Moskow gagal hentikan bentrokan berdarah berbulan-bulan.

https://p.dw.com/p/1Cwui
Pertempuran berlangsung lama di Luhansk yang jadi markas kedua terbesar pemberontak. Misalnya 31 Juli 2014 (foto).Foto: picture-alliance/dpa

Militer Kiev mengatakan, pemberontak yang menggunakan senjata dari Rusia menembaki orang dewasa serta anak-anak dalam konvoi yang mengibarkan bendera warna putih, di jalan yang mengarah ke luar dari kota Luhansk. Dilaporkan belasan orang dari konvoi itu tewas.

Tuduhan dilontarkan setelah pembicaraan maraton di Berlin tidak menghasilkan kesepakatan tentang cara mengakhiri konflik, dan Presiden Petro Poroshenko mengatakan, Kiev terus melanjutkan upaya untuk mengalahkan pemberontak, setelah sukses mengambil alih beberapa kota dari kekuasaan pemberontak.

Warga sipil sengaja dijadikan sasaran?

Juru bicara bidang keamanan Ukraina Andriy Lysenko mengatakan, pemberontak sengaja menjadikan warga sipil sebagai sasaran. Padahal kendaraan yang mereka gunakan jelas ditandai sebagai kendaraan pengungsi. Ia menambahkan, jumlah tepatnya warga yang tewas belum diketahui.

"Konvoi menggunakan bendera berwarna putih, dan ditandai sebagai pengangkut warga sipil," demikian dinyatakan Lysenko. Kiev menduga, konvoi ditembaki mortir dan roket dari sistem roket Grad yang disuplai oleh Rusia. Lysenko menambahkan, "Kami meminta agar semua video yang merekam peristiwa tersebut tidak dipublikasikan, karena menunjukkan kekejaman."

Deutschland Russland Krisentreffen in Berlin Steinmeier
Menlu Ukraina Klimkin, Menlu Perancis Fabius, Menlu Jerman Steinmeier dan Menlu Rusia Lavrov (kiri ke kanan)Foto: Reuters

AS mengecam "keras" serangan atas konvoi tersebut, demikian dinyatakan juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf di Washington. "Semua pihak harus mengadakan penjagaan untuk menjaga keamanan orang tak bersalah," demikian Harf sambil menambahkan, "Kami tidak bisa mengkonfirmasikan laporan, siapa yang bertanggungjawab atas penembakan dan peluncuran roket," ditambahkannya.

Tidak ada gencatan senjata

Luhansk adalah salah satu kota yang dikuasai pemberontak, dan selama ini paling menderita akibat pertempuran. Aliran air dan listrik diputus lebih dari dua pekan lalu, dan bahan pangan semakin sulit diperoleh. Pimpinan pemberontak di daerah Donetsk, Alexander Zakharchenko, menampik tuduhan serangan apapun terhadap warga sipil, dan menuduh tentara Ukraina yang melaksanakan serangan. Itu disampaikannya kepada wartawan.

Pertemuan lima jam di Berlin antara menteri luar negeri Ukraina, Rusia, Perancis dan Jerman hari Minggu (17/08) berakhir tanpa mencapai kesepakatan apapun tentang bagaimana mengakhiri konflik yang sudah berjalan lebih dari empat bulan. Sejauh ini tercatat 2100 tewas, dan seluruh kawasan konflik menghadapi bencana kemanusiaan.

Moskow menuntut tentara pemerintah Ukraina menghentikan serangan terhadap markas pemberontak. Sedangkan Kiev menuduh Russia mengirimkan lebih banyak senjata untuk menyokong pemberontak.

Menteri Luar Negeri Russia Lavrov mengeluh, "Kami tidak bisa melaporkan hasil positif" dari pembicaraan dengan mitra perundingannya, yaitu Menteri Luar Negeri Ukraina Pavlo Klimkin, Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius dan Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier.

Sementara Klimkin mengatakan, Russia tidak bersedia mengakui pemasokan senjata bagi pemberontak. Ia menambahkan Kiev kini menanti kunjungan dari Kanselir Jerman Angela Merkel, Sabtu (23/08), sehari sebelum Ukraina merayakan hari kemerdekaan.

Pemimpin pemberontak Zakharchenko mengatakan pekan lalu, pihaknya mendapat bantuan dari Rusia, berupa 1200 pejuang yang dilatih di Rusia dan sejumlah senjata, termasuk tank. Namun pernyataan pemberontak tersebut segera ditampik Moskow, yang menyatakan tidak memberikan bantuan apapun.

ml/vlz (afp, ap)