1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Revaksinasi Korban Vaksin Palsu Dimulai di Jakarta

18 Juli 2016

Beberapa Puskesmas di Jakarta mulai memberi pelayanan vaksinasi ulang terhadap anak yang pernah menerima vaksin palsu. Presiden Jokowi meminta masyarakat tetap tenang dan memerintahkan pengusutan tuntas.

https://p.dw.com/p/1JQtV
China Impfungen in Shanghai
Foto: picture-alliance/dpa/W. Yadong

Tahap pertama vaksinasi ulang terhadap anak-anak yang mendapat vaksin palsu antara lain berlangsung di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Ciracas, Jakarta Timur, mulai Senin (18/07). Kegiatan itu sempat disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo, didampingi Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek.

Selain di Puskesmas Ciracas, ada dua klinik lain yang juga menyelenggarakan vaksinasi ulang, yaitu Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Sayang Bunda, di Bekasi.

Di Puskesmas Ciracas, hadir 26 anak dari seluruhnya 197 anak yang akan divaksinasi ulang. Kegiatan vaksinasi ulang diawali dengan pemeriksaan kesehatan oleh dokter spesialis anak.

Presiden Joko Widodo minta publik agar tetap tenang, karena penelitian dan penyidikan kasus vaksin palsu akan memakan waktu lama.

"Saya ingin masyarakat tetap tenang, karena ini menyangkut waktu yang lama, kata Presiden Jokowi di Puskesmas Kecamatan Ciracas.

"Perlu kehati-hatian, perlu penelusuran dalam waktu yang panjang. Sehingga yang benar-benar dirugikan nanti akan terdata," sambungnya.

Sindikat pemalsu vaksin diketahui menggunakan botol-botol vaksin curian untuk mengemas vaksin sehingga kelihatan seperti produk impor dari perusahaan farmasi ternama GlaxoSmithKline atau Sanofi.

Symbolbild Grippeimpfung
Pejabat kesehatan sudah mengetahui keberadaan vaksin palsu sudah sejak 2013Foto: picture-alliance/dpa/F. von Erichsen

Kelompok itu menawarkan vaksin palsu untuk hepatitis B, difteri, tetanus dan batuk reja. Sedikitnya 14 rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan di Jakarta dan lain di pulau Jawa diketahui menggunakan vaksin palsu itu.

Menurut para pejabat kesehatan, vaksin palsu itu mengandung antibiotik gentamisin dan tidak langsung berbahaya bagi kesehatan pasien. Kepolisian masih menyelidiki seberapa luas penyebaran vaksin palsu itu ke seluruh Indonesia. Polisi telah mengidentifikasi setidaknya 197 anak yang mendaüpat vaksin palsu dan kini diprogramkan untuk mendapat vaksinasi ulang.

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan kepada kantor berita Reuters, pejabat otoritas kesehatan sudah mengetahui adanya vaksin palsu sejak tahun 2013, tapi dia menolak untuk mengatakan mengapa tindakan tidak diambil pada saat itu.

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan perombakan lembaga pemantauan obat dan pengusutan tuntas kasus ini. Kasus pemalsuan vaksin ini bisa menjadi momentum untuk membenahi tata kelola industri obat di Indonesia, katanya.

"Ini sebuah momentum untuk memperbaiki tata kelola distribusi menyangkut industri farmasi, termasuk vaksin," kata Jokowi.

Presiden memerintahkan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian dan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Ari Dono terus membongkar jaringan bisnis vaksin palsu.

Penyidik Bareskrim Polri sejauh ini sudah menetapkan 20 orang sebagai tersangka kasus vaksin palsu. Mereka sudah ditangkap dan memiliki berbagai macam profesi, termasuk pembuat obat, apoteker, dokter dan perawat.

hp/rn (rtr,dpa)