1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

080210 Nord- und Südkorea Tourismus

8 Februari 2010

Antara kedua negara yang saling bermusuhan digarap satu proyek wisata, yang menawarkan kemungkinan warga Korea Selatan mengunjungi beberapa tempat di Korea Utara.

https://p.dw.com/p/LvrC
Kaesong, kota industri di Korea Utara yang dibuka bagi turis asing sejak tahun 1998Foto: AP

Ho Yeol Yoo, guru besar studi Korea Utara di Universitas terkemuka Korea Selatan mengatakan, "Korea Utara sangat memerlukan uang tunai. Sebagian dari biaya masuk yang dibayar turis Korea Selatan akan mengalir langsung ke kas negara. Itulah yang mendasari, mengapa Korea Utara sangat berminat untuk melakukan kembali dialog. Dan itu juga merupakan alasan, mengapa Korea Utara mengubah sikapnya terhadap Korea Selatan. Saya pikir dalam pembicaraan di Kaesong akan dapat dicapai beberapa hasil."

Kota tua Kaesong dan wilayah pegunungan Kumgang merupakan tempat tujuan wisata yang dibuka bagi warga Korea Selatan dan wisatawan asing sejak tahun 1998. Pada tahun 2008, seorang tentara penjaga perbatasan Korea Utara menembak seorang wisatawan Korea Selatan, karena katanya setelah beberapa kali diperingatkan, terus memasuki kawasan yang terlarang. Kemudian pemerintah Korea Selatan memerintahkan untuk menghentikan kunjungan ke wilayah tersebut.

Selama sepuluh tahun, secara keseluruhan tercatat sekitar 1, 9 juta wisatawan yang menghasilkan uang sebesar 350 juta Euro bagi Korea Utara. Dalam pembicaraan yang dilakukan saat ini, dibahas mengenai masalah keamanan. Prof. Ho Yeol Yoo menambahkan, "Kami menghendaki agar Korea Utara menyetujui peningkatan pengamanan, seperti yang lazim di dunia internasional. Pertemuan di Kaesong bagi Korea Selatan sangat penting, untuk melihat apakah Korea Utara benar-benar mengubah kebijakannya. Hanya dengan demikian dapat dilakukan pembicaaan, untuk kembali menggalakkan kegiatan wisata dikawasan ini."

Prof. Yoo merasa yakin, secara ekonomis Korea Utara terpaksa melakukan langkah pertama pendekatan terhadap Korea Selatan. Ditambahkannya, "Peningkatan sanksi internasional relatif efektif, dan mendorong Korea Utara mengubah prinsip politiknya."

Setelah uji coba atom Korea Utara ke dua, bulan Mei 2008 lalu. PBB meningkatkan sanksi, dan mencegah kemungkinan Korea Utara melakukan perdagangan senjata. Korea Utara melakukan pembaruan mata uang akhir tahun 2009 lalu, sebagai upaya untuk memulihkan kondisi ekonomi yang semakin ambruk. Mengenainya Prof Yoo berkomentar, "Lebih dari dua bulan lalu, kebijakan pembaruan itu tidak memberikan hasil. Dengan demikian situasi ekonomi Korea Utara semakin memburuk."

Meskipun tidak terdapat bentuk perlawanan yang terorganisir di Korea Utara, pengawasan totaliter yang dilakukan rejim penguasa harus diperlonggar. Beberapa pasar lokal kembali dibuka. Disamping pembicaraan bilateral antara Korea Utara dan Selatan, saat ini di Pyongyang juga dilakukan pembicaraan antara politisi tingkat tinggi Cina dan Korea Utara. Cina menghendaki agar Korea Utara kembali melakukan perundingan enam negara, membahas kawasan zona bebas senjata atom di semenanjung Korea.

Peter Kujath/Asril Ridwan

Editor: Dyan Kostermans