1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Ingin Contoh Vietnam

Rodion Ebbighausen10 Januari 2013

Pimpinan Korut Kim Jong Un dalam pidato pergantian tahun mengumumkan perubahan radikal di negaranya. Ekonomi akan dimodernisasi seperti model Vietnam. Apa ini bisa berfungsi?

https://p.dw.com/p/17H0r
Pemimpin Korut Kim Jong Un memberi pidato tahun baru
Pemimpin Korut Kim Jong Un memberi pidato tahun baruFoto: dapd

Pidato tahun baru Kim Jong Un mengejutkan banyak pihak, karena ia menyatakan akan ada ”perubahan radikal”. Ia ingin Korea Utara berkembang menjadi ”raksasa ekonomi”. Tapi bagi pengamat politik Werner Pfennig dari Institut Studi Korea di Berlin, pernyataan ini bukan suatu kejutan. Karena sejak Kim Jong Un mengambil alih tampuk kepemimpinan tahun 2012, sudah banyak perubahan terjadi di Korea Utara. Karena itu, pernyataan pemimpin Korea Utara ini sebaiknya ”ditanggapi dengan serius”, demikian Pfennig.

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ) baru-baru ini memberitakan, pidato Kim bukan hanya slogan kosong saja. Harian itu mengutip tim ahli ekonomi Jerman yang tidak disebut namanya dan bekerja sebagai penasehat Korea Utara dalam upaya melakukan reformasi. Menurut para ahli ekonomi, beberapa pembaruan akan mulai diterapkan dalam tahun ini juga. Yang jadi model pembaruan ekonomi adalah Vietnam.

Keunggulan Model Vietnam

”Jika Korea Utara perlu orientasi, yang pas memang Vietnam”, kata ahli Korea Werner Pfennig kepada Deutsche Welle. Cina tidak dapat dijadikan acuan. ”Model kawasan ekonomi khusus seperti di Cina tidak akan berhasil di Korea Utara”. Selain itu, Korea Utara tidak percaya pada sistem komunis tetangga besarnya yang sangat berkuasa itu. ”Kalau delegasi Korea Utara berkunjung ke Cina, mereka berpikir mereka ada di barat.”

Dari sudut pandang Korea Utara, Vietnam adalah alternatif yang lebih baik. Yang penting bagi Korut adalah hubungan antara keterbukaan dan pengawasan. ”Korea Utara percaya, Vietnam menjalankan politik ekonomi dan bekerjasama dengan luar negeri sedemikian rupa, tanpa kehilangan pengawasan sepenuhnya. Ini membuat Vietnam jadi atraktif bagi Korea Utara.”

Ada hal lain yang membuat Vietnam menarik bagi Korut. Tahun 1970an, Vietnam mengalahkan Amerika Serikat dalam perang dan berhasil menyatukan Vietnam Utara dan Selatan. Selain itu, tetap ”mempertahankan kemandiriannya, juga terhadap Cina dan punya sosok pemimpin yang karismatik.” Sampai sekarang, warga Vietnam menghormati pemimpin revoluisi Ho Chi Minh yang meninggal tahun 1969.

Kebangkitan Vietnam

Setelah Blok Timur di Eropa runtuh tahun 1989, negara-negara sosialis punya perkembangan yang berbeda-beda. Vietnam memutuskan untuk melakukan pembaruan politik dan ekonomi secara menyeluruh. Negara itu mengganti sistem ekonomi terencana yang dikendalikan dari pusat dengan sistem ekonomi yang memberi warganya lebih banyak kebebasan seperti di Cina.

Pengamat Asia Gerhard Will dari Stiftung Wissenschaft und Politik (SWP) di Berlin menerangkan, model Vietnam terutama beranjak dari dua langkah pembangunan. Langkah pertama, ekonomi swasta mulai diijinkan, pertama-tama dalam bidang pertanian, kemudian diijinkan mendirikan perusahaan keluarga, dan akhirnya perusahaan besar. Langkah kedua adalah membuka diri pada ke pasar global. Dengan itu, banyak investasi asing yang masuk ke Vietnam. ”Pimpinan komunis di Vietnam lebih jeli melihat peluang internasional dan lebih berpikir secara ekonomis ketimbang Korea Utara.” Akibatnya, pertumbuhan ekonomi di Vietnam naik sampai 10 persen pada tahun 90an. Vietnam bangkit menjadi pengekspor beras kedua terbesar dunia.

Radikalisasi Korea Utara

Di Korea Utara perkembangannya lain. Setelah 1989, negara itu berpegang pada sistem stalinisme dan menjadi makin radikal. Korut mengandalkan kekuatan militer dan mengancam dengan senjata nuklir. Melalui program senjata atom, Korut berusaha memeras masyarakat internasional, bahkan dengan kehancurannya sendiri. ”Bagi negara-negara tetangga, keruntuhan rejim Korea Utara adalah ancaman lebih besar daripada program atomnya,” demikian Gerhard Will. Cina dan Korea Selatan misalnya takut kebanjiran ratusan ribu pengungsi kelaparan dari Korea Utara, yang berpenduduk 24 juta orang.

Karena politik isolasi yang diterapkannya, ekonomi Korea Utara tahun 1990an mengalami kelumpuhan. Tanpa barang bantuan dari Cina dan Rusia, sektor pertanian tidak mampu memproduksi bahan makanan yang cukup. Karena tidak ada bahan bakar untuk mesin-mesin pertanian. Antara tahun 1994 dan 1999 kebijakan rejim Korea Utara menyebabkan bencana kelaparan luas. Diperkirakan antara 600.000 sampai 1 juta orang tewas dalam bencana kelaparan itu.

Perspektif Ekonomi Korea Utara

Apakah Korea Utara bisa menerapkan model ekonomi Vietnam? Pengamat Asia Gerhard Will dan Werner Pfennig pesimis. Karena berbagai prasyarat untuk reformasi di Korea Utara “masih jauh lebih kecil daripada di Vietnam atau Cina”, kata Will. Sedangkan Pfennig menambahkan: “Tidak ada basis pertanian di Korea Utara, seperti yang muncul di Cina dan Vietnam”.

Perbedaan lain adalah isolasi negara itu. Korea Utara tidak punya mitra internasional. Will menekankan, dibandingkan dengan Cina dan Vietnam, Korut tidak punya banyak warga negara di luar negeri yang bisa dijadikan basis. ”Warga Cina dan Vietnam yang ada di luar negeri yang dulu menjadi penghubung ke pasar internasional pada fase-fase awal reformasi.”

Menurut Pfennig, sudah ada contoh dalam negeri di Korea Utara yang bisa dijadikan model. Misalnya zona ekonomi khusus di Kaesong. Di sini, sekitar 50.000 pekerja Korea Utara bekerja di bawah manajemen dari Korea Selatan. Proyek ini ternyata cukup berhasil.