1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korut Tuntut Sanksi PBB Dicabut

18 April 2013

Korea Utara menyampaikan beberapa prasyarat untuk dialog dengan Washington dan Seoul. Pyongyang menuntut semua sanksi PBB dicabut sebelum ada perundigan.

https://p.dw.com/p/18ITA
Kim Jong-un (C), visiting a mausoleum for his deceased father and grandfather in Pyongyang, 15 April 2013. EPA/KCNA SOUTH KOREA OUT NO SALES +++(c) dpa - Bildfunk+++ ****FREI FÜR SOCIAL MEDIA***
Kim Jong Un dan militer KorutFoto: picture-alliance/dpa

Korea Utara hari Kamis (18/04) menyebutkan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pihaknya bersedia melakukan dialog dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat. Manuver militer Korsel dan AS harus segera dihentikan dan semua sanksi PBB harus diakhiri.

Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara dalam sebuah pernyataan menuntut pencabutan sanksi PBB. Jika itu tidak dilakukan, tidak akan ada perundingan dengan para musuh. Selain itu, Pyaongyang menuntut semua latihan militer dihentikan. ”Jika para musuh di Amerika Serikat dan di Selatan benar-benar ingin dialog dan perundingan, mereka harus melakukan langkah itu”, demikian disebutkan.

Selain itu, Amerika Serikat dan Korea Selatan harus menghentikan semua langkah provokasi dan menjamin, bahwa mereka tidak mempersiapkan perang nuklir terhadap Korea Utara. Pernyataan tersebut disiarkan oleh kantor berita resmi Korut, KCNA. Komisi Pertahanan Nasional adalah salah satu lembaga pengambilan keputusan terpenting di Pyongyang.

Korsel Tolak Prasyarat

Jurubicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Cho Tai Young menyebut prasyarat yang diajukan Pyongynang sebagai sesuatu yang absurd. ”Kami mendesak Korea Utara untuk berhenti membuat tuntutan-tuntutan yang tidak masuk akal dan mulai bekerjasama dengan komunitas internasional”, kata Cho dalam sebuah konferensi pers.

Sebelumnya Amerika Serikat dan Korsel menuntut agar Utara Korut melakukan langkah denuklirisasi. Setelah itu bisa dilakukan perundingan mengenai bantuan ekonomi dan masalah keamanan. Pyongyang menolak hal itu.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Presiden Korea Selatan Park Geun Hye sebelumnya sudah menawarkan dialog kepada Korea Utara. Syaratnya, Korut harus menunjukkan langkah jelas untuk meredam konflik dan ”memenuhi kewajiban internasionalnya”. Korea Utara hari Selasa (16/04) menolak tawaran dialog itu dan menyatakan bahwa Pyongyang tidak akan memulai ”pembicaraan yang merendahkan” dengan AS. Bersamaan dengan itu, Korut mengeluarkan ancaman akan menyerang Korsel tanpa peringatan lebih dulu.

Sejak berminggu-minggu Pyongyang mengeluarkan ancaman terhadap AS, Korsel dan Jepang. PBB memperketat sanksi setelah rejim Korea Utara melaksanakan ujicoba nuklir bulan Februari lalu.

Cina Makin Kesal

Cina menegaskan lagi sanksi PBB terhadap Korea Utara. ”Kami akan mematuhi Resolusi PBB dan akan melaksanakan semua kewajiban internasional yang berkaitan dengan resolusi itu,” kata seorang jurubicara Kementerian Luar Negeri Cina kepada kantor berita Xinhua.

Cina adalah mitra tradisional Korea Utara. Tapi Cina juga mengecam ujicoba nuklir yang dilakukan Korea Utara dan akhirnya menyetujui sanksi yang diputuskan oleh Dewan Keamanan PBB. Langkah ini dinilai pengamat sebagai tanda kekecewaan besar Cina terhadap penguasa Korea Utara, Kim Jong Un.

Sekjen PBB Ban Ki Moon mendesak Korea Utara agar secara serius mempertimbangkan perundingan. ”Saya mendesak pimpinan Korea Utara agar mengubah haluan politiknya dan kembali ke meja perundingan”. Sanksi terbaru PBB terhadap Korea Utara meliputi sanksi terhadap perbankan dan perdagangan.

HP/AB (dpa, afp, rtr)