1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Tutup Kawasan Industri Kaesong

3 April 2013

Para pekerja dari Korea Selatan dilarang masuk ke kawasan industri Kaesong di Korea Utara. Amerika Serikat pertegas kesiapan membantu Korea Selatan jika terjadi serangan.

https://p.dw.com/p/188Yz
South Korean trucks were banned from entering the Kaesong industrial complex in North Korea, April 3, 2013.
Blokade KaesongFoto: Reuters

Rejim Korut sudah beberapa kali mengancam akan menutup kawasan industri Kaesong. Tapi selama ini, pabrik-pabrik di kawasan itu tetap bekerja. Kawasan industri yang dikelola bersama oleh Korut dan Korsel itu merupakan sumber devisa penting bagi rejim di Pyongyang.

Hari Rabu (03/04/13) para manajer, pekerja dan truk-truk yang datang dari Korea Selatan dilarang masuk ke Kaesong. Pyongyang menyebutkan, semua pekerja dari Korsel tidak bisa lagi melewati perbatasan.

Sekitar 860 pekerja yang masih berada di Kaesong diijinkan untuk meninggalkan teritorial Korea Utara. Masih belum jelas, berapa lama kawasan industri Kaesong ditutup. Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan Jin menegaskan, pihaknya menjamin keamanan semua warganya. Jika situasinya menjadi sangat berbahaya, tidak tertutup kemungkinan dilakukan operasi militer untuk penyelamatan.

Kawasan industri Kaesong terletak di Korea Utara, sekitar 10 kilometer dari perbatasan ke Korea Selatan. Kawasan itu dibuka tahun 2004 sebagai proyek industri bergengsi antara kedua negara.

Lebih 120 perusahaan Korea Selatan membangun pabrik di Kaesong. Sekitar 53.000 warga Korea Utara bekerja di kawasan industri itu. Kaesong adalah satu-satunya proyek kerjasama ekonomi antara utara dan selatan yang masih berjalan. Selain itu, Kaesong merupakan sumber devisa penting bagi Korea Utara.

AS Pertegas Dukungan Terhadap Korsel

Dengan penutupan Kaesong, ketegangan di semenanjung Korea meningkat. Konflik itu kembali mencuat setelah Korea Utara bulan Februari lalu melakukan ujicoba nuklir. PBB kemudian memperketat sanksi ekonomi. Hari Sabtu (30/03), pemimpin Korut Kim Jong Un bahkan menyatakan ”situasi perang” dengan Korsel. Sebelumnya, Korut sudah mengancam akan melakukan serangan atom ke Amerika Serikat.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menegaskan lagi kesiapan negaranya mempertahankan diri dan membantu Korea Selatan. Dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Korsel Yun Byung Se di Washington, Kerry mengatakan, ”Amerika Serikat akan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk mempertahankan diri sendiri dan Korea Selatan”.

Kerry menyerukan pada Korea Utara agar kembali ke meja perundingan. Hanya dengan cara itu, Korut bisa membebaskan diri dari isolasi internasional. Mengantisipasi ancaman dari Korea Utara, Amerika Serikat sudah mengirim dua kapal perang ke kawasan konflik.

Korea Utara, hari Selasa (02/04), mengumumkan akan mengaktifkan kembali reaktor nuklir Yongbyon. Pimpinan Korut Kim Jong Un menyebut senjata atom sebagai jaminan kedaulatan dan kemakmuran negaranya. Reaktor nuklir Yongbyon akan diaktifkan lagi untuk ”memperkuat persenjataan atom secara kualitatif dan kuantitatif”.

Cina menyatakan khawatir dengan perkembangan di semenanjung Korea dan menyerukan semua pihak agar tetap tenang dan menahan diri. Juru bicara Departemen Luar Negeri Cina Hong Lei mengatakan kepada wartawan, ”Cina mendesak semua pihak agar tidak mengambil langkah provokatif yang bisa memperburuk situasi”.

HP/YF (rtr, afp, dpa)