1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korut Ancam Lancarkan "Tindakan Fisik"

11 Juli 2016

Korea Utara mengancam melakukan "tindakan fisik" setelah pemerintah di Washington dan Seoul mengumumkan akan mengerahkan sistem pertahanan anti-rudal AS yang canggih untuk mengantisipasi ancaman Pyongyang.

https://p.dw.com/p/1JMly
US Raketenabwehrsystem THAAD
Foto: Reuters/U.S. Department of Defense/Missile Defense Agency

Sistem pertahanan anti-rudal AS-Korsel itu disebutkan dibangun guna menghadapi ancaman rudal dan senjata pemusnah massal Korea Utara. Pemerintah Korea Selatan dan Amerika Serikat mengungkapkan keputusan mereka untuk menerapkan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) tersebut di Korea Selatan, menyusul rangkaian uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini. Sistem THAAD akan mampu mendeteksi dan menjatuhkan misil Korut.

Kedua negara yang bersekutu itu belum mengungkapkan secara pasti kapan dan di mana sistem untuk menangkal dan menghancurkan rudal musuh dari utara akan dipasang. Tetapi Seou dan Washington mengklaim sudah berada di tahap akhir dalam memilih tempat potensial untuk meluncurkannya.

Korut bereaksi ancam perang

Menanggapi rencana negara tetangganya di selatan itu, Pyongyang mengumunkan keputusan berbau propaganda: "Korea Utara akan mengambil tindakan secara fisik untuk benar-benar mengatasi sistem THAAD itu begitu lokasinya dikonfirmasi di Korea Selatan," demikian dikatakan seorang pejabat biro artileri militer Korut dalam sebuah pernyataan yang dikutip kantor berita KCNA.

Korut Ancam Perang kepada Korsel

Militer Korea Utara akan mengambil "langkah-langkah yang sesuai—tanpa ampun dan lebih kuat dalam melawan AS yang dianggap telah menyalakan api peperangan dengan mengerahkan THAAD", kata pejabat itu.

Korut juga memperingatkan Korea Selatan akan terjadinya "kesengsaraan penghancuran diri" sebagai konsekuensi dari aplikasi sistem THAAD.

"Kami sekali lagi memperingatkan musuh bahwa akan ada serangan balasan tanpa ampun yang akan membuat Korea Selatan menjadi lautan api dan puing-puing setelah perintah dikeluarkan," demikian ungkap pernyataan itu.

Korsel kecam "ancaman konyol" Korut

Di pihak lain, Seoul mengecam "ancaman konyol" dari Korea Utara, yang melakukan provokasi serius dengan menggelar ujji coba nuklir pada bulan Januari dan rangkaian peluncuran roket jarak jauh pada bulan Februari.

"Korea Utara harus mengakui bahwa pihaknya telah mengancam perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan meminta maaf atas provokasi tersebut", kata jurubicara kementerian pertahanan Korsel, Moon Sang-Gyun kepada wartawan.

Pyongyang meluncurkan rudal balistik hari Sabtu (09/07), sehari setelah pengumuman Seoul dan Washington. Tindakan itu segera memicu kecaman internasional. Namun uji coba menembakkan misil balistik dari kapal selam tersebut tampaknya gagal sesaat setelah peluncuran. Kantor berita Korea Selatan, Yonhap menyebutkan misil itu menyala, tetapi meledak setelah mencapai ketinggian 10 kilometer di udara.

Sebelumnya Korut juga meluncurkan tes uji coba rudal jarak menengah terbaru pada tanggal 22 Juni – yang secara teoritis mampu mencapai pangkalan AS di Guam.

Ketegangan makin tinggi

Ketegangan terus memuncaki setelah pemerinta di Pyongyang melakukan uji coba nuklirnya yang keempat pada bulan Januari 2016, dengan diikuti oleh serangkaian peluncuran rudal yang disebut-sebut mampu dimuati hulu ledak nuklir. Analis memperkirakan Korea Utara mampu membuat kemajuan dengan misilnya, dan bisa menyerang daratan AS.

Sementara itu, sistem anti-rudal Korsel-AS THAAD itu juga memicu kemarahan negara-negara tetangga Korea Selatan, termasuk Cina, yang mengatakan langkah itu akan "secara serius merusak" keamanan regional di timur laut Asia.

Namun Presiden Korea Selatan, Park Geun-Hye membela tindakan itu sebagai aksi "defensif murni" dalam melindungi rakyat Korea Selatan. "Masyarakat internasional akan menyadari bahwa kami tidak punya niat untuk mengancam negara lain ... kita mengambil tindakan defensif murni untuk melindungi negara dan rakyat kami," kata Park dalam pertemuan dengan penasihat.

Aksi protes

Pada hari Sabtu, sekitar 3.500 warga dari wilayah Chilgok di tenggara memprotes kemungkinan penempatan sistem anti rudal di daerahnya, dengan mengatakan wilayah tersebut belum dikembangkan dengan baik sejak pasukan AS ditempatkan di sana pada tahun 1960.

Hampir 30.000 tentara AS secara permanen ditempatkan di Korea Selatan – sebagai kelanjutan dari Perang Korea tahun 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Sementara itu, sekitar 3.000 warga di daerah Eumseong pada hari Senin (11/07) menggelar aksi pawai memprotes kurangnya informasi yang bagi masyarakat setempat, tentang potensi bahaya yang ditimbulkan dari sistem pertahanan anti- rudal itu dan dampaknya pada perekonomian lokal.

ap/as (ap/rtr)