1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Utopia Wujud Impian Kota Masa Depan Hijau

Marina Strauss
23 Agustus 2022

Utopia kota masa depan dari desainer grafis Jan Kamensky adalah lebih banyak jalan sepeda dan lahan terbuka hijau. Sekarang itu baru tercapai dalam bentuk animasi.

https://p.dw.com/p/482Aq
Foto ilustrasI jalanan kota Berlin, Jerman
Foto ilustrasI jalanan kota Berlin, JermanFoto: Christophe Gateau/dpa/picture alliance

Lapangan Holstenplatz di kota Hamburg di utara Jerman, bisa terlihat cantik di masa depan. Tanpa mobil sama sekali. Ada banyak area hijau. Ibaratnya firdaus bagi pesepeda dan pejalan kaki.

Sekarang kenyataannya masih jauh berbeda. Dan ini membebani pikiran desainer grafis Jan Kamensky. Ia ingin agar ada sesuatu yang berubah total di jalanan. Oleh sebab itu, ia menciptakan sejumlah utopia. 

"Proyek ini diawali ketika pandemi Corona mulai merebak,“ kata Jan Kamensky. “Saya melihat ke sekeliling dan berpikir, saya tidak ingin menunggu lebih lama lagi sampai perubahan yang sangat dibutuhkan ini terjadi, melainkan ingin memberikan kontribusi sendiri.“ Kemudian dia sadar, sebagai perancang visual, dia bisa membuat animasi impian wujud kota ideal masa depan.

Animasi kota metropolitan masa depan

Ide Jan Kamenksy adalah: mengubah jalan-jalan kelabu dan lapangan-lapangan kelam di seluruh dunia, setidaknya dalam bentuk animasi. Juga di New York, AS, di ibukota Belgia, Brüssel atau di ibukota Jerman, Berlin.  

Selain itu, ia merilis kanal-kanal sendiri di media sosial dengan nama "Utopia for Byciclists". Menurut Kamensky, harus ada lebih banyak tempat untuk sepeda dan pesepeda, agar kecerdasan kendaraan sepeda bisa lebih digunakan. “Sepeda melepas emisi sangat sedikit. Selain itu, hanya butuh sedikit tempat dibanding kendaraan lainnya, dan bisa digunakan untuk berbagai hal."

Di Belanda, utopia Jan Kamensky sebagian sudah jadi realita. Misalnya di kota keempat terbesar, Utrecht. Di sini, 125.000 orang, atau lebih dari sepertiga penduduknya, menggunakan sepeda setiap hari, walaupun cuaca buruk.

Itu membuat Chris Bruntlett sangat senang. Pakar komunikasi itu bekerja pada Dutch Cycling Embassy, atau kedutaan pesepeda Belanda. Ini adalah sebuah jaringan, yang mendorong orang agar semakin banyak warga bersepeda. Ia terutama paling suka bersepeda di "Vredenburg", jalan pesepeda yang paling banyak digunakan di Belanda. Sekitar 33.000 pesepeda menggunakan jalanan itu setiap hari. Dulu, ini adalah jalanan mobil dengan beberapa jalur, dan sangat banyak digunakan kendaraan bermotor.

Bersepeda hanya bagi yang merasa fit

"Sayangnya, di banyak kota, bersepeda masih jadi pilihan bagi orang yang merasa fit, berani dan bersedia mengambil risiko,“ kata Bruntlett, dan menambahkan, “Orang-orang yang bersedia melaju di samping kendaraan bermotor.“

Tapi mayoritas orang tidak seperti itu. Sebagian besar orang tidak ingin terlalu berkonsentrasi saat bersepeda, dan lebih menikmati perjalanannya. Kalau jalan sepeda yang terpisah dari jalanan mobil bisa dibuat, pasti lebih banyak orang akan berminat, begitu pendapat Bruntlett. “Lebih banyak perempuan, anak-anak, juga lansia dan kaum disabilitas mengendarai sepeda." 

Sekarang Belanda juga terkenal dengan solusi pragmatis bagi pesepeda, sehingga negara itu juga ramah bagi pesepeda. Seorang pesepeda perempuan berkata, untuk bepergian di dalam kota lebih nyaman naik sepeda, lebih cepat dan lebih menyenangkan.

Itu masih jadi impian Jan Kamensky bagi kota Hamburg. Sekarang, dia sedikitnya ingin memulai perdebatan tentang itu. "Karena saya mendesak, saya menawarkan kemungkinan untuk berdiskusi.“ Ia berharap, impiannya tidak akan sekedar jadi utopia saja. Dan bukan kota kelahirannya saja yang akan jadi firdaus bagi pesepeda. Melainkan juga kota lain seperti Paris, yang sampai sekarang utopianya hanya bisa ia gambarkan dalam animasi visual buatannya. (ml/as)