1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kota Misrata Masih Diperebutkan

24 April 2011

Pasukan Gaddafi menarik diri dari pusat kota Misrata. Namun di berbagai lokasi di luar kota masih terjadi pertempuran hebat antara pemberontak dan pasukan pendukung Gaddafi.

https://p.dw.com/p/RK0R
Pemberontak penentang Gaddafi di MisrataFoto: AP

Pada tengah malam menjelang Minggu (24/1) NATO melanjutkan serangan udaranya terhadap pasukan penguasa Libya Muammar al-Gaddafi. Sementara itu di Benghazi, dengan lambaian lautan bendera, penduduk mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada negara-negara anggota NATO bagi dukungannya melalui serangan udara. Benghazi adalah kota pusat perlawanan terhadap penguasa Libya Muammar al-Gaddafi dan pendukungnya. Di Benghazi tampaknya mimpi untuk hidup tanpa rezim Gaddafi seakan telah terpenuhi: "Kami berterima kasih kepada Perancis, Inggris dan Amerika Serikat untuk bantuannya. Untuk serangan udaranya terhadap pasukan Gaddafi. Perlengkapan militer kami sedikit sekali. Gaddafi punya pesawat tempur dan roket-roket. Kami berterima kasih kepada pasukan-pasukan asing. Tanpa mereka Benghazi sudah hancur."

Sekitar 650 kilometer dari Benghazi ke arah timur orang-orang juga bersorak-sorai. Namun di sini, lawan dari pemberontak yang bergembira ria. Di ibukota Libya, Tripoli pendukung Gaddafi berkeliling kota dalam iring-iringan kendaraan sambil melepaskan tembakan ke udara, padahal pesawat-pesawat tempur saat itu sedang melancarkan serangan udaranya. Konvoi pendukung Gaddafi tampaknya ingin menunjukkan kepada NATO bahwa mereka tidak dapat ditaklukkan dan Tripoli tidak akan pernah jatuh ke tangan orang lain.

Libyen Misrata Brand Fabrik Aufstand
Pabrik terbakar di MisrataFoto: picture alliance / dpa

Persedian di toko menipis

Libya terpecah. Tidak ada kota lain di negeri itu yang begitu jelasnya menunjukkan perpecahan Libya seperti di Misrata. Pasukan Gaddafi memang telah menarik diri dari pusat kota. Namun pertempuran dari rumah ke rumah meninggalkan bekas yang menakutkan. Persediaan barang di toko-toko mulai menipis. Warga yang punya kemungkinan untuk meninggalkan Misrata, melarikan diri ke Benghazi dengan menumpang kapal. Seorang perempuan dari Misrata mengutarakan:

"Kehidupan kami di Misrata benar-benar sulit. Sulit sekali. Kami tidak bisa tidur, tidak bisa makan. Kami sama sekali tidak bisa melakukan apa pun juga di Misrata. Kami hanya bisa menangis dan berteriak setiap waktu. Kami tidak berdaya."

Valerie Amos / Libyen / UN / Misrata
Kepala bantuan kemanusiaan PBB Valerie Amos saat jumpa pers di BenghaziFoto: AP

Palang Merah evakuasi pengungsi dari Misrata

Sementara itu lebih dari 500 pengungsi dari Misrata hari Minggu (24/4) tiba di Benghazi dengan menumpang kapal milik palang merah. Menurut keterangan organisasi kemanusiaan itu, kebanyakan penumpang adalah pekerja asing.Sejumlah dari pengungsi bahkan sempat menunggu kapal selama empat hingga lima minggu di sebuah penampuang darurat di pelabuhan Misrata. Demikian diungkapkan Javier Cepero dari Palang Merah Internasional.

Saat ini sekitar 2000 hingga 3000 orang berada di kawasan pelabuhan dan menunggu evakuasi, tambah Capero. Palang Merah Libya berusaha memberikan kepada para pengungsi bahan pangan dan obat-obatan. Namun dikatakan bahwa hal ini sulit dilaksanakan akibat pertempuran hebat.

Hingga saat ini dengan mengerahkan tiga kapal, Palang Merah telah berhasil mengevakuasi sekitar 1900 orang dari Misrata, ujar Capero. Dua pelayaran berikutnya juga telah dijadwalkan. Evakuasi dari Misrata juga dilaksanakan oleh organisasi-organisasi bantuan lainnya.

Misrata terletak di antara Tripoli dan Benghazi dan merupakan kota pemisah antara Gaddafi dan pemberontak. Dan ini mungkin dapat dilihat sebagai simbol permasalahan Libya saat ini.

Krieg in Libyen
Pemberontak di LibyaFoto: picture alliance/dpa

Perundingan gencatan senjata dengan kepala suku

Sementara itu, menurut keterangan pemerintah Libya, para kepala suku akan melakukan perundingan gencatan senjata dengan pemberontak. Wakil Menlu Libya, Chaled Kaim mengungkapkan hari Minggu pagi (24/4), untuk perundingan itu diberikan waktu 48 jam. Bila gagal, para pemimpin suku bisa jadi akan mengirimkan pendukung bersenjata ke Misrata. Pada kurun waktu itu angkatan bersenjata Libya akan menghentikan operasinya, ujar Kaim.

Namun tidak banyak terdapat suku di Misrata, dan dominasi kesukuan juga tidak begitu dikenal di kota yang diperebutkan itu. Karena itu para pemberontak bertanya-tanya, sejauh mana Gaddafi mengharapkan dukungan dari berbagai kepala suku. Juga belum jelas, apakah para pemberontak hendak berunding dengan para pemimpin suku.

Christa Saloh/ap/afp

Editor: Andriani Nangoy