1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Euro Ditentukan di Spanyol

13 April 2012

Memburuknya indikator perekonomian Spanyol menimbulkan keraguan terhadap manajemen krisis Uni Eropa. Gejolak di tepi selat Gibraltar itu menjadi ajang pertaruhan bagi masa depan zona Euro.

https://p.dw.com/p/14dgZ
Ilustrasi Krisis SpanyolFoto: picture-alliance/dpa

Lupakan Yunani dan Portugal. Saat ini Spanyol lah yang menjadi momok bagi zona Euro.

Dalam banyak hal, krisis di tepi selat gibraltar itu bakal lebih menyusahkan ketimbang di Yunani. Spanyol adalah kekuatan ekonomi terbesar ke-empat di Eropa. Lebih dari sepertiga dari total nilai ekspor dan impornya berasal dari negara-negara penunjang zona Euro, seperti Jerman dan Perancis.

Sejak bertahun-tahun, pasar properti Spanyol yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan arus investasi dari bank-bank di barat Eropa yang ingin membiakkan surplus perdagangannya. Ironisnya, arus modal itulah yang akhirnya ikut memanaskan gelembung properti dan akhirnya mendorong Spanyol ke tepi jurang resesi.

Perekonomian Spanyol saat ini berada dalam kondisi yang cukup mengenaskan. Program pengetatan anggaran yang dipaksakan sebagai solusi tunggal krisis Euro tidak ampuh meredam resesi. Kucuran dana besar-besaran dari Bank Sentral Eropa kepada Spanyol belakangan ini, seakan hilang tidak berbekas.

Tingkat pengangguran nyaris mencapai kisaran 25 persen. Kepercayaan pasar belum juga pulih, dan suku bunga obligasi pemerintah Spanyol merangkak mendekati level berbahaya sebesar 6 persen.

Spanyol bisa menjadi lubang hitam baru bagi perekonomian Eropa. Bukan hal yang mengejutkan, kecuali Uni Eropa segera mengakui, bahwa tidak satu negarapun dapat membayar utang-utangnya dengan memasung pertumbuhan ekonomi.


Rizki Nugraha