1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Euro, Konferensi Donor Afghanistan dan Clinton di Korea

22 Juli 2010

Konsekuensi krisis keuangan, konferensi donor bagi Afghanistan dan kunjunan Clinton ke Korea menjadi sorotan media internasional.

https://p.dw.com/p/ORdp
Krisis keuangan di Yunani sempat mengancam eksistensi mata uang EuroFoto: picture-alliance/dpa

Surat kabar Inggris the Guardian mengomentari tes untuk menguji coba ketahanan lembaga keuangan yang hasilnya diluncurkan Jumat (23/07) ini. Harian berhaluan liberal kiri ini berpendapat:

"Jumat malam (waktu Inggris), setelah pasar keuangan menutup gerbangnya untuk pekan ini dan para pialang menghilang ke pub, sistem perbankan akan mengalami perubahan dramatis. Lembaga keuangan mulai dari London sampai Athena harus siap melihat kebrobokannya dipertontonkan di depan umum, dan kemungkinan besar pemandangannya tidak akan cantik. Kalau tes ini memunculkan terlalu banyak pertanyaan terkait praktek bisnis sejumlah bank, maka pasar Eropa mungkin diguncang panik massal yang dapat berujung pada program penyelamatan bank besar-besaran. Di satu sisi para regulator harus menjamin transparansi dalam uji coba tersebut, di sisi lain mereka perlu menyediakan konsep yang mudah guna menyelamatkan lembaga keuangan yang terpojok."

Harian Luxemburger Wort yang terbit di Luksemburg membahas konsekuensi krisis mata uang Euro.

"Sebelum krisis Euro seorang pengamat Asia mengomentari peran Uni Eropa ibarat penumpang kapal Titanic yang sibuk sendiri memindahkan kursinya padahal kapal sedang tenggelam. Uni Eropa terlalu fokus pada dirinya. Tapi kemudian krisis keuangan di Yunani mengungkap kesalahan kawasan pengguna mata uang Euro yang bahkan mengancam eksistensi Uni Eropa. Dengan payung penyelamatan, negara pengguna mata uang Euro berhasil mencegah bangkrutnya Yunani dan menyebarnya krisis keuangan ke Spanyol dan Portugal. Akibatnya, krisis ini bisa dinilai sebagai guncangan yang sehat, asal Uni Eropa dan negara anggotanya menarik pelajaran dari kejadian ini. Untuk jangka menengah tidak ada jalan, selain melakukan koordinasi politik ekonomi, keuangan, anggaran dan pajak. Jika Uni Eropa berhasil mengatasi krisis ini, maka Uni Eropa akan bangkit sebagai kesatuan yang lebih kuat lagi."

Harian Denmark Jyllands-Posten menyoroti konferesi negara donor bagi Afghanistan di Kabul. Selanjutnya harian ini menulis:

"Konferensi ini menunjukkan bukti-bukti melemahnya koalisi internasional di saat mulai jelas bahwa tidak ada solusi militer bagi Afghanistan. Juni lalu tercatat jumlah korban tertinggi dalam bulan-bulan lalu. Meski kemungkinan dialog dengan Taliban tidak dibahas terbuka sebagai alternatif, tapi sekarang makin jelas bahwa ini menjadi bagian agenda. Akhir dari semua ini juga terlihat jelas. Taliban mengambil alih kawasan selatan Afghanistan, dan kawasan utara dikuasai gerombolan pemimpin suku. Bagi Afghanistan yang diidam-idamkan semua orang yang tersisa hanya pemerintah tak bergigi yang berkedudukan di Kabul."

Sementara harian Italia La Stampa yang terbit di Turin mengomentari lawatan dua menteri Amerika Serikat ke kawasan demiliterisasi antara Korea Utara dan Selatan.

"Sanksi baru terhadap program senjata Korea Utara dan para pemimpin di Pyongyang, latihan militer antara Korea Selatan dan kunjungan menteri luar negeri AS Hillary Clinton serta menteri pertahanan Robert Gates ke perbatasan Korea Utara dan Selatan: pemerintah Presiden Barack Obama unjuk kekuatan di Semenanjung Korea untuk menunjukkan pada Pyongyang bahwa Washington siap menghadapi risiko eskalasi militer. Dalam suasana yang mengingatkan pada Perang Dingin, kedua menteri Amerika Serikat menghadiri upacara di kawasan demiliterisasi untuk menunjukkan kekuatan politik dan militernya."

ZER/HP/dpa