1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Qatar Sudutkan Negara Muslim Non-Arab

7 Juni 2017

Perseteruan diplomasi di Teluk menempatkan negara-negara muslim non-Arab dalam posisi pelik. Malaysia dan Pakistan terancam harus memihak. Sementara Indonesia berusaha bersikap netral antara Arab Saudi dan Iran.

https://p.dw.com/p/2eDys
Katar - Doha Skyline im Sandsturm
Foto: picture-alliance/Photoshot/Nikku

Negara-negara muslim non Arab ikut terjebak dalam perseteruan di Teluk Persia antara Arab Saudi dan Qatar. Malaysia dan Pakistan menghadapi dilema terbesar menyusul kedekatan kedua negara dengan Riyadh dan Doha.

Februari silam Malaysia menerima kedatangan Raja Salman yang menandai kunjungan kerajaan Saudi pertama sejak lebih dari satu dasawarsa. Sebulan berselang Kuala Lumpur menandatangani kerjasama pertahanan dengan Qatar.

Seorang sumber di pemerintah Malaysia mengatakan, upaya Kuala Lumpur memperkuat hubungan dengan Qatar, termasuk kunjungan menteri luar negeri bulan lalu, akan menjadi bumerang. "Kami mengambil risiko terlalu besar dengan mendukung Qatar," ujarnya kepada kantor berita Reuters.

Perseteruan diplomatik antara Qatar dengan lima negara Arab diyakini merupakan manuver tidak langsung untuk mengisolasi Iran dan menempatkan negara muslim non Arab "dalam posisi yang tidak nyaman," kata James Dorsey, pengamat senior di S. Rajaratnam School of International Studies, Singapura.

"Saudi melihat Iran sebagai sumber ancaman teror, lebih besar ketimbang Islamic State. Dan banyak negara muslim non Arab yang mungkin tidak sepakat dengan hal tersebut," tuturnya.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi Selasa (6/6) mendapat telepon dari Menlu Iran Mohammad Javad Zarif untuk membahas krisis di Teluk, klaim Jurubicara Kemenlu Armanatha Nasir. Jakarta lalu menyerukan rekonsiliasi dan dialog untuk meredakan ketegangan.

Sementara Pakistan yang memiliki hubungan erat dengan Riyadh juga tidak ingin memancing amarah Iran atau Qatar. Islamabad tahun lalu menandatangani perjanjian dagang dengan Doha untuk mengimpor 3,75 juta ton gas alam cair.  Sebab itu Islamabad memilih sikap diam dalam menyikapi krisis di Teluk. "Pakistan harus sangat berhati-hati. Menurut pendapat saya, hanya ada satu opsi buat Pakistan, yakni bersikap netral," kata pensiunan perwira tinggi angkatan darat, Jendral Shaukat Qadir.

rzn/yf (rtr,ap)