1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Tunisia, Perdana Menteri Jebali Mundur

20 Februari 2013

Krisis pemerintahan di Tunisia meruncing. Perdana Menteri Hamadi Jebali menyatakan mengundurkan diri. Ia gagal mencapai kesepakatan dalam membentuk pemerintahan baru.

https://p.dw.com/p/17hmt
Tunisian Prime Minister Hamadi Jebali meets with members of his cabinet on February 19, 2013.
PM Tunisia Hamadi Jebali mengundurkan diriFoto: AFP/Getty Images

Perdana Menteri Tunisia Hamadi Jebali hari Selasa (19/02) secara resmi menyatakan pengunduran diri. Jebali yang dianggap sebagai tokoh moderat gagal dengan tuntutannya untuk membentuk pemerintahan baru yang terdiri dari tim ahli. Tuntutan itu ia ajukan setelah pertentangan keras antara kelompok sekuler dan kelompok Islamis di parlemen.

”Saya sudah berjanji akan mundur kalau prakarsa saya gagal, dan saya sudah melakukan itu,” kata Jebali setelah bertemu dengan Presiden Tunisia Moncef Marzouki. Mundurnya Jebali berarti kekisruhan politik di Tunisia akan berkepanjangan.

Jebali sebelumnya sudah mengancam akan mundur jika gagal membentuk kabinet baru yang non-partisan dan terdiri dari para teknokrat. Tapi partainya sendiri, Ennahda, menolak proposal itu. Jebali sekarang mengatakan, ia melepaskan jabatannya untuk memenuhi janji kepada rakyat. ”Rakyat sudah kecewa pada kalangan politisi, jadi kepercayaan itu harus dikembalikan lagi”, tutur Jebali. Ia meminta semua anggota kabinet tetap bekerja agar pemerintahan tetap berjalan. Ia menyatakan tetap akan memenuhi semua kewajibannya.

Gagal Mendapat Dukungan

Hamadi Jebali ternyata gagal menghimpun dukungan untuk rencananya. Partai Ennahda adalah kekuatan politik terbesar di Tunisia. Ennahda tidak setuju dibentuk kabinet non-partisan. Menurut Ennahda, hanya pemerintahan yang dijalankan oleh para politisi yang bisa melaksanakan transisi demokratis.

Krisis pemerintahan di Tunisia terjadi setelah politisi oposisi Chokri Belaid ditembak mati di depan rumahnya 6 Februari lalu. Setelah pembunuhan itu, aksi protes massal mengguncang Tunisia. Chokri Belaid adalah salah satu pengeritik keras partai Ennahda. Sampai saat ini, tidak jelas siapa yang mendalangi pembunuhan itu. Kalangan oposisi menuduh pemerintah gagal menjamin keamanan dan membiarkan kekerasan yang dilakukan kelompok militan Islam.

Pimpinan Ennahda Rached Ghannouci menerangkan, ia tetap ingin Jebali memimpin pemerintahan. Ia mengusulkan agar partai Islam dan partai sekuler tetap bekerjasama membentuk pemerintahan. Ennahda siap melakukan kompromi dengan partai-partai lain, kata Ghannouci.

Setelah menyatakan pengunduran diri, Jebali tidak menutup kemungkinan untuk memimpin pemerintahan baru. Tapi ia menegaskan, ia hanya akan melakukan itu dengan persyaratan yang jelas. Krisis politik di Tunisia membuat situasi ekonomi di negara itu makin terpuruk. Tunisia saat ini sedang berunding dengan Dana Moneter Internasional IMF mengenai bantuan senilai 1,78 miliar dollar.

HP/VLZ (dpa, rtr, afp)