1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT APEC di Singapura Imbau Hapuskan Proteksionisme

14 November 2009

Ke-21 pemimpin negara anggota Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) Sabtu (14/11) menghadiri KTT yang digelar di Singapura. Agenda KTT APEC ini adalah isu mengenai krisis ekonomi global

https://p.dw.com/p/KXCv
PM Jepang Yukio Hatoyama (kanan) dan PM Singapura, Lee Hsien Loong di Singapura (14/11)Foto: AP

Pada hari pertama KTT APEC, pemimpin pemerintahan dan negara anggota APEC melakukan pembicaraan mengenai upaya mencari jalan keluar dari krisis ekonomi global. Presiden Barack Obama yang tiba di Singapura seusai kunjungannya di Jepang, menghadapi kekhawatiran para anggota Forum Kerja Sama Asia Pasifik APEC bahwa Amerika Serikat dapat menghambat pemulihan ekonomi dunia melalui kebijakan politik perdagangan yang proteksionis. Kritik terutama dilontarkan pada bank-bank dan perusahaan raksasa AS seperti General Motors.

Presiden Rusia Dmitri Medvedev merupakan salah seorang pemimpin yang menyerukan untuk menghapus hambatan perdagangan dan tidak membangun halangan baru: „Kita harus kembali menegaskan kewajiban untuk melaksanakan perdagangan bebas dan menjauhi segala bentuk proteksionisme. Akses bagi negara-negara berkembang untuk pasar internasional merupakan jaminan untuk perkembangan pasar. Rintangan perdagangan internal juga harus disingkirkan," tukasnya.

Hal serupa juga diutarakan Presiden China Hu Jintao. Ia mengimbau agar mencapai kesepakatan perundingan DOHA untuk liberalisasi perdagangan dunia sebagai persyaratan bagi pemulihan secepatnya krisis keuangan dan ekonomi global.

Pada KTT APEC itu juga disebut bahwa China diharapkan memainkan peranan kunci pada upaya menghidupkan kembali ekonomi dunia. Sejumlah besar peserta, termasuk Amerika Serikat, menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi global ke depan tidak lagi hanya dapat dipicu melalui perilaku warga AS membelanjakan uangnya.

Presiden China, Hu Jintao juga menyatakan, masih pada tahun ini China akan mengawali pembicaraan resminya dengan Taiwan mengenai liberalisasi perdagangan. Baik China maupun Taiwan adalah anggota APEC. Namun atas tekanan China, Presiden Taiwan tidak mengikuti KTT di Singapura, karena China menganggap negara kepulauan itu sebagai provinsinya yang membelot dan bukan merupakan negara yang berdaulat.

Sedangkan bagi persetujuan untuk kesepakatan perlindungan iklim bulan depan di Kopenhagen, KTT APEC tidak memberikan pertanda positif. Sekitar sebulan menjelang Konferensi Iklim PBB itu, negara-negara anggota APEC bahkan memperkecil targetnya dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang membahayakan iklim.

Emisi CO2 ditargetkan akan diturunkan dalam jumlah berarti hingga tahun 2011. Demikian dikatakan dalam KTT dari 21 negara di wilayah Asia Pasifik itu. Padahal sebelumnya telah direncanakan, hingga tahun 2050, emisi CO2 harus dikurangi setengah dari jumlah yang dikeluarkan tahun 1990. Negara anggota APEC merupakan penghasil sekitar 60 persen emisi gas rumah kaca di dunia.

Pertemuan puncak APEC di Singapura itu dibayangi oleh skandal mata-mata antara negara anggotanya Peru dan Chili. Presiden Peru Alan Garcia membatalkan rencana pembicaraannya dengan Presiden Chili Michelle Bachelet di sela-sela KTT dan menyatakan akan meninggalkan Singapura lebih dini. Peru telah menarik diplomatnya dari Chili.

APEC adalah gabungan dari kebanyakan negara anggota ASEAN dan sejumlah negara lainnya, termasuk Rusia, China dan Amerika Serikat.

Musch-Borowska/Christa Saloh

Editor: Rizki Nugraha