1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

G20 Vorschau

3 November 2010

Hampir tepat duapuluh tahun lalu G20 didirikan di Washington, AS. Di ibukota Seoul akan digelar pertemuan puncak kelima, 11-12 November 2010.

https://p.dw.com/p/Pxe2
Logo G20 Seoul SummitFoto: Orgranisationskomitee G20 Seoul Summit

G20 adalah sebuah forum raksasa. Dua pertiga penduduk dunia, 90 persen ekonomi dunia, dan empat perlima perdagangan dunia, semua terhimpun dalam G20. Kelompok ini, sebuah komunitas untuk bersama menangani krisis. Didirikan pada tahun 1999 sebagai reaksi atas krisis keuangan di Asia, Brasil dan Rusia. Ketika itu, pertemuan puncak G20 masih merupakan urusan menteri keuangan. Namun akhir 2008 ketika bank Lehman Brothers ambruk, terjadilah krisis keuangan global. Saat itu, G20 bertindak sebagai „pemadam“ krisis, dan masalah ini menjadi urusan atas yakni para pemimpin pemerintah. Di Washington, tepat dua tahun lalu, sejumlah kebijakan disepakati bersama. Semua berpendapat, bahwa krisis seperti itu tidak boleh terulang lagi. Sikap egois yang ingin menyelamatkan kepentingan nasional tidak berlaku dalam aksi penyelamatan dunia. Namun dua tahun kemudian, nampaknya kekompakan tersebut sudah lenyap, demikian dikuatirkan Dominique Strauss-Kahn, ketua Dana Moneter Internasional IMF:

"Dari pandangan saya, keunikan krisis ini adalah kesadaran bersama akan pentingnya kerja-sama. Ini sebuah kualitas baru dalam kemitraan ekonomi di tingkat global. Dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Kemauan untuk bekerja-sama terasa sekali ketika di London, Pittsburgh dan Toronto. Namun saya juga mengatakan, momentum ini belum hilang, akan tetapi semakin berkurang. Ini berbahaya sekali. Karena kita selalu harus ingat, bahwa tidak ada solusi nasional dalam krisis global. Dalam dunia global tidak ada yang dapat membantu dirinya sendiri.“

Hal tersebut diketahui oleh semua pihak yang bersangkutan. Namun meskipun demikian, pada akhirnya semua harus dapat mengatasi masalahnya sesuai dengan ketentuan di dalam negeri. Misalnya, bila harus meyakinkan parlemen untuk menyetujui reformasi pasar uang. Terkait masalah ini, Kanselir Jerman Angela Merkel sesungguhnya tidak puas dengan hasil-hasil yang telah dicapai:

"Dalam pembagian menanggung biaya untuk mengatasi krisis, pemerintah Jerman sebenarnya membayangkan pembagian yang lebih merata.“

Pemerintah Jerman sendiri sudah memberlakukan iuran khusus bank ke sebuah dana yang akan digunakan jika kembali terjadi krisis. Tetapi, G20 tidak mencapai kesepakatan untuk memberlakukan pajak internasional di pasar uang. Meskipun demikian, di pertemuan puncak di Seoul, Korea Selatan, Eropa berhasil meyakinkan anggota lainnya untuk meningkatkan pengawasan di pasar uang. Produk pasar uang yang berisiko tinggi misalnya dapat dilarang. Peraturan bagi hedgefonds und perusahaan rating diperketat. Tetapi, Ketua Komisi Uni Eropa, Jose Manuel Barroso, tetap kuatir. Menurutnya, G20 akan menghadapi masa kritis. Kelompok itu harus membuktikan siap mengkordinasi ekonomi dunia.

Walaupun disepakati untuk tidak melakukan proteksionisme, nampaknya ke-20 negara anggota belum bersedia penuh untuk menepati kesepakatan tersebut. Karena setiap negara akan mendahulukan kepentingan ekonominya. Sehingga terjadi pertimpangan neraca yang menyimpan sejumlah potensi konflik. Kanselir Jerman Merkel menuturkan:

"Apa yang dapat kita perbuat demi pertumbuhan yang kuat, seimbang dan berjangka panjang?

Menurut Merkel jawabannya terdapat pada kekuatan pasar itu sendiri. Karena merupakan perwujudan persaingan antar perekonomian negara. Masalah lain yang juga terkait di sini adalah penurunan nilai mata uang, seperti yang sudah dilakukan oleh Cina dan Amerika Serikat. Dengan cara tersebut negara-negara itu ingin mengambil keuntungan besar di sektor perdagangan. Dan Korea Selatan, Jepang serta Brasil juga bermaksud untuk mengikuti langkah itu. Sebuah persaingan tidak sehat telah dimulai.

Henrik Böhme/Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk