1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kubu Republik Terpecah Akibat Trump

11 Oktober 2016

Rekaman Video Donald Trump sesumbar tentang kemampuannya melecehkan perempuan yang muncul Jumat lalu memecah kubunya sendiri. Kasus itu juga jadi sasaran empuk bagi para pengkritiknya.

https://p.dw.com/p/2R78l
US TV Debatte Trump vs Clinton
Foto: Reuters/S. Stapleton

Bintang Hollywood dan mantan gubernur Kalifornia dari Partai Republik, Arnold Schwarzenegger menyatakan hari ini, sikap Donald Trump yang tidak menghormati perempuan jadi penentu keputusannya untuk tidak mendukung Trump dalam pemilu 8 November mendatang. 

Jumat lalu sebuah rekaman video dari tahun 2005 tiba-tiba dipublikasikan. Dalam rekaman itu, Trump sesumbar tentang kemampuannya melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan, karena status dan kesuksesannya. Sehari setelahnya, Schwarzenegger menulis pada jejaring sosial Twitter, bahwa ia tidak akan memberikan suaranya kepada calon presiden dari partai Republik. Dan itu akan terjadi untuk pertama kalinya, sejak ia jadi warga negara AS tahun 1983.

Aktor Schwarzenegger mengaku, ia sendiri bukan "orang suci", dan penyelewengan serta kesalahannya sudah tersebar luas lewat media. Ia juga harus minta maaf berkali-kali kepada perempuan. Tapi saling menghormati antar jender jadi basis fundamental hubungan sosial dan pribadi. "Saya pikir tidak bisa diterima, bahwa seseorang yang akan menduduki posisi presiden AS, merendahkan upaya, peran dan eksistensi perempuan." Tapi Schwarzenegger tidak menyatakan akan memberikan suaranya kepada Hillary Clinton.

Selebriti ada yang mengecam, ada yang mendukung

Schwarzenegger bukan satu-satunya selebriti yang menentang Trump. Robert de Niro yang dengan jelas menunjukkan kemarahannya, menghina Trump, dan menyebutnya anjing dan bodoh dalam sebuah rekaman video. Beberapa selebriti berkali-kali mengolok Trump lewat show mereka, seperti Alec Baldwin dan John Oliver. Video berisi sesumbar Trump tentang pelecehan seksual terhadap perempuan juga jadi topik yang mereka soroti.   

Sejumlah selebriti sebelumnya sudah mengecam Donald Trump sejak ia jadi calon presiden resmi dari Partai Republik. Misalnya penulis buku populer Harry Potter, J. K. Rowling, aktor Samuel L. Jackson, penulis Stephen King, artis Susan Sarandon, dan penyanyi Cher. Sementara ilmuwan Stephen Hawking menyatakan Trump adalah pemimpin yang memperoleh nama karena mengeksploitasi prasangka buruk terhadap kelompok tertentu dalam masyarakat, dan mengeksploitasi sikap tidakpeduli warga.  

Sebaliknya bintang Scott Baio. Ia menyatakan pelecehan seksual terhadap perempuan yang disebut Trump memang sering terdengar di tempat ganti baju bagi pria. Dan jika orang yang merasa tersinggung, berarti belum dewasa.

Partai Republik terpecah

Sikap di dalam partai Republik juga sudah jelas terlihat sejak beberapa lalu. Semua mantan presiden dari Partai Republik yang masih hidup, tidak menyatakan dukungan bagi Trump. Tidak ada yang tampil pada kampanye Trump. Berlawanan dengan Presiden Barack Obama dan ibu negara Michelle Obama yang tampil berkali-kali dalam kampanye Hillary Clinton.

Sehari setelah munculnya rekaman video di mana Trump sesumbar tentang kemampuannya melecehkan perempuan, calon wakil presidennya, Mike Pence menyatakan, sebagai suami dan ayah ia merasa dihina. Ted Cruz yang dulu juga jadi salah satu calon presiden dari Partai Republik kini memperhitungkan untuk menarik dukungannya bagi Trump. Sementara calon lainnya dari Partai Republik, Marco Rubio menyebut Trump orang paling vulgar yang pernah berusaha jadi presiden. Ia juga tidak menyatakan dukungan bagi Trump.

ml/as (dpa, rtr, ap)