1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

220710 Baschir Tschad

23 Juli 2010

Pengadilan Internasional Kejahatan Perang mengeluarkan perintah penahanan terhadap Presiden Sudan Omar al-Bashir. Dalam rangka konferensi tinggi negara Sahel, Chad tetap menyambutnya dengan mengadakan upacara kenegaraan.

https://p.dw.com/p/OSJ1
Buronan penjahat perang Presiden Sudan Omar Hassan Ahmad al-BashirFoto: picture-alliance/dpa/Montage DW

Ketika hari Rabu lalu (21/7) Presiden Sudan Omar al-Bashir keluar dari pesawat , Presiden Chad Idriss Déby menyambutnya dengan hangat. Al-Bashir datang ke ibukota N'Djamena untuk menghadiri konferensi tinggi negara-negara Sahel. Sedangkan duta besar Perancis di Chad lebih memilih untuk tidak menghadiri acara tersebut. Dan para hakim Pengadilan Kejahatan Perang di Den Hag pun akan tidak senang bila melihat gambar-gambar itu, sebab al-Bashir adalah buron penjahat perang. Tetapi, Menteri Dalam Negeri Chad Achmad Bachir mengatakan, bahwa sesungguhnya tidak ada alasan untuk ribut. „Omar al-Bashir menghadiri konferensi sebagai presiden. Dan ia pasti akan kembali ke tanah airnya. Negara mana yang pernah menahan presidennya yang berkuasa ketika megadakan kunjungan luar negeri?“

Omar al-Bashir dituduh melakukan kejahatan perang dan terhadap hak asasi manusia. Sejak pengadilan internasional memberlakukan perintah penahanan terhadapnya, ia menghindari negara-negara yang bekerja sama dengan pengadilan internasional PBB. Karena ketakutannya ditangkap, sangat besar. Kunjungannya ke Chad merupakan lawatan perdana. Simon Foreman, presiden koalisi Perancis bagi Pengadilan Internasional Kejahatan Perang menuturkan, „Chad melanggar hukum internasional. Negara itu ikut menandatangani pengadilan kejahatan perang dan harus menangkap orang-orang yang diperintahkan untuk ditahan. Termasuk al-Bashir.“

Ada alasan tertentu, mengapa al-Bashir mendapat perlakuan khusus di Chad. Beberapa waktu yang lalu, dua presiden itu masih bermusuhan. Mereka saling menuduh mendukung kelompok pemberontak di kawasan perbatasan, yang hendak menjatuhkan rezimnya. Namun, awal tahun ini, al-Bashir dan Déby melakukan pendekatan. Mereka menyepakati patroli bersama di perbatasan. Dan sejak itu, hubungan mereka mulai tenang. Pakar Afrika Philippe Hugon menjelaskan, „Chad ingin damai dengan musuh lamanya yang sekaligus adalah negara tetangganya. Lagi pula, negara itu adalah anggota Uni Afrika. Dan organisasi itu sangat berhati-hati bila menyangkut hukuman al-Bashir dan tidak sungguh-sungguh mengakui pemberlakuan perintah penahanan terhadapnya. Begitu juga Chad.“

Uni Afrika kuatir, upaya perdamaian di Sudan terancam karena perintah penahanan terhadap al-Bashir. Namun ada beberapa pemimpin pemerintah lainnya di Afrika yang tidak mengakui Pengadilan Kejahatan Internasional karena alasan lain. Mereka memandangnya sebagai instrumen negara bekas penjajah. Tetapi juga, karena presidennya takut suatu saat ia juga akan ditarik ke pengadilan. Yang pasti, di sejumlah negara Afrika dan Arab al-Bashir cukup aman. Begitu juga di Uganda. Sejak Sabtu lalu konferensi tinggi Uni Afrika, yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle, digelar di Uganda. Awalnya, Presiden Uganda tidak berencana untuk mengundang al-Bashir ke konferensi tersebut. Namun karena tekanan negara-negara tetangga terlampau besar, Presiden Uganda terpaksa mengundang al-Bashir. Secara resmi al-Bashir kini tertera dalam daftar tamu. Sedangkan konferensi tinggi Uni Afrika masih berlangsung hingga Senin mendatang. Apakah al-Bashir akan menghadirinya nanti, masih belum jelas.

Marc Dugga / Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk