1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

160810 Netanjahu Athen

17 Agustus 2010

Benjamin Netanyahu adalah perdana menteri Israel pertama yang mengadakan kunjungan ke Yunani. Tema utama perundingan PM Yunani dan PM Israel adalah Timur Tengah dan hubungan bilateral antar dua negara tersebut.

https://p.dw.com/p/OpJv
PM Israel Benjamin Netanyahu (kanan) berunding dengan PM Yunani George Papandreou (kiri) di AthenaFoto: AP

Liburan musim panas di Yunani mengalami saat yang paling ramai tepat pada pertengahan bulan Agustus. Pada musim liburan tersebut pemerintah Yunani biasanya tidak berpolitik dan tidak menerima kunjungan tamu kenegaraan. Kalaupun ada tamu kenegaraan yang datang ke Yunani di pertengahan Agustus, itu, agar tidak menarik perhatian besar. Dan inilah yang diinginkan Perdana Menteri Yunani George Papandreou.

Hanya tiga pekan setelah mengadakan kunjungan kilat ke Tel Aviv, Israel, kini Papandreou yang menerima kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Athena, Yunani. Dalam waktu yang sangat singkat kedua negara itu berencana untuk memperluas kemitraannya. Banyak tugas yang harus dikerjakan, karena baru tahun 1993 Yunani mengakui eksistensi negara Israel.

Nampaknya sasaran kunjungan tersebut sangatlah jelas. Setelah mengalami pertikaian sengit dengan Turki terkait serangan militer Israel terhadap kapal bantuan Turki, kini Israel mencari kerabat dan sekutu baru. Sementara Yunani yang terguncang oleh krisis ekonomi, memerlukan alternatif sumber pendapatan serta rangsangan baru bagi perekonomiannya. Perdana Menteri Yunani bahkan mengisyaratkan sebuah kerja sama strategis dengan Israel. George Papandreou:

"Kami juga sepakati sebuah pertemuan antara menteri perekonomian dan pariwisata, agar pengusaha dari Yunani dan Israel dapat bertemu. Ini mengenai investasi yang inovatif dan kontribusi Israel dalam inovasi cukup besar. Kami berencana untuk bersama-sama memajukan inovasi. Seperti dalam sektor energi terbarukan, pertanian atau keamanan. Karena itu, kami akan mendirikan sebuah komisi bersama, yang akan merancang sebuah strategi yang mendukung kerja sama.“

Misalnya di sektor pariwisata. Untuk tahun 2010 diprediksi peningkatan jumlah turis Israel ke Yunani hingga 40 persen. Pemerintah Yunani tentunya mengharapkan lebih banyak turis dari Israel ke Yunani.

Sedangkan Perdana Menteri Israel Netanyahu resah akan hal lain. Berdasarkan laporan media, angkatan udara Israel mencari tempat latihan baru, setelah Turki memberlakukan larangan terbang bagi pesawat militer Israel di kawasannya. Bagi Israel Yunani merupakan opsi penting dan sebagai balas jasa Israel mungkin akan menawarkan teknologi militer modern bagi Yunani.

Namun Yunani mencoba menghindari agar tidak muncul kesan, bahwa negara itu bersama Israel akan membentuk sebuah kubu yang menentang Turki. Papandreou yakin bahwa ia berhasil dalam aksi tarik ulur diplomatik itu. George Papandreou:

"Hubungan Yunani-Turki ataupun Turki-Israel tidak bersaing dengan kemitraan baik yang akan kami kembangkan ini. Agar perdamaian tercipta dan tercapainya penyelesaian konflik, membutuhkan kerja sama regional. Terkadang kami mengalami ketegangan dengan negara tetangga kami Turki seperti dalam soal Siprus yang masih belum terselesaikan. Namun landasan prinsip kami adalah menciptakan kerukunan antara negara tetangga yang didasari hukum internasional."

Radio milik pemerintah Yunani memberitakan, bahwa tema utama perundingan antara Papandreou dan Netanyahu adalah situasi di Timur Tengah. Mungkin pemberitaan tersebut sedikit berlebihan, tetapi tidak salah. Jika memungkinkan, Perdana Menteri Yunani akan menjadi penengah antara Israel dengan Turki sekarang juga dan tidak keesokan hari. George Papandreou adalah politisi luar negeri yang berpengalaman dan sangat handal. Ia juga memangku jabatan sebagai ketua pehimpunan internasional partai sosial atau Socialist International (SI). Sementara Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak berlaku sebagai wakil ketua dalam perhimpunan tersebut. Sampai sekarang nama Papandreou membuka sejumlah pintu di Timur Tengah. Masalahnya, apakah ia dapat meraih keberhasilan dalam konflik Timur Tengah yang ibaratnya sebuah labirin.

Jannis Papandimitriou / Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk