1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Laporan Amnesty Internasional: Ambruknya Sistem Pelayanan Kesehatan Korut

15 Juli 2010

Amputasi dan operasi dilakukan tanpa anestesi atau pembiusan, merupakan salah satu indikasi dari buruknya sistem pelayanan kesehatan Korea Utara.

https://p.dw.com/p/OKJJ
Kemiskinan di KorutFoto: picture-alliance/ dpa

Ini terungkap dalam laporan berjudul "Ambruknya Sistem Pelayanan Kesehatan di Korea Utara" yang dikeluarkan organisasi HAM Amnesty Internasional hari Kamis (15/07). Laporan ini berisi potret mengerikan sistem layanan kesehatan di negara komunis itu.

Laporan ini berdasarkan wawancara bersama 40 warga Korea Utara, yang kebanyakan dari mereka melarikan diri dari negeri komunis itu antara tahun 2004-2009. Wawancara juga dilakukan dengan para petugas di bidang kesehatan yang pernah bekerja di Korea Utara. Dari hasil wawacara terungkap, sejumlah rumah sakit di Korea Utara mengalami kekurangan obat-obatan dan epidemi terjadi akibat malnultrisi. Seorang saksi menceritakan, banyak jarum suntik yang tidak steril, sementara alas tempat tidur jarang dibersihkan.

Korut Gagal Sediakan Layanan Kesehatan

Nord-Korea SARS
Saat melawan SARS, di RS Mangyongdae , PyongyangFoto: AP

Amnesty Internasional menyatakan, Korea Utara telah gagal dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan kebutuhan mendasar bagi warganya. Peneliti Amnesty International, Norma Kang Muico, mengatakan, operasi kadang tanpa obat bius dan hanya mengandalkan cahaya lilin, karena kurangnya energi listrik.

"Korea Utara mengatakan memiliki sistem pelayanan kesehatan gratis. Namun kenyataannya, negara bahkan gagal menyediakan pelayanan kesehatan yang mendasar bagi penduduknya. Operasi terganggu karena kurangnya pasokan listrik. Tidak ada pemanas di musim dingin,“ ungkap Norma Kang Muico.

Meski pemerintah Korea Utara mengklaim bahwa pelayanan kesehatan diberikan cuma-cuma, banyak saksi menceritakan kepada Amnesty Internasional, bahwa mereka tetap harus membayar semua pelayanan kesehatan sejak tahun 1990-an. Para dokter biasanya dibayar dengan rokok, alkohol atau makanan, bila warga ingin berkonsultasi. Untuk tes kesehatan atau operasi, para dokter meminta sejumlah uang tunai. Peneliti Amnesty International, Norma Kang Muico berujar, "Orang miskin tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan, terutama obat-obatan dan operasi."

AI Seruka Donor Turun Tangan

Amnesty Internasional menyerukan negara-negara donor untuk melanjutkan bantuan kemanusiaan bagi Korea Utara, melalui PBB, dengan pertimbangkan kebutuhan masyarakat. Korea Utara membutuhkan bantuan lebih lanjut untuk meningkatkan infrastruktur kesehatan.

Kekurangan pasokan bahan makanan masih terus terjadi di negara itu. Harga beras meningkat. Sebuah LSM dalam laporannya menyebutkan, pada bulan Januari-Februari tahun 2010, di satu provinsi saja, sudah ribuan orang tewas karena kelaparan. Beberapa narasumber dalam laporan Amnesty Internasional menjelaskan, masalah kesehatan kronis merupakan buah akibat kelangkaan bahan makanan. Mereka yang kelaparan mencoba bertahan hidup dengan memakan rumput dan akar pohon. Malnutrisi jugalah yang menyebabkan tubercolosa kembali menjangkit di Korea Utara.

Ayu Purwaningsih

Editor: Marjory Linardy