1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

260711 Weltinvestitionsbericht

27 Juli 2011

Krisis perbankan juga berimbas pada penanaman modal langsung seperti itu. Kondisi saat ini dan di masa depan diulas dalam Laporan Investasi Dunia PBB untuk tahun 2011, yang awal pekan ini diluncurkan.

https://p.dw.com/p/125DR
Foto: AP

Peran negara berkembang dan ambang industri terus meningkat, juga di sektor investasi luar negeri. 2010, untuk pertama kalinya, negara-negara itu berhasil menarik lebih dari separuh investasi global. Begitu lapor badan PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan, UNCTAD di Berlin.

Meski demikian besaran pembagiannya tidak merata. China, India atau Brasil tampaknya lebih menarik bagi investor. Demikian wakil UNCTAD, Joachim Karl. Tambahnya, "Harus juga dikatakan, bahwa pembangunan di kawasan lain sangat menguatirkan. Khususnya Afrika, yang jumlah investasi asingnya menurun. Situasi juga memburuk di banyak negara berkembang, terutama yang terletak di pedalaman (tanpa pelabuhan sendiri, red.), serta negara kepulauan kecil yang masih berkembang.“

Sementara negara-negara ambang industri kini tak sekedar menerima investasi. Melainkan semakin aktif sebagai investor. Sebagai donator, pangsanya meningkat sampai 30% dari jumlah keseluruhan. Tahun 2010, secara global investasi luar negeri berkisar pada 1,24 trilyun dolar AS. Jumlah ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Namun menurut pakar ekonomi, Joachim Karl, pemulihan ekonomi berlangsung dengan sangat lamban. Tegasnya, "Bila berjalan baik, maka pemulihan ekonomi bisa diharapkan berlangsung lebih cepat. Dan dalam dua tahun, sekitar 2013, kondisi dunia akan kembali pada tingkat yang sama seperti sebelum masa krisis, saat investasi luar negeri mencapai 2 trilyun dolar“.

Tahun 2010, ekonomi Jerman merupakan satu-satunya di Eropa yang menunjukkan keuntungan. Laporan Investasi Dunia PBB untuk tahun 2011 mencatat trend meningkatnya jumlah "Non-Equitiy Modes" (NEMs). Dalam hal ini perusahaan-perusahaan dari negara industri mengalihkan produksi ke negara berkembang.

Trend NEMs ini meliputi sektor otomotif, elektronik, tekstil, sepatu dan produk pertanian. Investasi seperti ini, secara global mempekerjakan sekitar 15 juta orang dan memiliki omset sekitar 2 trilyun dolar setahunnya.

Joachim Karl memperingatkan, "Di mana ada banyak matahari, di situ juga terdapat bayangan gelap. Karenanya kami mengingatkan akan ancaman-ancaman yang terkait dengan NEM. Juga situasi di tempat kerja, di pabrik-pabrik lokal, karena terjadi banyak hal yang menguatirkan."

Namun menurut UNCTAD, secara keseluruhan "Non-Equity Modes" atau NEMs meluangkan jauh lebih banyak keuntungan, daripada kerugian. Karenanya negara-negara berkembang seharusnya memperhitungkan NEM dalam strategi pembangunan.

Bernd Grässler /Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk