1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Latihan Penanganan Bencana Minyak

6 September 2012

Agar lebih siap menghadapi bencana minyak, di Laut Baltik digelar latihan penanganan terbesar dalam sejarah. 50 kapal khusus dan lebih dari 500 pakar dilibatkan.

https://p.dw.com/p/163ak
Foto: Finnish Border Guard

Selama ini hanya kecelakaan kecil yang menyebabkan tumpahan minyak terjadi di Laut Baltik. Tetapi ini tidak harus selalu begitu. "Lalu lintas kapal tanki di Laut Baltik bertambah banyak. sekitar 20.000 tanki per tahun", kata Bernt Stedt, pakar bencana dari pengawasan pesisir Swedia. "Ukuran kapal juga semakin besar." Lalu lintas di Laut Baltik berkonsentrasi pada rute kapal yang lebih sedikit dan banyak jalur yang dangkal dan sempit. Resiko bertambah, bahwa ada kapal tanki besar yang karam dan menumpahkan limbah minyak.

Bencana seperti itu lah yang disimulasi pakar dalam latihan yang disebut "Balex Delta". Namun, tidak ada minyak yang benar-benar ditumpahkan. Ini terlalu riskan bagi lingkungan. Sebagai pengganti digunakan lapuk tumbuhan.

BP Golf von Mexiko Meer Ölfilm Entschädigung für Opfer
Tidak digunakan minyak sungguhan seperti pada bencana di BrasilFoto: picture-alliance/dpa

Minyak dikumpulkan dan 'dikunci'

Skenario latihan yang dirancang adalah tabrakan kapal tanki dengan kapal lain di antara Helsinki dan Talinn. 15000 ton minyak mentah tumpah dan terbawa ke pesisir Finlandia. 50 kapal khusus harus mencoba mengendalikan genangan minyak sepanjang tujuh kilometer dan selebar satu kilometer.

Salah satu kapal khusus adalah Arkona dari Jerman. Di sisi kapal ada dua lengan panjang dari logam yang berada tepat di atas permukaan air. Lengan ini bisa digunakan Arkona untuk memisahkan minyak dari air. Ada sikat berputar yang mengumpulkan minyak dari permukaan air dan memindahkannya ke kapal. Kemudian minyak dipompa ke dalam tanki besar. Kelak, minyak bisa dibuang di darat.

Kapal lain diperintahkan untuk mencegah tumpahan minyak menjadi semakin luas. Selang panjang yang terbuat dari karet dan diisi udara diharapkan bisa mencegah genangan minyak virtual sampai ke pulau-pulau di pesisir Finlandia. "Perlu banyak kapal berat untuk bisa melakukannya dan menggerakkannya ke posisi yang benar", kata Markku Rissanen, pimpinan pemadam kebakaran di Helsinki. "Penghalang minyak harus digeser jika angin berputar dan genangan minyak bergerak ke arah lain."

Training für Ölkatastrophe in Finnland
Penghalang minyak yang terbuat dari selang karetFoto: Finnish Border Guard

Kemana minyak akan dibawa?

Tim penyelamat mendapat bantuan dari peneliti seperti Sakari Kuikka, profesor penelitian perikanan di Universitas Helsinki. Timnya mengembangkan piranti lunak yang bisa memprediksi bagaimana minyak terbesar dalam beberapa jam ke depan tergantung dari cuaca saat itu.

Kuikka menjelaskan, "Program kami juga mengkalkulasi wilayah pesisir yang menjadi tempat tinggal jenis hewan langka." Jika misalnya ada pesisir dengan hewan langka yang terancam, maka tim penyelemat akan disarankan untuk menggerakkan penghalang minya ke arah tersebut.

Namun, tantangan terbesar bagi Balex Delta adalah koordinasi begitu banyaknya kapal khusus dan tim penyelamat. "Dalam latihan ini kami mencoba semua rantai penanganan tumpahan minyak. Dari peringatan, hingga penyelamatan laut", papar Markku Rissanen. "Ini tantangan karena lebih dari 500 orang, sekitar 30 kapal, dua helikopter dan belasan dinas pemerintahan yang berbeda-beda dilibatkan."

Training für Ölkatastrophe in Finnland
Pusat koordinasi latihanFoto: Finnish Border Guard

Dalam kasus ekstrim hanya bisa menunggu

Untuk bisa mengkoordinir latihan, salah satu kapal menjadi pos utama yang mengatur penugasan. Latihan berjalan sesuai rencana. Tidak mengherankan. Karena sepanjang latihan, cuaca baik dan laut tenang. Namun, sering bencana terjadi saat cuaca buruk. "Jika demikian, kami tidak bisa menerapkan metode kami", kata pengawas pesisir Bernt Stedt.

Kapal khusus hanya bisa beroperasi pada tinggi gelombang maksimal 2,5 meter. Angin topan bisa menyebabkan gelombang laut menjadi lebih tinggi. "Tidak ada yang bisa dilakukan saat itu", jelas Stedt. "Kami hanya bisa menunggu hingga cuaca membaik. Baru kapal kami bisa dikerahkan untuk mengumpulkan minyak."

Frank Grotelüschen / Vidi Legowo-Zipperer

Editor: Andy Budiman