1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lebih dari 200 Warga Sipil Tewas di Homs

4 Februari 2012

Konflik di Suriah terus berlangsung. Sementara itu, Rusia kembali nyatakan ragu untuk mendukung resolusi DK PBB terhadap Suriah.

https://p.dw.com/p/13x36
Demonstrators take part in a protest against Syria's President Bashar al-Assad after Friday prayers in Baba Amro, near Homs February 3, 2012. REUTERS/Handout (SYRIA - Tags: POLITICS CIVIL UNREST) FOR EDITORIAL USE ONLY. NOT FOR SALE FOR MARKETING OR ADVERTISING CAMPAIGNS. THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS
Demonstrasi di dekat kota Homs (03/02)Foto: REUTERS

Militer Suriah melancarkan serangan terhadap kota Homs yang menjadi salah satu pusat perlawanan terhadap rejim di bawah Presiden Bashar al Assad. Serangan Sabtu dini hari itu (04/02) menyebabkan lebih dari 200 warga sipil tewas. Pemerintah Suriah menyatakan tidak terkait sama sekali dengan serangan tersebut. Demikian dilaporkan kantor berita SANA. Rejim menyalahkan kelompok-kelompok tertentu yang katanya menyebarkan keresahan di masyarakat.

Selain itu, korban warga sipil yang ditunjukkan lewat televisi adalah warga Homs yang diculik kemudian dibunuh orang-orang bersenjata. Demikian pernyataan pemerintah. Rejim Suriah menuduh, orang-orang bersenjata itu ingin menggunakan informasi tentang serangan untuk menekan Dewan Keamanan PBB agar bertindak terhadap Suriah.

Insiden Paling Berdarah

Kelompok oposisi memperkirakan korban tewas antara 217 dan 260 orang. Jika jumlah itu benar, serangan hari ini menjadi insiden paling berdarah dalam 10 bulan perlawanan terhadap pemerintah. "Pasukan Assad membom secara acak daerah pemukiman di Homs, termasuk Khaldiyeh dan Qusur. Ini menyebabkan sedikitnya 260 warga sipil tewas dan ratusan lainnya cedera. Pria, perempuan dan anak-anak."

In this citizen journalism image provide by the Local Coordination Committees in Syria and released on Wednesday Feb. 2, 2012, a Syrian rebel stands next to a destroyed government forces tank as they replace on it Syrian revolution flags, in Homs, central Syria. Syrian forces have detained and tortured children as young as 13 as the government tries to crush an uprising that began nearly 11 months ago, Human Rights Watch said Friday as fresh clashes erupted between regime troops and rebels in the country's south. (Foto:Local Coordination Committees in Syria/AP/dapd) EDITORIAL USE ONLY, NO SALES, THE ASSOCIATED PRESS IS UNABLE TO INDEPENDENTLY VERIFY THE AUTHENTICITY, CONTENT, LOCATION OR DATE OF THIS HANDOUT PHOTO
Seorang pemberontak berdiri di dekat tank milik pemerintah yang berhasil dihancurkan (02/02)Foto: dapd

Demikian pernyataan Syrian National Council (SNC), seraya menambahkan, rejim Assad mengadakan salah satu pembantaian paling mengerikan sejak mulainya perlawanan. Menurut SNC, pasukan Assad juga membom kota Jisr al Shughur di bagian utara Suriah, dekat perbatasan dengan Turki. Selain itu, daerah pinggiran ibukota Damaskus juga diserang.

Seruan Intervensi

Televisi Al Jazeera dan Al Arabiya menunjukkan gambar-gambar korban tewas dan gedung-gedung rusak serta situasi kacau balau. Lewat Twitter, sejumlah pelanggan yang mengaku warga kota Homs mengatakan, kota itu "berdarah" di bawah pemboman. Seorang dari mereka mengabarkan, 366 ledakan telah terjadi ketika ia menempatkan berita itu di internet. "Itu benar-benar pembantaian," ujar direktur organisasi hak asasi, Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdel Rahman kepada kantor berita AFP.

Ia juga menyerukan intervensi dari Liga Arab agar pembunuhan tersebut segera berakhir. Organisasi itu juga menyebutkan, sedikitnya 217 tewas dan ratusan lainnya cedera di Homs. Al Jazeera melaporkan, saksi mata menceritakan warga ditembaki bom paku dan tidak kunjung henti. Seorang warga lainnya mengatakan kota itu juga ditembaki tank dan mortir.

Rumah Sakit Kewalahan

Seorang mahasiswa jurusan kedokteran mengatakan dalam wawancara dengan Al Jazeera, rumah sakit di daerah itu berusaha mengobati korban dengan susah payah. Menurutnya, simpanan darah kurang, juga oksigen. Mereka tidak punya persiapan sama sekali. Mesjid di sebelah rumah sakit kini dibuka untuk menjadi tempat penampungan korban. Kebenaran keterangan warga Homs serta oposisi, dan otentisitas video yang disebarluaskan sejauh ini tidak dapat dibuktikan, karena pemberitaan dari Suriah dibatasi sejak beberapa waktu lalu.

Kelompok oposisi kembali menuntut dunia internasional untuk bertindak. Menurut mereka, rejim telah membunuh sedikitnya 6.000 orang sejak Maret lalu. Sementara itu, warga Suriah di negara-negara lain menyerang kedutaan besar Suriah sebagai protes terhadap tindakan pemerintah atas warga sipil. Aksi protes dilaporkan terjadi di Athena, Berlin, Kairo, Kuwait dan London.

afp/rtr/Marjory Linardy

Editor: Ayu Purwaningsih