1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Pakistan dan Kekerasan

11 Mei 2013

Warga Pakistan berbondong-bondong memberikan suara di tengah kampanye kekerasan yang menarget para kandidat pemilu bersejarah. Sebuah bom mematikan mengguncang Karachi.

https://p.dw.com/p/18W8A
Foto: Reuters/Mian Khursheed

Warga mulai mencoblos hari Sabtu (11/5) dalam sebuah pemilihan umum yang akan diikuti oleh transisi pemerintahan sipil pertama dalam sejarah Pakistan.

Jalan menuju pemilu telah diwarnai kekerasan, dengan sedikitnya 130 orang tewas, kebanyakan kandidat pemilu dan para pekerja partai-partai sekuler. Serangan terakhir terjadi saat pemilu mulai digelar. Setidaknya 11 orang tewas akibat bom yang meledak di luar kantor Partai Nasional Awami (ANP). Puluhan lainnya dilaporkan terluka.

Korban luka juga dilaporkan akibat sebuah bom yang mengguncang Peshawar, dengan target para pemberi suara perempuan.

Di wilayah utara Waziristan, ada laporan bahwa kaum perempuan dilarang memberikan suara oleh pejabat setempat.

Menuju pemerintahan sipil baru

Pemilih memberikan suara bagi 272 anggota majelis rendah Parlemen Pakistan, dengan setiap partai membutuhkan 137 kursi untuk memenangkan mayoritas. Namun, 70 kursi dicadangkan untuk perempuan dan anggota kelompok minoritas non-agama, berarti 172 kursi yang dibutuhkan secara keseluruhan untuk mencapai mayoritas.

ANP bersama dengan Gerakan Muttahida Qaumi (MQM) adalah bagian dari koalisi liberal sekuler yang dipimpin oleh Partai Rakyat Pakistan (PPP), yang semakin tidak populer karena tuduhan korupsi. Ketiga partai menjadi target Taliban, yang menilai pemilu kali ini tidak Islami.

Meski partai mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif, yakni Liga Muslim Pakistan (PML-N), disebut-sebut sebagai calon kuat pemenang pemilu, Gerakan Partai Keadilan (PTI) yang dibawahi bekas bintang kriket Imran Khan memperoleh banyak dukungan.

Lebih dari 86 juta warga Pakistan memenuhi syarat untuk memilih. Jajak pendapat menunjukkan bahwa lebih banyak warga yang diperkirakan ikut memilih kali ini ketimbang 44 persen yang muncul pada pemilu terakhir.

cp (afp, ap, dpa, rtr)