1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

030210 Maghreb Terror

3 Februari 2010

Di kawasan gurun Sahara, di perbatasan antara Aljazair, Mauritania, Mali dan Niger, bandit-bandit melakukan seluruh aksinya. Menyelundupkan senjata, narkoba dan imigran ilegal ke Eropa.

https://p.dw.com/p/LrYR
Militer Mauritania lakukan patroli di kawasan Sahara, yang dijadikan tempat persembunyian para terorisFoto: Mohamed Mahmoud Aboumaaly

Kawasan yang sulit terjangkau ini, juga dijadikan kelompok teroris sebagai tempat persembunyian yang aman. Inilah kelompok teroris yang selalu menjadi kepala berita dengan aksi penculikannya. Pada musim panas tahun 2009 lalu, mereka bahkan membunuh seorang sandera warga Inggris.

GSPC, cabang Al Qaida di kawasan gurun terbentuk tahun 2006 lalu dari jaringan teroris Aljazair sulit dilacak. Ketika itu, pimpinannya langsung memohon kepada wakil pimpinan Al Qaida, Al Zawahiri untuk menjadi cabangnya, dan mulai saat itu pula GSPC mengubah namanya menjadi Al Qaida di kawasan Maghribi yang Islami - AQMI.

Secara ideologi, kelompok teroris tersebut menyatakan tunduk kepada pusat Al Qaida di Afghanistan. Namun dalam operasinya mereka bertindak secara mandiri. AQMI sejak lama tidak lagi mengkonsentrasikan serangannya terhadap instansi milik Barat di Aljazair, melainkan memperluas wilayah operasinya ke selatan. Dengan itu memperluas perang jihad ke kawasan Sahel di selatan gurun Sahara.

Penolakan terhadap pengaruh Barat, juga semakin kuat dan kencang di kawasan miskin di utara Nigeria. Kelompok Boko Haram dari kawasan itu menyatakan diri sebagai cabang Taliban dan beperang untuk mendirikan negara Islam. Akibatnya di daerah perbatasan antara utara yang Islam dan selatan yang Kristen selalu terjadi aksi kerusuhan yang telah menewaskan ratusan orang.

AQMI, yang merupakan cabang Afrika Utara dari jaringan teror Al Qaida, semakin memantapkan pengaruhnya di kawasan-kawasan krisis semacam itu. Belum lama ini, AQMI menyatakan siap mendukung kelompok Islam radikal di Nigeria dengan pejuang, senjata dan amunisi.

Pakar teroris Mathieu Guidere mengatakan, memang Nigeria belum menjadi basis Al Qaida. Tapi situasinya sangat gawat. Pemerintahan yang lemah, membuka peluang bagi kelompok teroris merekrut kadernya dari negara itu. Dan kemudian melatih mereka, untuk melancarkan serangan terhadap Barat. Buktinya adalah serangan teror yang gagal di Detroit pada hari Natal lalu.

Alexander Göbel/Agus Setiawan

Editor: Asril Ridwan