1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Liga Arab Siapkan Pasukan Gerak Cepat

30 Maret 2015

Perkembangan situasi di Timur Tengah khususnya di Yaman, Suriah serta Irak memicu Liga Arab untuk membentuk pasukan gerak cepat militer. Sementara itu koalisi Arab di hari kelima melanjutkan pemboman ke Yaman.

https://p.dw.com/p/1EzT2
Gipfeltreffen der arabischen Liga in Ägypten
Foto: El-Shahed/AFP/Getty Images

Liga Arab dalam penutupan KTT di Sharm el Sheikh Mesir menegaskan pada prinsipnya siap membentuk pasukan gerak cepat militer bersama. Tujuannya untuk mengantisipasi perkembangan situasi yang makin gawat di kawasan Timur Tengah. Perundingan rincian pasukan bersama dilaporkan akan dibahas beberapa hari mendatang. Ketua Liga Arab, Nabil al Arabi mengatakan pada penutupan KTT (29/3) kawasan itu terancam kekuatan yang merusak, yang merupakan bahaya serius bagi keragaman etnis dan agama.

Sementara pasukan bersama belum terbentuk, koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi bertugas melanjutkan pemboman ke posisi pemberontah Syiah Huthi di Yaman. Disebutkan, serangan akan terus dilancarkan hingga pemberontak Huthi di Yaman menyatakan menyerah.

Sebelumnya menjelang KTT Liga Arab, tuan rumah Mesir dan beberapa negara lainnya yang mendukung Koalisi Arab menyatakan siap menggelar perang darat di Yaman untuk mengusir pemberontak Syiah Huthi yang diduga didukung oleh Iran.

Serangan udara berlanjut

Pesawat pembom koalisi Arab di hari kelima Senin (30/3) pagi waktu setempat dilaporkan mengempur posisi Huthi di ibukota Sanaa serta beberapa kota lainnya. Sasaran serangan udara terutama kompleks istana presiden di Sanaa dan gudang senjata di pinggiran kota. Disebutkan sedikitnya 35 tewas dan sekitar 90 cedera dalam serangan udara hari Minggu (29/3). Sejauh ini tidak ada laporan independen mengenai korban tewas.

Juga dari kota Aden di selatan Yaman dimana kekuatan presiden Abedrabbo Mansour Hadi bertahan dilaporkan aksi baku tembak sengit. "Pemberontak Syiah Huthi sudah mrangsek hingga 30 km dari gerbang kota Aden", lapor saksi mata.

Konflik di Yaman juga menyeret Iran dan Turki ke dalam sengketa diplomatik baru. Teheran menuntut presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang rencananya akan berkunjung ke Iran pekan depan, untuk memberi penjelasan terkait pernyatannya pekan lalu. Erdogan sebelumnya menuduh Iran berusaha mendominsai Timur Tengah dan membuat Turki marah. Turki adalah salah satu negara pendukung koalisi Arab.

as/rzn(rtr,afp,dpa,ap)