1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lionel Messi, Si Kecil Berprestasi Raksasa

12 Januari 2016

Lionel Messi perpanjang rekornya sebagai pemain terbaik dunia, setelah kembali rebut Ballon d’Or 2015. Messi juga tercatat sebagai pemain pertama yang menjadi terbaik dunia empat kali berturut-turut.

https://p.dw.com/p/1Hbjr
Foto: picture-alliance/dpa/A. Wiegmann

Pemain Timnas Argentina yang dijuluki "La Pulga – Si Kutu“ ini tingginya hanya 1,69 meter. Tapi ukuran tubuh tidak ada hubungannya dengan prestasi Messi di lapangan sepak bola. Setelah dua tahun berturut-turut harus puas berada di posisi ke-2, di belakang Cristiano Ronaldo, tahun ini Messi kembali dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik dunia FIFA 2015.

Ballon d'Or ini merupakan yang ke-lima bagi Messi, memantapkan dirinya sebagai pemegang rekor pemain terbaik dunia. Sebelumnya ia merebut penghargaan ini empat kali berturut turut, 2009, 2010, 2011 dan 2012.

Dari hasil voting, Messi meraih 41.33 persen, menyingkirkan dua nominasi lainnya, yaitu Cristiano Ronaldo (Portugal) dengan 27.76 %, dan rekan setimnya di Barcelona, Neymar (Brasil), yang meraih 7.86 % suara. FIFA menobatkan Messi sebagai yang terbaik, setelah tahun lalu ia membawa Barcelona meraih lima gelar bergengsi: Liga Spanyol, Copa del Rey, Liga Champions UEFA, Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antarklub.

Champions League Viertelfinale FC Bayern München Olympique de Marseille
Foto: picture-alliance/dpa

Pertolongan La Masia

Pada usia lima tahun Messi bergabung dengan klub di kampung halamannya, Grandoli FC. Setelah bermain selama tiga tahun di klub yang diasuh ayahnya ini, Messi kemudian pindah ke Newell's Old Boys. Pada usia 12 tahun Messi sudah menjadi pemain utama klub asal kota Rosario ini. Pelatihnya melihat bakat besar yang dimiliki Messi. Saat itu, tubuh Messi sudah dianggap terlalu kecil. Tingginya hanya 140 cm akibat menderita kelainan hormon pertumbuhan. Baik orang tua maupun klubnya tidak mampu membiayai terapi baginya.

Akhirnya bantuan didapatkannya di Eropa. Pada tahun 1990 keluarga Messi hijrah ke Spanyol. Dalam sebuah latihan, penampilan Messi berhasil memukau FC Barcelona, Spanyol. Kontrak ditandatangani dan Barcelona pun bersedia membiayai ongkos terapi hormon bagi Messi. Empat tahun lamanya, setiap harinya Messi mendapatkan suntikan di kedua kakinya.

Pada tanggal 16 Oktober 2004, Messi memulai debutnya di liga utama Spanyol, Primera Division, sebagai pemain pengganti. Gol pertamanya di Primera Division dicetak Messi dalam pertandingan melawan Albacete Balompié, 1 Mei 2005. Dengan golnya ini, Messi tercatat sebagai pencetak gol termuda dalam sejarah FC Barcelona.

Pengganti Maradona?

Pada bulan April 2007, ingatan pencinta bola kembali tertuju kepada Maradona. Gol yang dicetak Messi kala bertanding melawan FC Getafe bisa dikatakan sebagai duplikatnya gol Maradona, dalam perempatfinal Piala Dunia melawan Inggris tahun 1986. Dalam hitungan 12 detik, Messi men-drible bola dari lapangan tengah, mengecoh empat pemain dan kiper lawan, sebelum menyarangkan bola ke gawang. Walaupun kepiawaiannya dalam mengolah bola tidak diragukan lagi, Messi selalu merendah jika dibandingkan dengan Maradona. “Saya masih harus terus berlatih. Saya ingin menjadi pemain yang serba bisa,” dikatakan Lionel Messi.

Masalah di Tim Nasional

Bersama Barcelona, Messi telah berhasil meraih semuanya. Juara Liga, Piala Liga, juara Liga Champions UEFA, Piala Super Spanyol dan Eropa serta juara dunia antarklub FIFA. Akan tetapi hal ini berbeda bersama tim Argentina. Seluruh rakyat Argentina masih menunggu terobosan besar anak ajaib ini.

Dalam Piala Dunia 2006 di Jerman, Messi hanya diturunkan dalam tiga pertandingan, itupun tidak 90 menit penuh. Dan Messi hanya bisa menyaksikan dari bangku cadangan ketika Argentina didepak Jerman di perempatfinal. Juga dalam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, tidak satu golpun yang berhasil dicetak Messi. Dan kembali Argentina disingkirkan Jerman di perempatfinal. Hal tidak berubah dalam turnamen Copa America 2011. Messi kembali tidak memenuhi harapan di negaranya sendiri. Ia tidak mencetak gol dan bersama tim Argentina gugur di babak perempatfinal setelah kalah dari Uruguay.

Baru dalam Piala Dunia 2014 di Brasil, Messi berhasil menunjukkan bahwa iapun bisa menjadi tulang punggung timnas Argentina. Di Brasil, Messi berperan besar membawa Argentina maju sampai pertandingan final.

yf/as (sid/dpa)