1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Makin Banyak Pengungsi Suriah di Yordania

Birgit Svensson25 Juni 2013

Sebuah taman di kota Ramtha akhirnya dijadikan tempat penampungan pengungsi dari Suriah. Pemerintah Yordania mulai kewalahan menghadapi gelombang pengungsi.

https://p.dw.com/p/18v7t
Syrian refugees after they crossed the border, near Ramtha, Jordan.
Pengungsi Yordania di SuriahFoto: picture-alliance/dpa

Kota Ramtha di perbatasan ke Suriah tidak punya banyak lahan hijau. Karena itu dipilih satu lokasi untuk dijadikan taman. Namanya Taman Raja Abdullah. Gerbangnya sudah dibangun, tapi kemudian perang saudara pecah di Suriah. Tempat ini akhirnya menjadi penampungan pengungsi.

Kebanyakan pengungsi di Ramtha berasal dari Daraa. Di kota itulah awal aksi protes terhadap rezim Bashar al Assad, Maret 2011. Waktu itu, beberapa remaja membuat gambar-gambar protes di tembok. Mereka ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Orang tua dan teman-temannya lalu menggelar aksi protes. Aksi itu akhirnya meluas menentang korupsi dan kekuasaan otoriter sampai akhirnya terjadi perang saudara.

Sekeluarga Ikut Protes

Anak-anak saya melempar batu dan saya ikut demonstrasi", kata Mohammed yang sudah tinggal selama 11 bulan sebagai pengungsi di Taman Raja Abdullah. "Kami semua masuk daftar hitam."

Seorang putranya sudah masuk penjara. Anak perempuannya terluka di kaki ketika pasukan Suriah menyerang desa mereka. Rumah mereka hancur dibom. Militer Suriah berulangkali mengerahkan panser dan artileri berat menyerang desa itu.

Para pengungsi mengatakan, Bashar al Assad menyalahkan mereka telah menyulut konflik di Suriah. Padahal mereka dulu tidak menuntut Assad mundur, apalagi menggulingkannya. Tuntutan itu muncul belakangan di tempat lain, setelah konflik meluas.

Yordania Tidak Ingin Konflik

Para pengungsi menceritakan, ada ribuan pejuang Hisbollah dari Lebanon dan Iran yang kini masuk ke Daraa dan mendekati perbatasan. Karena itu, arus pengungsi ke Yordania dalam beberapa hari mendatang akan makin deras lagi. Tapi pemerintah Yordania berusaha menenangkan situasi dan mencegah eskalasi konflik, karena sudah kewalahan menampung gelombang pengungsi.

Ada sekitar 560.000 pengungsi asal Suriah yang diregistrasi. Tapi jumlah pengungsi yang sebenarnya jauh lebih banyak lagi. Warga Suriah juga bukan satu-satunya kelompok pengungsi. Yordania kini berpenduduk sekitar 6 juta orang. Tahun 1948 dan 1967 datang gelombang pengungsi dari Palestina, yang melarikan diri dari Israel. Warga Palestina sekarang merupakan mayoritas penduduk Yordania. Tahun 2003, datang sekitar 600.000 pengungsi dari Irak yang lari dari peperangan. Jadi Yordania sudah menampung lebih banyak pengungsi daripada jumlah penduduk aslinya.

Syrische Flüchtlinge im Flüchtlingslager Ramtha, Jordanien.
Setiap keluarga pengngsi mendapat satu Container.Foto: Birgit Svensson

Perlu Bantuan

Mohammed merasa beruntung bisa berada di Ramtha, dan bukan di penampungan pengungsi Zaatari. Di sana situasinya lebih parah lagi, dengan 120.000 pengungsi yang tinggal di tenda-tenda. Di Ramtha hanya ada 850 pengungsi dan tidak tinggal di tenda, tapi di peti kemas yang dibuat menjadi tempat tinggal. Satu Container untuk satu keluarga.

Mereka mendapat kasur, selimut, kompor gas dari PBB. Setiap hari 40 kubikmeter air dibawa oleh UNICEF. Selain itu, UNICEF menyelenggarakan pelajaran sekolah. Tempat penampungan pengungsi di Ramtha terletak hanya 10 kilometer dari Daraa.

"Kita harus meningalkan semuanya", kata Mohammed. "Kita tidak punya apa-apa lagi." Mereka mendapat sebuah televisi tua sebagai hadiah. Sekarang mereka bisa mengikuti berita tentang tanah airnya. Anak-anak membawa telepon genggam dan komputer. Dari beberapa potongan kayu, mereka membuat lemari seadanya. Kampung halamannya tidak jauh. Tapi Mohammed dan keluarga tidak bisa pulang ke sana.