1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Makna Politik Busher Bagi Iran dan Rusia

20 Agustus 2010

upacara pembukaan reaktor atom Iran di Busher bagi pemerintah di Teheran terutama merupakan simbol politis. Bagi Rusia momentum ini lambang hubungan baik dengan dengan Iran, yang tidak selalu berjalan mulus.

https://p.dw.com/p/Oscu
Simbol sistim penangkal roket S-300 yang masih mewarnai konflik Iran -RusiaFoto: DW

Musim panas tahun lalu ketika Mahmud Ahmadinejad, di tengah-tengah memuncaknya kerusuhan masih berkunjung ke Yekaterinburg Rusia, untuk menghadiri apa yang disebut Konferensi Shanghai, ia masih disambut Presiden Rusia Dmitri Medvedev secara akrab. Ia mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Ahmadinejad secara resmi sebagai presiden Iran, meskipun hasil pemilu yang dipersengketakan. Sikap itu memicu kebingungan, baik di lingkup internasional maupun di kalangan penduduk Iran. Tidak lama kemudian dalam sholat Jumat di Teheran terdengar ungkapan yang belum pernah terdengar sebelumnya. „Mati Rusia!“ Teriakan banyak demonstran yang mengungkapkan kemarahannya, dimana pemerintah Teheran jelas-jelas mencari dukungan Moskow dan memperolehnya.

Masyarakat cemas dengan pendekatan yang tidak diduga itu, ujar seorang demonstran. Apalagi dalam sejarahnya Iran sudah menelan pengalaman pahit dari hubungan dengan Rusia

„Sebelum revolusi Oktober, Rusia mencaplok sebagian besar kawasan Iran setelah perang beberapa tahun. Selama kekuasaan Sovyet, lewat kaki tangannya memainkan pengaruh besar terhadap politik dalam negeri Iran. Kini banyak warga Iran percaya, Rusia dapat dikatakan memainkan kartu Iran di panggung politik dunia. Itu semua alasan untuk bereaksi keras di sini."

Kedua negara saling membantu karena keduanya dapat saling memanfaatkan. Moskow tahu, selama sengketa mengenai program nuklir Iran berkepanjangan, Presiden Obama disibukkan dengan itu dan kurang memperhatikan masalah politik Rusia.

Di pihak Teheran, kemitraan dengan Moskow penting karena Rusia memiliki posisi penting pada Dewan Keamanan PBB yang jika perlu dapat memblokir sanksi terhadap Teheran. Yang penting dalam kaitan ini adalah peran Rusia dalam pembangunan reaktor atom di Busher di Selatan Iran. Tahun 1995 Moskow berjanji untuk merampungkan proyek yang sudah dimulai perusahaan Jerman Siemens tahun 1975 itu dan mengoperasikannya. Sebetulnya pengoperasian itu dijadwalkan paling lambat tahun 2004, tapi selalu mengalami penundaan. Tapi Teheran tetap bersikap tenang.

Namun ketika Menteri Energi Rusia Sergey Schmatko musim gugur lalu mengumumkan reaktor di Busher baru dapat dioperasikan paling cepat musim semi tahun ini, kesabaran Iran habis. Rusia hanya mempermainkan kita sejak 20 tahun! Demikian kecaman jurubicara komisi keamanan parlemen Iran. Kekecewaan Iran yang terungkap dalam kemarahan dapat dimengerti. Sebetulnya Presiden Ahmadinejad mengharapkan reaktor Busher yang kapasitasnya lebih dari 1000 Megawatt

"Kami memutuskan secara bulat memperluas dan mengembangkan reaktor atom di seluruh negara sampai 20 ribu Megawatt."

Kemarahan itu semakin memuncak sejak musim semi lalu. Ahmadinejad menuduh Rusia mewakili posisi AS dalam sengketa mengenai sanksi baru bagi Iran. Selain itu muncul slogan anti Rusia di parlemen Iran, dimana anggota parlemen Ali Motahari meminta agar untuk selanjutnya Teheran lebih membantu warga muslim yang tertekan di Chechnya. Moskow bereaksi marah dan menuduh Iran menyebar kebencian politik, dan Juni lalu menyetujui sanksi PBB bagi Iran.

Kini setelah 10 pekan lebih lama reaktor atom di Busher akhirnya beroperasi, tampaknya belum cukup untuk menciptakan kembali hubungan kemitraan Iran-Rusia.

Sejauh ini Moskow masih menolak memasok sistem penangkal roket S-300 ke Iran. Bagi Iran ini jauh lebih penting daripada pengoperasian reaktor atom pertamanya.

Pick Ulrich/Dyan Kostermans

Editor: Asril Ridwan