1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiGlobal

Mandeknya Pemasokan Bahan Mentah Berlanjut ke Tahun Depan?

Ashutosh Pandey
25 Desember 2021

Tahun 2021 dunia industri mengalami kelangkaan bahan mentah, terutama semikonduktor dari Cina. Industri otomotif terpaksa menurunkan atau bahkan menghentikan produksinya. Situasinya belum akan berubah banyak awal 2022.

https://p.dw.com/p/44oIX
Kapal peti kemas menunggu masuk pelabuhan di Kanada
Pandemi corona menyebabkan kelambatan pembongkaran barang di banyak pelabuhanFoto: Jonathan Hayward/The Canadian Press/AP/picture alliance

Tahun 2021, prospek ekonomi sebenarnya cukup baik. Setelah dunia mengalami lockdown di berbagai tempat setahun sebelumnya, vaksinasi meredakan penyebaran pandemi. Berbagai pelonggaran membuat banyak orang lega, dan ingin berbelanja lagi. Apalagi setahun sebelumnya banyak pengeluaran yang direncanakan akhirnya dibatalkan, misalnya rencana liburan dan belanja barang.

Ketika pelonggaran mulai dilakukan dan restoran serta tempat-tempat hiburan kembali dibuka, konsumen menyambutnya dengan pergi berbelanja, berlibur dan memenuhi tempat-tempat hiburan. Animo yang besar ini bahkan sempat mengagetkan para pebisnis dan pedagang, yang belum siap menghadapi serbuan pelanggan.

Permintaan barang dan jasa mendadak melonjak, ketika jalur pemasokan barang belum pulih. Akibatnya harga-harga naik, demikian juga tingkat inflasi. Industri dan bisnis hampir di seluruh dunia harus menunggu pemasokan barang, terutama semikonduktor dari Cina.

Kapal peti kemas di pelabuhan Los Angeles
Kapal-kapal peti kemas menunggu giliran jadwal bongkar muat di pelabuhan Los AngelesFoto: Mark Holtzman/Zumapress/picture alliance

Kekurangan peti kemas untuk pengiriman barang

Yang dicari konsumen terutama barang-barang elektronik seperti komputer, smartphone dan peralatan elektronik rumah tangga sampai mobil baru. Banyak pedagang harus menunggu lama sampai barang dagangan pesanannya tiba.

Yang langka bukan hanya barang, melainkan juga peti kemas untuk mengangkut barang-barang itu. Masalahnya adalah " kendala fisik di pelabuhan," kata Coleman Nee, ekonom senior di Organisasi Perdagangan Dunia WTO kepada DW. Dia menambahkan, angkutan udara yang digunakan untuk membawa barang-barang seperti semikonduktor, juga harus berjuang untuk memenuhi permintaan yang tinggi.

Ramainya pemesanan dan permintaan barang yang tiba-tiba melonjak, menyebabkan kemacetan besar di pelabuhan-pelabuhan AS dan Eropa, terutama karena distribusi dan ketersediaan peti kemas tidak merata secara global. Pembongkaran barang di pelabuhan-pelabuhan tujuan berlangsung lambat karena pembatasan corona. Akibatnya, peti kemas yang kosong butuh berminggu-minggu sampai bisa dikirim kembali ke Asia.

Hal itu menyebabkan harga peti kemas melonjak ke rekor tertinggi, karena perusahaan-perusahaan berlomba untuk mendapatkan peti kemas dan mengirimkan barang mereka. Menurut perusahaan ekspedisi Drewry, biaya rata-rata untuk pengkutan kontainer ukuran 40 kaki lewat laut sampai pertengahan Desember tahun ini mencapai 9.300 dolar AS, naik 170 persen dibanding setahun sebelumnya.

Kemacetan rantai pasokan akan tetap ada

Peti kemas sekarang menghabiskan 20% lebih banyak waktu dalam perjalanan daripada masa sebelum pandemi, kata Jan Hoffmann, kepala cabang logistik perdagangan di UNCTAD kepada DW.

"Jadi sebenarnya diperlukan 20% lebih banyak peti kemas, tapi itu tidak ada", katanya.

Industri otomotif termasuk yang paling terpukul. Kekurangan chip komputer, yang telah menjadi komponen penting dalam mobil modern yang dilengkapi dengan fitur seperti layar sentuh dan sistem navigasi, telah memaksa para produsen mobil untuk menutup sementara beberapa pabrik mereka.

Di zona euro, produksi kendaraan di Jerman  turun 30% dibandingkan tahun 2019 sebelum ada pandemi. Berkurangnya ketersediaan mobil baru dan tingkat persediaan yang rendah juga berdampak pada penjualan global. Angka penjualan mobil antara April dan September tahun ini turun 20%, menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, OECD.

Krisis rantai pasokan ini tidak bisa ditangani dengan cepat, kata Angel Talavera dari Oxford Economics. "Tidak mungkin untuk mengantisipasi waktu yang tepat, kapan masalah rantai pasokan akan mereda. Tetapi kalau situasi kesehatan membaik, dan rotasi pelayanan global kembali berjalan, ini akan mengurangi tekanan pada rantai pasokan," jelasnya. Situasi perlahan akan pulih, lanjutnya. Tentu saja, kalau virus corona tidak bermutasi dan memunculkan varian berbahaya yang kembali memutuskan rantai pasokan global.

(hp/yp)