1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mantan Pengawal Bin Laden Tinggal di Bochum

Arnd Riekmann 8 Agustus 2012

Seorang yang diduga mantan pengawal pribadi Osama bin Laden sejak bertahun-tahun tinggal di Jerman. Pihak berwenang mengkategorikannya sebagai warga berbahaya, tapi gagal mengadili atau mengusirnya.

https://p.dw.com/p/15m06
Foto: Matthias Graben/WAZ

Seorang yang diduga mantan pengawal pribadi Osama bin Laden sejak bertahun-tahun tinggal di Jerman. Pihak berwenang mengkategorikannya sebagai warga berbahaya, tapi gagal mengadili atau mengusirnya.

Sudah sejak 8 tahun pria asal Tunisia Sami A. tinggal di Bochum, Jerman. Dengan tentram pria berusia 36 tahun itu tinggal bersama istri dan anak-anaknya di kota di negara bagian Nordrhein Westfalen tersebut. Di lingkungan tetangga pria itu tampak biasa-biasa saja. Tapi awal pekan ini terungkap “Kami mengategorikan Sami A. sebagai pengkhotbah yang berbahaya,“ demikian disampaikan Kepala Dinas Rahasia Nordrhein Westfalen Burkhard Freier, Senin (07/08), yang mengamati Sami A. sejak 8 tahun.

Juga Kejaksaan Jerman sudah melakukan proses pengusutan terhadap pria asal Tunisia itu. Terdapat dugaan awal, Sami A. bisa jadi merupakan anggota kelompok teroris asing. Tapi bulan Mei 2007 proses itu dihentikan. Kala itu tidak cukup bukti terhadap kecurigaan tersebut. Dan hingga kini pun tidak berubah. “Sejak itu, tidak terdapat bukti kuat adanya pelanggaran hukum yang diketahui oleh pihak kejaksaan,” demikian dikatakan juru bicara kantor Kejaksaan Jerman di Karlsruhe kepada DW.

Afghanistan Terror Porträt von Osama bin Laden
Osama bin LadenFoto: AP

Menurut laporan surat kabar WAZ, di mesjid-mesjid di Bochum Sami A. diduga merekrut warga Muslim muda untuk melakukan “Perang Suci“. WAZ juga mengkaitkan Sami A dengan radikalisasi dua anggota kelompok yang yang disebut sel Al Qaida Düsseldorf.

Bochum dan Sel Teror Düsseldorf

Menurut laporan WAZ, Sami A. memberikan pelajaran kepada kedua tersangka teror di mesjid-mesjid Bochum. Amid C. (21) dari Bochum dan Halil S. (28) dari Gelsenkirchen diajari pengetahuan ideologi untuk rencana-rencana teror. Keduanya diajukan ke pengadilan Düsseldorf. Mereka dituduh bersama dengan dua komplot lainnya telah merencanakan serangan.Menurut dakwaan, mereka merencanakan meledakkan bom di tengah massa dan menyebarkan “ketakutan dan teror “ di Jerman.

Namun, menurut juru bicara kejaksaan Jerman, Sami A. tidak bertanggung jawab dalam perekrutan sel Düsseldorf dan mengatakan, tertuduh lainnya, Abdeladim El-K., yang merencanakan serangan dan merekrut tersangka komplotannya.

Hari Senin (06/08), satu video yang beredar di internet memperlihatkan Samir A. tengah memberikan khotbah yang tampak sebagai ajaran radikal. Ia menyampaikan, anggota keluarga yang tidak memiliki keyakinan yang benar bukanlah anggota keluarga. Saat ini, video tersebut sudah menghilang dari internet. „Video telah dihapus user,“ demikian pesan yang tertulis di YouTube.

"Pandangan yang Tidak Masuk Akal "

Di kalangan warga muslim di Bochum, Sami A. bukan orang yang asing. Dari Mesjid Khaled di kawasan Hustadt disebutkan, warga Tunisia itu hanya merupakan seorang makmum dan jamaah dan tidak diperbolehkan untuk memberikan khotbah. Pandangannya mengenai Islam terlalu muskil, kata Ahmed Aweimer dari Mesjid Khaled kepada WDR. Ahmed Aweimer juga membenarkan bahwa mesjid Bochum ini dulunya sering dikunjungi anggota sel teror Düsseldorf. Ia mengatakan, sepanjang pengetahuan, ini tidak lebih dari sekedar kunjungan. Juga tidak diketahui apakah para tersangka teroris bertemu dengan Sami A. di sana atau diradikalisasi oleh pria Tunisia itu. Seandainya tuduhan itu benar, Sami A. akan segera dilarang memasuki mesjid itu. Dikatakan Aweimer kepada WDR. “Kita harus melindungi para remaja. Kami juga harus melindungi masyarakat kita.“

Ahmad Aweimer
Ahmad Aweimer dari Mesjid Khaled di BochumFoto: picture-alliance/dpa

Mesjid Khaled sudah sering menjadi topik pemberitaan. Ziad Jarrah, salah satu pelaku serangan teror 11 September 2001, juga pernah bersembahyang di mesjid itu. Sejumlah pakar mengatakan, bahwa dalam proses di Düsseldorf sebetulnya istilah yang digunakan bukan sel Al-Qaida Düsseldorf melainkan seharusnya sel teror Bochum.

Bukan kebetulan jika Bochum tampaknya makin menarik minat para islamis yang bersedia melakukan tindak kekerasan. Kota itu sejak tahun 1970-an menjadi pusat pengungsi politis dari negara-negara Islam, kata Stefan Reichmuth Profesor untuk Orientalistik dan Ilmu Islam di Universitas Bochum. Reichmuth memiliki teori, kenapa di Jerman yang liberal, pengkhotbah ekstremis selalu saja berhasil meradikalisasi mahasiswa-mahasiswa Muslim. Ia menyebut tentang “struktur mesjid yang menyebar bagi warga Arab Muslim“. Dewan mesjid, dikatakan Reichmuth, terdiri dari banyak anggota dari berbagai kalangan dan tidak ada pengawasan. Para pengkhotbah sering memanfaatkan peluang ini. Demikian kata Reichmuth kepada DW.

Prof. Dr. Stefan Reichmuth
Prof. Dr. Stefan ReichmuthFoto: Dominik Asbach

Kota Bochum sudah berusaha mendeportasi Sami A. ke Tunisia. Namun syarat-syarat pengusiran ditolak pengadilan administrasi di Gelsenkirchen. Antara lain karena Sami A. menikah dengan warganegara Jerman dan pasangan ini punya tiga anak. Bochum telah mengajukan banding. Kini Pengadilan Tinggi Münster yang harus memutuskan apakah Sami A. dapat dipulangkan ke negara asalnya.