1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Karl Marx dan Perjalanan Sebuah Ide

4 Mei 2018

Karl Marx lahir 200 tahun yang lalu. Pemikirannya mendapat tantangan dan dukungan. Tapi yang jelas, hingga kini masih dianggap modern.

https://p.dw.com/p/17wvl
Karl Marx
Foto: Friedrich-Ebert-Stiftung/AdsD/dpa/picture alliance

Ketika muda, Karl Marx pernah berkata, "Para filsuf hanya memberikan interpretasi yang berbeda kepada dunia, yang penting ialah mengubahnya". Manifesto Partai Komunis yang dirumuskan oleh Marx dan Engels, disamping pernyataan Hak Azasi Manusia dan hak warga dari 1789, serta deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat, merupakan salah satu karya politis terpenting dalam sejarah dunia.

Inti Pemikiran Marx

Sejak awal Karl Marx ingin dilihat sebagai ilmuwan dan bukan filsuf. Pemikirannya dilandasi oleh analisanya mengenai kerja. Manusia adalah "hewan yang memproduksi dirinya sendiri“, begitu tulis dua editor, Siegfried Landshut dan J. P. Meyer. Untuk bisa menganalisanya, Marx membutuhkan pengetahuan ekonomi. Ini didapatkannya dari temannya, Friedrich Engels.

Marx kemudian mencetuskan teori nilai tambah yang menyatakan, bahwa manusia bisa menghasilkan nilai yang lebih dari apa yang dibutuhkannya sendiri. Selisih itu diambil oleh seorang kapitalis, yakni dengan memberikan bayaran yang lebih rendah daripada nilai yang dihasilkan oleh karyawan itu. Melalui cara inilah seorang kapitalis mendapatkan laba.

Teori Marx pada akhirnya didasari pemikiran bahwa materialisme mempengaruhi kehidupan sosial: "Das Sein bestimmt das Bewusstsein". Ia maksudkan di sini bahwa keberadaan itu menentukan kesadaran seseorang. Bagaimana kita hidup dan bekerja dipengaruhi oleh apa yang kita rasakan dan kita pikirkan. Selanjutnya Marx berkonklusi, bahwa kehidupan kapitalisme akan hancur secara alamiah akibat kontradiksi yang terbangun di dalamnya.

Dampak dan Akibat

Dalam 200 tahun terakhir pemikiran Marx, seperti perkiraan ekonomi lainnya, melampaui masa yang booming dan lesu.

 

Teorinya mempengaruhi konflik di masa perang dingin. Di Uni Soviet, Lenin dan penerusnya Stalin membangun komunisme menjadi suatu ideologi dan berusaha merealisasikannya secara politik. Begitu juga Mao di Cina, Ho Chi Minh di Vietnam, Kim Il Sung di Korea Utara dan Castro di Kuba. Mereka merujukkan ideologinya kepada ilmuwan dari kota Trier itu. Mereka begitu yakin, bahwa Marx telah menemukan kebenaran yang universal. Hal ini tidak menghalangi mereka untuk menyesuaikan teori Marx bagi kepentingan pribadi.

Runtuhnya Blok Timur

Dalam beberapa tahun saja, negara-negara yang berhaluan komunis ini berubah menjadi negara diktator yang brutal, seperti Rusia dan Cina. Ramalan Marx bahwa di negara-negara industri akan terjadi revolusi, tidak terbukti.

Berbagai asumsi Marx juga terbukti salah atau setidaknya sepihak. Filsuf liberal Karl Popper menunjukkan bahwa ajaran Marx tidak memenuhi kriteria ilmiah, seperti yang diakui oleh Marx dulu. Sebaliknya: sistem pemerintahan di Rusia, yang dianggap merintis komunisme di dunia, hancur dalam persaingannya dengan kapitalisme Barat. Sehingga dalam sejarah, ajaran Marx tampaknya bisa dianggap sebagai jalan yang salah.

Bahwa kapitalisme tidak betul-betul menang, terlihat selambatnya ketika krisis ekonomi 2007. Ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan dan rumah mereka. Marx kembali menjadi buah bibir dan dianggap sebagai pemikiran modern.

Rodion Ebbighausen (ml/vlz)