1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masa Depan Hubungan Nirkabel

28 April 2014

Internet rasanya bisa ditemukan di mana saja, tetapi bidang-bidang besar di langit tidak tertutup internet. Sejumlah bidang tanah dan sebagian besar wilayah samudra juga tidak terjangkau sinyal. Apa solusinya?

https://p.dw.com/p/1BpbE
Foto: Fotolia/drubig-photo

Tiga puluh tahun setelah telefon seluler pertama dilempar ke pasaran, separuh dunia masih belum terhubung. Bagi sebagian orang telefon masih terlalu mahal. Sementara seperlima populasi bumi, atau sekitar 1,4 milyar orang, hidup di wilayah yang tidak punya infrastruktur jaringan dasar. Demikian dinyatakan dalam sebuah kertas putih yang dipublikasikan Facebook.

Angka itupun tidak mencakup orang-orang yang punya telefon seluler tapi harus mengadakan perjalanan beberapa jam sebelum bisa menelfon atau mengirim sms. Demikian dikatakan Kurtis Heimerl. Perusahaan pelopornya, Endaga membantu mendirikan salah satu jaringan hubungan terkecil di dunia, di sebuah desa di Indonesia timur. Semua orang di komunitas ini punya telefon dan kartu SIM, tapi tidak bisa menghubungi dan dihubungi orang.

Heimerl memperkirakan, hingga dua milyar orang tidak pernah merasakan hubungan telefon seluler yang baik sepanjang hidup mereka. Tantangannya adalah menghubungkan semua orang itu dengan biaya menarik.

Samudra jadi tantangan

Memperbaiki lingkup dan kecepatan komunikasi di wilayah laut yang menyelubungi lebih dari dua pertiga planet Bumi sudah jadi keharusan bagi pengawasan lingkungan hidup. Juga untuk pencatatan perubahan iklim, pengawasan polisi, perkiraan bencana alam seperti tsunami, memantau lahan minyak dan gas, dan juga untuk menjaga pelabuhan.

"Kemampuan kita untuk berkomunikasi dalam air terbatas." Kata Jay Nagarajan. Pemilik perusahaan 'start up' Subnero di Singapur itu membuat modem untuk ditempatkan di dasar laut.

Balon, pesawat nirawak dan satelit

Di wilayah daratan, tantangan ini sudah berusaha ditangani beberapa perusahaan. Google, misalnya, membeli Titan Aerospace, pembuat pesawat nirawak yang bisa terbang selama setahun tanpa harus mendapat energi baru. Sementara Facebook telah membeli Ascenta, pembuat pesawat nirawak yang berbasis di Inggris.

Mark Zuckerberg mengatakan Facebook berusaha membuat pesawat nirawak dan satelit untuk membantu mendatangkan internet kepada dua pertiga warga Bumi yang tidak punya akses. Sebagai bagian Project Loon, Google tahun lalu meluncurkan balon sampai ketinggian 20 kilometer di atas wilayah udara Selandia Baru. Dengan langkah itu hubungan internet nirkabel dengan kecepatan sampai kualitas 3G bisa tercapai bagi sebuah daerah yang besarnya dua kali luas New York City.

Tapi ini semua teknologi eksperimental, dan kemungkinan tidak bisa bertahan sampai sepuluh tahun, kata Christian Patouraux, direktur utama sebuah perusahaan pelopor lain di Singapura, Kacific. Solusi yang ditawarkan perusahaan ini adalah jaringan satelit yang bertujuan untuk memungkinkan hubungan internet bagi 40 juta orang di areal yang disebut 'Blue Continent', yang terbentang antara Indonesia timur hingga kepulauan yang ada di bagian tengah samudra Pasifik.

Hubungan dengan satelit

Teknologi satelit jadi metode utama konektivitas, sampai kabel yang diletakkan di dasar laut memungkinkan hubungan lebih cepat dan murah. Sekarang satelit menikmati 'come back'. Kacific, O3b dan sejumlah perusahaan lain berusaha memasuki pasaran yang susah ditembus. Sementara perusahaan lain yang menawarkan internet lewat satelit bahkan sukses, bahkan di sebagian pasar yang sudah berkembang. Tahun lalu, ViaSat mencapai peringkat teratas dalam studi yang dilaksanakan Komisi Komunikasi Federal AS tentang kecepakatan hubungan jalur lebar.

Sementara itu, penumpang pesawat terbang jaman sekarang semakin berharap bisa mengakses internet ketika berada di udara. Sekitar 40% maskapai penerbangan AS kini menawarkan akses wifi di pesawat. Jumlah penerbangan komersial di seluruh dunia dengan layanan hubungan internet nirkabel atau telefon seluler, atau keduanya, akan meningkat tiga kali lipat dalam dasawarsa mendatang. Demikian hasil penelitian perusahaan IHS.

ml/hp (rtre)