1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

141009 Doha Lamy Welthandel

21 Oktober 2009

Seharusnya, putaran perundingan Doha rampung tahun 2003. Bagaimana tanggapan Direktur Jendral WTO Pascal Lamy mengenai putaran perundingan yang tersendat-sendat ini?

https://p.dw.com/p/KBwo
Dirjen WTO Pascal LamyFoto: AP

Sejak perang dunia kedua berakhir, perdagangan global terus tumbuh. Tapi akibat krisis ekonomi global untuk pertama kalinya perdagangan dunia menyusut. Tahun ini, penyusutan perdagangan global mencapai 12 persen.

Seharusnya, situasi saat ini memaksa anggota WTO untuk segera menuntaskan putaran perundingan Doha. Apalagi di saat krisis ekonomi global, para anggota lebih bergantung satu sama lain. Sebagian negara ingin tetap membuka pintu bagi perdagangan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekspor seperti sebelum krisis. Tak heran, bila mereka ingin secepatnya menyelesaikan putaran perundingan Doha.

"Bila itu yang mereka inginkan, dan saya memahami hal itu, saya akan tetap di sini untuk membantu mereka mencapai tujuan tersebut."

Pascal Lamy mengatakan kalimat ini kepada anggota WTO di Pittsburgh, di sela-sela perundingan kelompok G-20 akhir September lalu. Meski, dirjen WTO tak dapat melakukan banyak bagi anggotanya. Misalnya menjamin lingkungan tanpa tekanan dan gesekan. Lamy menyebutnya bantuan teknis. Ini seharusnya tak menjadi faktor penghalang suksesnya putaran perundingan Doha. Itu dikatakan dirjen WTO Lamy kepada para anggotanya di Pittsburgh:

"Tolong pastikan bahwa juru runding Anda, yang harus berurusan dengan lobi lokal dan kelompok kepentingan yang berbeda-beda, tolong pastikan bahwa mereka siap untuk mempercepat proses perundingan. Berikan ruang bagi mereka untuk berunding. Ini bisa dilakukan dengan mudah, tapi harus ada insentif di tingkat pengambil keputusan."

Putaran perundingan Doha seharusnya tuntas akhir tahun 2010. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Meski juga ada sejumlah keberhasilan. Untuk pertama kalinya, negara industri tidak lagi memberlakukan tingkat pajak tertinggi untuk produk industri kata Lamy.

"Negara ambang industri - bukan negara termiskin dunia - negara industri baru untuk pertama kalinya setuju untuk menurunkan bea cukainya saat perundingan GATT-WTO. Dan ini penting sekali, mengingat di lingkup WTO sebagian besar negara industri baru membedakan antara bea cukai maksimal dan bea cukai yang berlaku."

Pasalnya, ini memampukan negara ambang industri menaikkan bea cukainya. Padahal WTO menginginkan penurunan tarif bea masuk bagi produk impor. Ini adalah salah satu target utama putaran perundingan Doha. Tapi, tantangan terbesar adalah mencapai suatu kesepakatan karena sejak tahun 2006 konstelasi kekuatan di badan WTO sudah bergeser. Sejak tahun 2006, Amerika Serikat dan negara Uni Eropa tidak lagi menguasai kancah perundingan. Negara berkembang dan ambang industri lebih terorganisir di bawah pimpinan Brasil, India dan Afrika Selatan. Kini ada kubu kedua yang menjadi tandingan AS dan Uni Eropa dalam WTO.

Tahun 2003 di Cancun, Brasil untuk pertama kalinya menuntut akses pada pasar agraris negara kaya. Waktu itu, usulan Brasil menjadi bahan tertawaan. Kini, negara industri maju merasakan imbasnya. Selama negara maju tidak membuka pasar agrarisnya bagi negara ambang industri, Brasil dan negara industri baru lainnya menolak untuk bergerak. Mereka balik menutup pasarnya bagi produk industri dan layanan jasa dari negara maju. Sejak tahun 2006, perundingan Doha mandeg.

"Masalahnya adalah dengan tempo perundingan saat ini, kita baru berhasil merundingkan 80 persen dari paket keseluruhan. Saya ragu, apakah kita akan berhasil mencapai target kami yaitu menuntaskan perundingan akhir tahun depan."

Bila perekonomian dunia pulih lebih cepat daripada yang diperkirakan semula, posisi Pascal Lamy akan makin sulit. Karena tanpa tekanan krisis ekonomi, anggota WTO tak merasa dipaksa untuk segera menyelesaikan putaran perundingan Doha.

Jutta Wasserrab/Ziphora Robina
Editor: Hendra Pasuhuk