1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masa Lalu Hugo Boss Terkait Nazi

26 September 2011

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perusahaan yang mengungkap masa lalu berkaitan dengan Nazi. Perusahaan Hugo Boss menugaskan penelitian mengenainya.

https://p.dw.com/p/12gfA
Hugo BossFoto: Bundesarchiv Berlin

Hugo Boss sebenarnya hanya seorang penjahit biasa. Setelah Perang Dunia pertama di usia 33 tahun ia membuka usaha jahit menjahit di Metzingen. Usaha kecil dengan hanya 30 pekerja. Masih jauh dari merk Hugo Boss yang sekarang dikenal di seluruh dunia.

Seragam Untuk Partai Nazi

1931, perusahaan ini juga merasakan dampak dari krisis ekonomi dunia. Tawaran dari partai Nazi untuk memproduksi seragam bagi anggota partai datang di waktu yang tepat. Masih di tahun yang sama, Boss menjadi anggota partai tersebut.

"Jika melihat kelanjutan karir Boss, maka keanggotaannya dalam partai bukan hanya karena alasan ekonomi. Harus dikatakan secara jelas, bahwa ia seorang Nazi. Ia menjadi anggota partai tahun 1931 dan ini tidak menghambat karirnya. Jadi ia tentu percaya terhadap partai tersebut." Ahli sejarah Roman Köster dari Universitas Bundeswehr München meneliti masa lalu Nazi Hugo Boss melalui arsip, dokumen dan saksi mata.

Mulai 1931, pegawai Boss menjahit seragam bagi organisasi paramiliter di bawah partai Nazi. Bisnis ini dibagi Hugo Boss dengan banyak penjahit lain di seluruh Jerman. Selain seragam, Hugo Boss juga terus memproduksi pakaian kerja normal dan kemeja. "Ini berubah sejak 1938. Tahun itu dimulai kembali wajib militer. Sejak itu Boss hanya membuat seragam militer. Tapi juga harus dikatakan, Hugo Boss tetap hanya satu dari banyak perusahaan. Mereka menarik keuntungan dari Nazi sehingga mampu menggaji 300 pegawai. Tapi tetap saja mereka bukan perusahaan terkemuka di bidang produksi seragam."

Nazi Bantu Hugo Boss Berkembang

Berkat orderan dari Nazi, Hugo Boss menjadi perusahaan kelas menengah. Tahun 1945, dalam proses denazifikasi yang merupakan usaha untuk membersihkan bekas anggota Nazi dari pemerintahan, peradilan, perguruan tinggi, sekolah, dan pers di daerah pendudukan Jerman, Hugo Boss diklasifikasikan sebagai 'terbebani'. Namun, mereka boleh meneruskan usahanya.

Sayang, keberhasilan Boss menjadi merk internasional tidak dialami oleh sang pendiri perusahaan. 1948 ia meninggal di kota kelahirannya Metzingen dan putera-puteranya mengambil alih usahanya. Di tahun 60an mereka beralih ke mode setelan jas. Konsep ini menjadikan Boss sebagai pemain kelas dunia.

Baru dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan ini dikonfrontasi dengan tuduhan keterlibatan Nazi. Demikian menurut Hjördis Kettenbach dari divisi komunikasi perusahaan. Padahal perusahaan Hugo Boss sekarang tidak ada kaitannya lagi dengan keluarga Boss sejak membeli nama merek terkenal ini. "Tentu mengesalkan. Kami memutuskan untuk melanjutkan penggunaan namanya. Karena itu kami harus mempertanggungjawabkannya. Dan kami ingin menjawabnya melalui penelitian yang obyektif. Kami menyesali yang terjadi dahulu. Tetapi kini kami adalah perusahaan yang berbeda dan memohon orang memandang kami dengan cara yang berbeda."

Dana Ganti Rugi Bagi Pekerja Paksa Era Nazi

Hugo Boss bukan satu-satunya perusahaan yang menugaskan penelitian atas masa lalu Nazinya. Keluarga industri Quandts yang memiliki mayoritas saham BMW juga melakukannya. Begitu juga Deutsche Bank dan lembaga politik seperti kementrian luar negeri. Hasilnya, banyak pekerja paksa yang dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan di era Nazi dan di tahun 50an dan 60an masih banyak diplomat yang terkait Nazi bekerja di dinas kenegaraan.

Untuk membayar ganti rugi bagi bekas pekerja paksa, pemerintah Jerman medirikan dana ganti rugi di akhir tahun 90an. Perusahaan yang 'terbebani' karena kaitan sejarah dengan Nazi turut membayar ke wadah tersebut, termasuk Hugo Boss. Jumlah yang dibayarkan Hugo Boss ke dana ganti rugi tersebut tidak diungkap oleh perusahaan tersebut. sama seperti perusahaan lain yang juga turut urun dana.

Friedel Taube / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Agus Setiawan