1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Masih Banyak Perusahaan Jerman Berinvestasi di Ukraina

27 Oktober 2023

Melakukan bisnis di Ukraina selama perang tidak terpikirkan oleh sebagian besar perusahaan. Tapi ada juga yang melihat peluang dengan memperhitungkan risikonya. Mereka mendapat dukungan dari pemerintah Jerman.

https://p.dw.com/p/4Y3ZF
Forum Ekonomi Jerman-Ukraina di Berlin, 24 Oktober 2023
Forum Ekonomi Jerman-Ukraina di Berlin, 24 Oktober 2023Foto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance

Ukraina telah berperang sejak Februari 2022 melawan agresi Rusia tanpa jelas, kapan perang akan berakhir. Tetapi pada saat yang sama, minat perusahaan-perusahaan Jerman untuk berinvestasi di Ukraina meningkat. Semakin banyak perusahaan Jerman yang tertarik dengan prospek besar, justru karena dampak perang yang sangat besar.

Pemerintah Ukraina memperkirakan negara itu membutuhkan dana Us$750 miliar sampai tahun 2032 untuk pembangunan kembali. Beberapa ahli memperkirakan, biaya rekonstruksi Ukraina bahkan jauh lebih besar, sekitar US$1 triliun. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berjanji bahwa mereka yang berinvestasi saat ini akan memperoleh "keuntungan yang baik setelah perang.”

Pada konferensi ekonomi Jerman-Ukraina baru-baru ini di Berlin, Kanselir Jerman Olaf Scholz menjanjikan dukungan pemerintahnya terhadap perusahaan-perusahaan Jerman yang bersedia beraktivitas di Ukraina. "Mereka yang berinvestasi di Ukraina saat ini, berarti berinvestasi di negara anggota UE di masa depan, yang akan menjadi bagian dari komunitas hukum dan pasar internal kami,” katanya kepada peserta konferensi.

Kanselir Jerman Olaf Scholz
Kanselir Jerman Olaf Scholz janjikan dukungan pemerintahFoto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance

Jerman akan memberikan jaminan investasi

Jerman bersedia menawarkan jaminan investasi dan ekspor untuk meminimalkan risiko bagi perusahaan. Bahkan kerusakan akibat pertempuran juga akan ditanggung. Sebelum perang berakhir, Berlin telah mengeluarkan empat belas jaminan investasi dengan nilai total €280 juta.

Secara keseluruhan, ada 30 proposal proyek yang sedang dievaluasi, dan 70 ide proyek lainnya sedang dibahas, kata Christian Bruch, wakil ketua Komisi Bisnis Timur Asosiasi Ekonomi Jerman. Dia mengatakan kepada DW, yang masih diperlukan adalah asuransi untuk transportasi melalui Kawasan Ukraina.

Sebelum perang, ada sekitar 2.000 perusahaan Jerman melakukan bisnis dengan dan di Ukraina, dan sebagian besar masih tetap melanjutkan bisnisnya. Kanselir Olaf Scholz memuji peluang untuk melakukan bisnis "tidak hanya di sektor energi, seperti hidrogen, tetapi juga di industri pasokan, pertanian, sektor teknologi informasi (TI) dan pengolahan bahan baku penting."

Salah satu perusahaan besar yang masuk ke Ukraina adalah raksasa kimia Bayer, yang memproduksi benih di Ukraina. Oliver Gierlichs, Direktur Bayer Ukraina mengatakan,  rekonstruksi Ukraina saat ini "telah dimulai."

Bayer berencana memperluas anak perusahaannya dengan investasi senilai €60 juta. "Ini bukan keputusan politik, bukan hadiah untuk Ukraina, tapi murni keputusan ekonomi, karena kami melihat peluang besar di bidang pertanian. Untuk pasar ekspor dan juga secara lokal, Ukraina akan tetap menjadi lumbung pangan Eropa,” kata Oliver Gierlichs kepada DW. Dia mengatakan, Bayer beroperasi di wilayah "yang risiko perangnya relatif rendah.”

"Tentu saja hal ini sudah kami perhitungkan. Tidak ada nol risiko, tapi dari sudut pandang kami, risikonya bisa dikendalikan,” ujarnya.

Perang dan kehancuran bisa menarik investasi

Florian Otto, analis di Control Risks, sebuah konsultan global, mengatakan bahwa risiko di Ukraina harus "dipertimbangkan secara regional.” Di wilayah timur dan tenggara Ukraina yang dilanda konflik, ada "risiko ekstrem” yang memerlukan penanganan berbeda. "Di wilayah-wilayah lain… Perusahaan-perusahaan Ukraina tidak hanya berfungsi, tetapi juga menunjukkan tingkat ketahanan dan kemampuan beradaptasi yang menakjubkan,” katanya kepada DW.

Selama perang, Rusia menargetkan infrastruktur energi Ukraina dengan menghancurkan pembangkit listrik, jaringan listrik, dan sistem pasokan air. Pemerintah Jerman baru-baru ini menyetujui hibah sebesar hampir €80 juta untuk perbaikan mendesak di sektor-sektor ini.

Namun bisnis yang saat ini paling menguntungkan adalah pasokan senjata dan amunisi untuk tentara Ukraina. Jerman telah menyalurkan €24 miliar untuk bantuan sipil dan militer ke Ukraina, dan sejauh ini, menjadikannya pendukung Ukraina terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Dennis Bürjes, anggota dewan komisaris produsen senjata Flensburger Fahrzeugbau (FFG), kepada DW mengatakan, bisnis dengan Ukraina "sedang berkembang.” Perusahaan yang berlokasi di dekat perbatasan Denmark ini memproduksi kendaraan lapis baja dan mempekerjakan 1.600 orang. FFG sedang dalam proses merampungkan hampir 700 kendaraan lapis baja untuk bantuan ke Ukraina, termasuk tank pembuat jembatan, dan tank insinyur. "Perusahaan kami sudah terlibat dalam pengiriman senjata, ketika secara politis belum ada peluang untuk mengirimkan tank tempur,” kata Dennis Bürjes.

Namun melakukan bisnis dengan dan di Ukraina juga banyak masalahnya. Misalnya, apa yang harus dilakukan produsen mesin jika teknologi yang mereka kirimkan ke Ukraina tidak berfungsi dengan baik atau memerlukan perbaikan? Padahal masih ada peringatan perjalanan untuk Ukraina, sehingga menimbulkan risiko yang tidak dicakup dalam perjanjian asuransi biasa, jika perusahaan mengirim staf ke kawasan perang.

Oleksandr Kamyshin, Menteri Industri Strategis Ukraina, mengambil pendekatan pragmatis dan menyebut konferensi video online sebagai salah satu solusinya. Bantuan teknis juga dapat diberikan melalui internet, katanya pada pertemuan di Berlin, sambil menambahkan: "Perang dan COVID telah mengajarkan kita bagaimana menjadi tangguh."

(hp/as)