1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

McChrystal Tetap Panglima ISAF?

23 Juni 2010

Jenderal AS Stanley McChrystal, panglima pasukan internasional di Afghanistan diperintahkan datang ke Gedung Putih, setelah lontarkan kritik terhadap pemerintah AS. Rabu (22/06) ia harus jawab pertanyaan atas ujarannya.

https://p.dw.com/p/O0Ov
Jenderal Stanley McChrystalFoto: AP

Bukan gerakan Taliban di Afghanistan yang menyebabkan Jenderal Stanley McChrystal berada dalam posisi terpojok, melainkan majalah musik AS, Rolling Stone. Tepatnya melalui sebuah potret sosok jenderal itu, yang ditulis wartawan politik terkenal Michael Hastings. Artikelnya berjudul "The Runaway General", atau jendral yang kehilangan kontrol, dan mengikutsertakan sejumlah kutipan.

Akibat ucapan McChrystal dan bawahannya yang kritis dan bahkan merendahkan terhadap Presiden AS Barack Obama, Wapres Joe Biden dan Duta Besar AS di Afghanistan Karl Eikenberry, sekarang McChrystal dipanggil ke Washington.

Tetap Panglima?

Robert Gates Washington USA
Menteri Pertahanan Robert GatesFoto: AP

Dengan bertatapan langsung dengan Obama dan mantan pendukungnya, yaitu Menteri Pertahanan Robert Gates, Jendral Stanley McChrystal harus menjelaskan kritiknya di Gedung Putih hari Rabu. Demikian dilaporkan stasiun radio nasional AS, NPR.

Apakah setelah tanya jawab tersebut McChrystal tetap menjadi panglima pasukan internasional di Afghanistan? Banyak pengamat politik meragukannya. Karena ucapan yang dikutip wartawan Michael Hastings dari orang terpenting Obama di Afghanistan itu dan bawahannya rupanya autentik.

Permintaan Maaf

Yang jelas, sampai sekarang McChrystal tidak menyangkalnya, demikian laporan stasiun televsi CNN. Bahkan sebaliknya. Pada hari yang sama setelah artikel itu diterbitkan, jenderal itu mengirimkan permintaan maaf ke Gedung Putih.

USA Afghanistan Dänemark Treffen Barack Obama und General Stanley McChrystal Flughafen Kopenhagen
McChrystal (kanan) ketika berbicara dengan Presiden Barack Obama di pesawat presiden, Air Force One, yang sedang mendarat di Kopenhagen, Denmark. (02/10/2009)Foto: AP

McChrystal mengungkapkan, semua itu kesalahan besar, yang menunjukkan kesalahan perkiraan, dan sebenarnya tidak boleh terjadi. Integritas dan kehormatan pribadi. Itulah prinsip-prinsip yang biasanya menjadi orientasi tindakannya. Apa yang dicerminkan artikel majalah itu tidak sesuai dengan dasar-dasar tersebut. Demikian McChrystal.

Tidak Mampu Menjinakkan Ranjau

Tetapi permintaan maaf McChrystal tidak dapat menjinakkan ranjau-ranjau dalam artikel majalah Rolling Stone tersebut. Dilaporkan, McChrystal mengatakan kepada stafnya, bahwa pertemuan pertamanya dengan Obama mengecewakan. Karena pertemuan itu tidak lebih dari kesempatan membuat foto bersama selama sepuluh menit dan tidak berisi. Demikian dikutip Rolling Stone.

Panglima ISAF itu juga mengatakan, bahwa Obama tidak mempersiapkan apapun, dan tidak mengetahui apapun mengenai dirinya. Obama juga tidak terlalu tertarik pada dirinya sebagai orang yang menjadi arsitek strategi di Afghanistan.

General McChrystal / Afghanistan / USA
McChrystal ketika berbicara kepada militer di markas militer AS di Kandahar, Afghanistan (02/12/2009)Foto: AP

Tidak Menjalin Kontak

Dalam artikel itu disebutkan juga, Obama dan McChrystal sejak awal tidak dapat benar-benar menjalin kontak. Fase diskusi selama berbulan-bulan tentang strategi Afghanistan di masa depan adalah masa penuh siksaan, demikian dikutip dalam Rolling Stone. Bagi Gedung Putih, membuat keputusan sangat sulit.

Di Gedung Putih ia telah menjual ide yang tidak mungkin laku, ketika meminta penambahan pasukan, demikian McChrystal. Akhirnya Presiden Obama memang menyetujui penambahan pasukan, walaupun lama setelah permintaan diajukan.

Bukan Hanya terhadap Presiden

McChrystal und Eikenberry Afghanistan Karzai Washington
McChrystal (kanan) bersama Duta Besar AS untuk Afghanistan Karl W. Eikenberry ketika memberikan keterangan kepada pers sebelum kunjungan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Gedung Putih (10/05/2010)Foto: AP

Wapres Joe Biden juga tidak mendapat penilaian baik dalam ucapan McChrystal. Menurut Rolling Stone, jenderal itu dan penasehat terdekatnya memandang wakil presiden sebagai pengecut dan tokoh yang lucu. Sementara bagi Duta Besar AS di Afghanistan, yang penting hanyalah bagaimana cara menyebabkan strategi yang disusun jenderal itu menjadi tampak meragukan. Demikian ditulis dalam majalah Rolling Stone.

Setelah pernyataan-pernyataan yang ibaratnya pukulan tersebut, McChrystal akan sulit diterima di Gedung Putih. Padahal saat ini ia sangat membutuhkan dukungan, mengingat adanya sejumlah kegagalan di Afghanistan.

Ralph Sina / Marjory Linardy

Editor: Agus Setiawan