1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Membangun Kembali Tacloban

Esther Felden9 Januari 2014

Warga yang tinggal di wilayah yang paling parah terkena dampak Topan Haiyan di Filipina perlahan mulai kembali ke kehidupan normal, dengan upaya bantuan difokuskan pada rekonstruksi.

https://p.dw.com/p/1AnkF
Foto: Reuters

Ruang-ruang kelas non-permanen didirikan di bawah tenda yang disumbangkan oleh organisasi-organisasi bantuan. Sebuah tanda pengharapan, meski sekolah-sekolah di Tacloban, yang luluh lantak akibat Topan Haiyan, baru resmi dibuka pekan ini.

"Palang Merah Jerman membantu pendirian 56 ruang kelas," kata Jörg Fischer, yang mengoordinasi bantuan organisasi tersebut di Tacloban.

Kepada DW ia mengatakan, warga kembali optimis dua bulan pasca salah satu bencana alam terburuk yang pernah terekam, yang disebut Topan Yolanda di Filipina.

"Banyak yang telah dilakukan; tanda-tanda kemajuan terlihat. Waktu saya di Tacloban tanggal 11 November, mayat-mayat bergelimpangan di jalanan dan bau busuk tercium di udara." Kini, tambahnya, mayat-mayat sudah dikubur dan jalanan bersih dari puing-puing.

Namun sekolah-sekolah yang baru dibuka masih kekurangan siswa. "Baru sekitar separuh dari 1.000 siswa kami yang kembali," jelas Maria Evelyn Encina, kepala sekolah di San Roque, dekat Tacloban. Ia belum mendengar kabar dari siswa lainnya. "Mungkin mereka berada di penampungan atau bersama keluarga." Atau mereka termasuk dalam hampir 2.000 orang yang dilaporkan hilang.

Dari bantuan bencana hingga rekonstruksi

Topan menyapu Filipina tanggal 8 November tahun lalu, menewaskan lebih dari 6.000 orang dan memaksa 4 juta orang mengungsi. Mereka yang selamat masih membutuhkan tempat tinggal, menurut Tim Koordinasi Bencana PBB, yang pekan ini menyerukan donasi.

Sementara organisasi Jerman lainnya, seperti Arbeiter Samariter Bund sudah menghentikan upaya bantuan mereka di Tacloban, dan kini mengoordinasi bantuan dari Jerman. Sementara yang lain seperti Palang Merah Jerman, Malteser International dan CARE International, masih bertahan.

Sementara upaya bantuan terkonsentrasi pada kebutuhan mendasar, sebagai contoh suplai air minum, makanan, kelambu dan produk higienitas, para sukarelawan dapat berkonsentrasi pada sektor lainnya. "Fase rekonstruksi telah dimulai dan sekarang waktunya membangun rumah yang lebih tahan badai," ucap Jörg Fischer.

Bantuan jangka panjang diperlukan

Rekonstruksi sebuah kota seperti Tacloban dengan populasi 200.000 jiwa akan memakan waktu 2-3 tahun, menurut Fischer. Sandra Bulling dari yayasan CARE.

"Beberapa minggu lalu, kami mulai mendistribusikan bahan-bahan dan alat konstruksi - terutama kain terpal, palu, paku dan tali." Banyak rumah yang ia lihat di Tacloban yang tidak dibangun dengan benar dan menggunakan bahan konstruksi berkualitas buruk, jelas Bulling. Sehingga CARE mulai berinvestasi lebih untuk pelatihan. "Dalam beberapa bulan ke depan atau 1-2 tahun, kami akan melatih tukang kayu dan menunjukkan kepada mereka cara untuk membangun rumah yang kokoh."

Kerjasama, optimisme dan semangat juang - itulah kesan yang didapat para sukarelawan CARE saat kembali ke Jerman. Itu dan pertemuan dengan seorang gadis kecil tak lama setelah bencana. Keluarga anak perempuan itu kehilangan rumah dan mencari apapun yang dapat mereka gunakan. Sang anak menemukan buku-buku sekolahnya.

"Matahari bersinar dan dia berdiri di luar mengeringkan buku. Ia berharap dapat segera kembali bersekolah," Bullig berkisah. "Menurut saya luar biasa - keberanian semacam ini untuk mengatakan kehidupan harus terus berjalan."

Dua bulan kemudian, harapan sang anak untuk kembali ke sekolah dapat terwujud.