1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menanti Penuntasan Kasus Munir

7 September 2011

Tujuh tahun sudah, pegiat Munir said Thalib dibunuh. Namun hingga kini, kasus yang menyita perhatin internasional itu belum juga berhasil dituntaskan pemerintah.

https://p.dw.com/p/12URW
Tujuh tahun sudah pembunuhan Munir, kasusnya belum juga terselesainya.Foto: AP
Kericuhan terjadi ketika massa yang mengadakan aksi peringatan tujuh tahun pembunuhan aktivis HAM Munir berhadapan dengan polisi dan pengawal presiden di sekitar istana. Akibatnya beberapa aktivis mengalami luka ringan. Aksi yang dilakukan oleh para aktivis HAM itu ditujukan agar pemerintah dan masyarakat tidak melupakan kasus pembunuhan terhadap Munir, serta mendorong agar presiden berani untuk mengungkap dalang pembunuhan Munir.
Para aktivis HAM menilai, pemerintah tidak serius dalam menangani pembunuhan yang menimpa Munir. Menurut istri mendiang Munir, Suciwati, Presiden Susilo Bambang Yudoyono tidak aktif menanyakan perkembangan kasus Munir kepada aparat hukumnya. Ditambahkannya, terdapat kejanggalan dalam penanganan kasus Munir, mulai dari proses penyelidikan, penyidikan, hingga vonis hakim. Ia meyakini banyak terjadi manipulasi dalam proses hukum tersebut.
Bekas pejabat Badan Intelijen Negara, Muchdi PR, yang juga sempat didakwa terkait perkara pembunuhan tersebut, dibebaskan tahun 2008 lalu oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Mahkamah Agung menolak kasasi yang diajukan jaksa penuntut dan malah mengukuhkan pembebasan Muchdi PR.
Sementara, Pollycarpus Budiharipriyanto, pilot Garuda yang ikut serta dalam penerbangan Munir ke Belanda, dihukum 20 tahun penjara karena terbukti terlibat melakukan pembunuhan berencana.
LSM Amnesty International (AI) di London mengirim surat terbuka kepada Jaksa Agung Basrief Arief dan mendesak agar dimulai penyelidikan baru dan independen atas pembunuhan Munir serta membawa para pelaku di semua tingkatan ke hadapan hukum sesuai dengan standar HAM internasional.
Pegiat HAM Munir tewas dalam penerbangan Garuda Indonesia dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda, 7 September 2004 lalu. Sedianya, suami Suciwati itu, hendak melanjutkan studi ke Belanda. Hasil otopsi yang dilakukan jawatan berwenang di Belanda menunjukan bukti adanya kandungan arsenik yang tinggi dalam jenazah Munir.
 
Dihimpun dari berbagai sumber / Ayu Purwaningsih
Editor : Yuniman Farid