1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mengapa Perusahaan Jerman Ingin Berinvestasi di Indonesia

8 November 2013

Pasar Eropa sedang lesu yang membuat perusahan-perusahaan Jerman harus mencari pasar-pasar baru. Daya tarik Indonesia ternyata berhasil memikat perusahaan-perusahaan besar Jerman untuk berexpansi bisnis di Indonesia.

https://p.dw.com/p/1AEBu
Angela Merkel dan Susilo Bambang YudhoyonoFoto: picture-alliance/dpa

Exportir Jerman harus mencari pasar-pasar baru menjanjikan. Akibat kondisi perekonomian Uni Eropa yang sedang tersendat dan kondisi perekonomian negara-negara ekonomi besar baru yang saat ini berada dalam stagnasi. Kini Indonesialah yang jadi negara tujuan.

“Saat ini Indonesia sedang populer di kalangan perusahaan-perusahaan Jerman” kata Benjamin Leipold, pengamat ahli Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK) wilayah asia.

Akan Melampaui Jerman

Daya tarik Indonesia berada pasar domestik. Dengan lebih dari 240 juta penduduk menjadikan Indonesia sebagai negara ke 4 terbesar di dunia. Tak hanya menarik sebagai tempat pemasaran hasil Industri, Indonesia juga menarik untuk dijadikan tempat produksi.

“Siapa yang berproduksi disana bisa sekaligus memasarkannya pada 600 juta orang” kata Leipold pengamat ahli DIHK.

Ditambah lagi melalui kerjasama ekonomi ASEAN, Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya telah merencakan pembentukan pasar tunggal . Saat ini, negara anggota ASEAN telah sepakat untuk menetapkan pajak dagang maksimal 5 persen. Dan tahun 2015 pajak ini akan dihapuskan.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembanguan Ekonomi (OECD) meramalkan tahun 2060 Indonesia akan menjadi negara perekonomian terbesar ke 6 di dunia yang berarti akan melampaui Jerman.

Sepuluh tahun belakangan perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata 5 persen. Tak heran jika Kanselir Jerman, Angela merkel bersama sejumlah besar delegasi perdagangan Jerman tahun lalu datang ke Jakarta.

Investasi yang Hanya Akan Menghasilkan Untung

Sebuah studi yang dilakukan Forum Organisasi Dunia (WEF) menempatkan Indonesia pada posisi 38 sebagai negara dengan kemampuan daya saing terbaik didunia. Satu posisi dibawah Cina yang menempati urutan ke 29 dan jauh meninggalkan negara lain seperti Rusia di posisi 64, India di posisi 60, Afrika Selatan di posisi 53, Brasil di posisi 56.

Alasan meningkatnya daya saing ini adalah perbaikan infrastruktur. “Setelah diabaikan selama beberapa tahun, kini Indonesia telah meni ngkatkan pengeluaran untuk modernisasi jalan, pelabuhan, sistem pengairan dan pembangkit listrik“ seperti yang diungkapkan seorang ahli WEF.

Kondisi Perusahaan Jerman di Indonesia

Ada sekitar 300 perusahaan Jerman yang sudah ada di Indonesia. Beberapa perusahaan besar Jerman dilaporkan telah meraih untung besar seperti HeidelbergCement.

“Pasar beton jadi kami di Indonesia meningkat hampir dua kali lipat tahun lalu“ kata Indocement, yang merupakan anak perusahaan HeidelbergCement. Indonesia merupakan pasar terbesar HeidelbergCement di Asia. Peningkatan ini dipicu oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang saat ini tengah menggalakkan program pembangunan Infrastruktur.

Perusahaan lain yang juga mendapat untung besar adalah Fresenius. Perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan ini sukses meraih untung melalui penjulan obat generik. Kini Fresenius Kabi, anak perusahaan Fresenius, telah memiliki 51 persen saham PT Eticha Industri Farmasi Indonesia.

Juga perusahaan Volkswagen (VW) telah memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia. Mentri perindustrian RI Mohamad S Hidayat mengumumkan, VW tahun 2014 akan membangunan pabrik di Indonesia dengan investasi awal sebesar 200 juta euro.

asb/hp (rtr, afp)