1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menimbang Kurus Gemuknya Jokowi

Hendra Pasuhuk26 November 2014

Tigapuluh hari adalah waktu yang sangat singkat untuk sebuah pemerintahan baru. Tapi dalam waktu singkat itu, Jokowi sudah membuat beberapa gebrakan yang menuai kontroversi. Kolom Hendra Pasuhuk.

https://p.dw.com/p/1Dsoi
Joko Widodo APEC 2014
Foto: picture-alliance/Photoshot

Sungguh tidak biasa menarik neraca dan memberi penilaian atas kinerja seorang presiden atau kabinet yang baru saja menjabat selama satu bulan. Biasanya, kita menunggu sedikitnya sampai 100 hari. Tapi Jokowi memang fenomena di luar kebiasaan. Bagaimana harus menilainya?

Salah satu yang mendapat sorotan paling banyak adalah keputusan untuk memotong subsidi BBM. Walaupun hal ini bukan langkah mengejutkan. Setiap orang tahu bahwa harga BBM akan naik, sebab jauh-jauh hari selama kampanye pemilu presiden, Jokowi dan timnya berulangkali menyatakan akan segera mengambil langkah kontroversial itu.

Yang menarik bukan keputusan Jokowi memotong subsidi BBM. Karena Prabowo pun, andai menang, akan melakukan langkah yang sama. Yang mengesankan adalah gerak cepatnya. Begitu kembali dari rangkaian konferensi internasional, Jokowi langsung mengumpulkan para menteri, lalu mengumumkan sendiri kenaikan harga BBM.

Gerak cepat ini sungguh bertolak belakang 180 derajat dari pendahulunya, yang dikenal sangat hati-hati dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini, Jokowi memang sangat efektif. Apa yang telah diniatkannya, akan ia lakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Modalnya kepercayaan

Inilah salah satu alasan, mengapa sebagian besar masyarakat bisa menerima langkah yang menyakitkan itu. Mereka terkesan dengan seorang pemimpin yang mengambil keputusan tegas dan cepat. Mereka percaya, langkah itu memang perlu, dan diputuskan dengan maksud yang tulus.

Tentu saja tidak semua setuju. Ada yang protes, ada yang punya pandangan lain. Tapi, sebagian besar rakyat tampaknya tidak percaya, bahwa mereka yang protes benar-benar punya maksud tulus.

Indonesische Redaktion - Hendra Pasuhuk
Hendra PasuhukFoto: DW

Rakyat terlalu sering dibohongi dan disuapi janji-janji. Sekarang, mereka berpaling pada figur yang dinilainya jujur. Kepercayaan, adalah modal terbesar Jokowi menjalankan agenda-agenda reformasinya.

Hal yang sama dilakukan Jokowi ketika melantik Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur Jakarta. Pelantikan itu tidak lewat prosedur biasa. Tapi, bagi seorang figur luar biasa seperti Ahok, memang dibutuhkan langkah-langkah di luar kebiasaan.

Mendobrak tata cara lama

Berapa lama Presiden Jokowi bisa memerintah dengan menabrak tata-cara serta kebiasaan yang telah tumbuh subur selama bertahun-tahun di kalangan elit politik?

Langkah-langkah awal Jokowi telah mengejutkan lawan-lawan politiknya. Mereka tidak berhasil membendung sepak terjang presiden kurus yang kini terasa makin gemuk ini. Namun satu hal pasti, mereka akan kembali dengan menggalang kekuatan.

"Saya jadi pemimpin bukan untuk populer," kata Jokowi sekali waktu. Namun dibalik ucapan itu, ia masih tetap berlindung pada popularitasnya. Jokowi seorang pemikat, yang sangat sadar dengan kekuatan gambar dan komunikasi massa.

Mengamati arah angin

Massa pemilih tidak selalu bisa diandalkan jadi benteng. Pemilih Indonesia adalah massa dengan sentimen yang cepat berubah-ubah. Tidak hanya jiwanya perlu kesejukan, perutnya pun perlu dikenyangkan.

Ronde pertama adu kuat politik kali ini bisa dimenangkan Jokowi. Namun jalan masih panjang. Ia baru melewati 4 dari 260 minggu masa pemerintahannya. Jokowi tidak akan terus-menerus jadi "media darling". Media juga perlu sensasi dan perang tanding.

Sampai sekarang, Jokowi masih di atas angin. Yang menarik adalah, bagaimana ia bereaksi jika angin berbalik arah.