1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

100711 Nahost Quartett

10 Juli 2011

Perundingan Israel- Palestina mandek setelah Palestina nyatakan akan ajukan permohonan keanggotaan penuh pada PBB. Pertemuan Kuartet Timur Tengah, Senin (11/7) di Washington diharapkan dapat mengubah situasi stagnan ini.

https://p.dw.com/p/11sfX
Kuartet Timur Tengah di MoskowFoto: AP

Catherine Ashton pejabat tinggi kebijakan luar negeri Uni Eropa mewakili aliansi ini dalam pertemuan Kuartet Timur Tengah. Tetapi Uni Eropa tidak menunjukkan kesepakatan dalam menyikapi permohonan keanggotaan Palestina di PBB yang akan diajukan Palestina pada sidang umum PBB dua bulan mendatang. Misalnya Prancis dan Spanyol mempertimbangkan untuk memberikan suaranya kepada Palestina sedangkan Jerman telah menjanjikan Israel untuk menolak permohonan Palestina.

Kuartet Timur Tengah sendiri hendak membujuk Palestina untuk tidak mengajukan permohonan itu. Pada bulan-bulan terakhir Tony Blair, utusan khusus Kuartet berulang kali mengimbau: "Satu-satunya jalan menuju negara Palestina yang berdaulat adalah perundingan. Setelah setiap langkah sepihak dilakukan, selalu muncul pertanyaan, apa yang terjadi sesudahnya. Bila tidak ada yang berubah karena tidak ada perundingan, proses perdamaian tidak akan maju-maju. Yang terbaik adalah kembali berunding."

Saeb Erekat
Saeb ErekatFoto: picture alliance/dpa

Mayoritas Palestina ingin pengakuan dari PBB

Pemimpin Palestina di Ramallah memang juga memikirkan hal itu. Tetapi sikap yang ditunjukkan juru runding Palestina, Saeb Erekat mencerminkan suara mayoritas Palestina yang ingin mengajukan permohonan di PBB: "Bila pemerintah Israel melanjutkan kebijakan permukimannya dan menolak visi Presiden AS akan penyelesaian dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967, maka kami akan meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengakui Palestina sebagai anggota penuh berdasarkan garis perbatasan 1967."

Bulan Mei lalu, Presiden Obama menyarankan agar garis gencatan senjata dari Perang Enam hari tahun 1967 dijadikan titik tolak perundingan Israel-Palestina. Obama juga menyinggung isu mengenai pertukaran wilayah antara kedua pihak yang berseteru.

Namun Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu menolak tegas usulan Obama itu dan mengatakan bahwa Israel ingin kembali melakukan perundingan yang terhenti, tetapi tanpa prasyarat.

Wakil Menteri Luar Negeri Israel, Danny Ayalon ingin Kuartet Timur Tengah membawa kembali Palestina ke meja perundingan: "Kami menunggu pernyataan jelas yang berisikan tuntutan kepada Palestina untuk kembali berunding tanpa prasyarat, dan dengan sikap bahwa perdamaian hanya dapat tercapai melalui kerja sama antara yang terlibat dan tidak hanya sepihak."

Abdul-Ilah al-Khatib, left, United Nations Special Envoy to Libya, briefs members of the Security Council on the situation in Libya at U.N. Headquarters, Monday, April 4, 2011. (AP Photo/David Karp)
Dewan Keamanan PBB 2011Foto: AP

Palestina sudah perhitungkan veto AS di Dewan Keamanan

Kuartet Timur Tengah yang dibentuk tahun 2002 dan terdiri dari PBB, UE, AS dan Rusia biasanya dalam konflik tidak berdaya. Tony Blair, pemimpin mediasi sejak empat tahun ini, belum berhasil melakukan terobosan. Kuartet ini diduga akan mengikuti saran Obama terkait garis perbatasan 1967, dan akan mendesak Israel serta Palestina untuk pertama-tama merundingkan masalah perbatasan dan jaminan keamanan, kemudian tentang status Yerusalem serta hak kembali pengungsi Palestina ke tanah airnya.

Namun Palestina ingin langsung ke New York. Palestina juga tahu bahwa permohonan mereka akan gagal karena veto AS di DK. Tetapi mereka dapat memperhitungkan mayoritas dua pertiga yang diperlukan dalam sidang umum PBB. Justru sinyal inilah yang hendak dicegah Israel. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu saat ini sibuk bepergian mengupayakan agar voting sidang umum PBB tidak membawa mayoritas yang diperlukan Palestina. Namun upaya itu diduga tidak akan berhasil.

Tim Aßmann/Christa Saloh

Editor: Luky Setyarini