1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menyadap Aktivitas Bumi melalui Monitor Tes Nuklir Global

Rob Cameron10 Maret 2014

Lupakan NSA. Kalau berbicara penyadapan, ada badan PBB yang memiliki mikrofon yang lebih canggih. CTBTO menyadap dunia untuk mendengarkan tes bom atom. Kini hasil rekaman suaranya dibagi dengan peneliti.

https://p.dw.com/p/1BLjC
Foto: BGR

Saat seekor paus bernyanyi untuk pasangannya di Samudera Pasifik, atau sebuah gunung berapi meletus di Islandia, kemungkinan besar ada seseorang yang duduk dalam sebuah ruangan penuh layar dan komputer di kantor PBB di Wina yang mendengarnya terlebih dahulu.

Organisasi Perjanjian Pelarangan Tes Nuklir Komprehensif (CTBTO) dibentuk untuk membantu penegakan perjanjian pelarangan tes nuklir yang tercapai tahun 1996. Untuk itu, mereka menciptakan sebuah jaringan monitor global.

"Belum pernah ada sebelumnya - rezim pengecek terbesar dalam sejarah, dan yang paling terperinci dengan lebih dari 300 fasilitas monitor dan investasi total mencapai 1 miliar Dolar lebih," ungkap Thomas Mützelburg dari CTBTO.

Suara sains

Tidak hanya merekam tes nuklir, CTBTO juga menangkap suara-suara yang berguna bagi kalangan peneliti.

"Ilmuwan gunung berapi menggunakan data infrasonik kami untuk mempelajari panjang dan durasi serta kekuatan erupsi gunung berapi. Ahli biologi kelautan memakai data kami untuk melacak jalur ikan paus di lautan," papar Mützelburg.

Pusat jaringan monitor global CTBTO terletak di Wina
Pusat jaringan monitor global CTBTO terletak di WinaFoto: Reuters

CTBTO memakai empat teknologi berbeda untuk memonitor bumi. Ada sensor-sensor seismik untuk merekam aktivitas bawah tanah, sementara hidropon mendengarkan kejadian di bawah laut. Untuk atmosfer, ada detektor nuklida ultra-sensitif yang didesain untuk menangkap radiasi nuklir hingga sekecil mungkin. Lalu ada detektor infrasonik.

"Infrasonik sangat menarik, misalnya fenomena meteorologi seperti badai besar yang bisa diukur secara akurat menggunakan infrasonik," kata Gerhard Wotawa dari Pusat Meteorologi dan Geodinamika di Austria.

Gelombang panjang dan jarak jauh

Infrasonik tidak dapat terdengar telinga manusia. Kalau berbicara tentang suara sebagai gelombang dalam atmosfer, sebagian besar yang didengar manusia adalah gelombang pendek. Namun infrasonik berbeda.

"Ini gelombang besar - panjangnya bisa ratusan meter hingga beberapa kilometer," ujar pakar akustik CTBTO Pierrick Mialle. "Dan jauh lebih besar daripada tubuh manusia, dan itulah mengapa tidak dapat didengar, karena bisa melewati tubuh tanpa terasa atau terdengar."

Stasiun CTBTO dapat ditemui di berbagai penjuru dunia, seperti yang satu ini di Greenland
Stasiun CTBTO dapat ditemui di berbagai penjuru dunia, seperti yang satu ini di GreenlandFoto: CTBTO

Suara frekuensi rendah gelombang panjang juga dapat merambat jauh, memungkinkan CTBTO mendengarkan rezim paling rahasia sekalipun. Saat Korea Utara menyulut ledakan nuklir tahun 2013, Mialle dan para koleganya bisa mendengar, meski bom meledak satu kilometer di bawah tanah.

Ia mengatakan jaringan infrasonik tidak didesain untuk memonitor tes bawah tanah, namun karena ledakan menggetarkan tanah, ini cukup untuk direkam. "Karena tanah bereaksi, kami mampu menangkapnya melalui dua stasiun yang berjarak beberapa ratus hingga ribuan kilometer di Jepang."

Menyadap Atmosfer

Gunung berapi yang meletus di seluruh dunia dapat dimonitor dari Wina
Gunung berapi yang meletus di seluruh dunia dapat dimonitor dari WinaFoto: AP

"Kami jadi bisa mengetahui ada berapa meteor yang memasuki atmosfer bumi," tutur Jerry Carter dari CTBTO. Itu karena sensor infrasonik menangkap suara meteor yang umumnya tidak terdeteksi.

Dan dalam sebuah demonstrasi dramatis dari kemampuan jaringan monitor global mereka, CTBTO mengunggah ke internet suara infrasonik asteroid yang meledak di atas Rusia tahun lalu. Bukan suara ledakan meteor, namun suara meteor saat merobek masuk atmosfer sebelum berubah menjadi bola api dengan batuan cair yang menghujani Pegunungan Ural.