1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

070911 Dengue-Fieber

12 September 2011

Demam berdarah dengue-DBD setiap tahunnya menginfeksi sekitar 100 juta warga di kawasan tropis. Lebih dari 20.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat serangan virus dengue, kebanyakan anak-anak.

https://p.dw.com/p/12XPk
Nyamuk Aedes aegypti inang demam berdarah dengue-DBD sedang mengigit mangsanya.Foto: AP

Para peneliti medis di Australia sejak beberapa tahun terakhir, berusaha meredam perkembangbiakan virus demam berdarah dengue dengan merekayasa infeksi bakteri terhadap nyamuk inangnya.

Sejak lama diketahui, demam berdarah dengue DBD menyebar lewat inangnya, yakni nyamuk Aedes aegypti. Para peneliti juga mengamati, nyamuk inang demam berdarah yang terinfeksi bakteri Wolbachia, tidak lagi mengandung virus dengue.Para periset kedokteran dari Monash University di Melbourne Australia, di bawah pimpinan Prof. Scot O'Neill, kini menggagas rekayasa infeksi bakteri Wolbachia terhadap nyamuk inang demam berdarah, untuk meredam penyebaran penyakit mematikan ini.

 Scott O'Neill menjelaskan, "Kami gunakan bakteri yang menginfeksi serangga dan menyebar luas di alam. 70 persen jenis seranggga mengidap bakteri Wolbachia, termasuk nyamuk yang menggigit manusia, tapi tidak menyebarkan penyakit."

Persaingan Bakteri dan Virus

Bakteri Wolbachia memerlukan banyak energi dan sumber daya, sehingga tidak memungkinkan virus dalam waktu bersamaan juga dapat berkembang biak dalam tubuh nyamuknya. Para periset dari Monash University di Melbourne Australia memanfaatkan efek ini, dengan merekayasa infeksi Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti betina, yang merupakan inang penyebar virus dengue.

Namun disebutkan prosedurnya amat rumit. Pasalnya, bakteri Wolbachia tidak menulari inangnya dengan mudah hanya lewat kontak erat. Di alam, penularannya terjadi lewat sel telur dari serangga induk yang terinfeksi. Artinya ditularkan kepada keturunannya dan menyebar dengan cara begitu. Para periset dari Monash University kini berhasil merekayasa infeksi bakteri Wolbachia yang berasal dari lalat buah ke nyamuk Aedes aegypti.

Hasilnya juga sesuai yang diharapkan. Scott O'Neill mengatakan, “Wolbachia dalam tubuh nyamuk memblokir sepenuhnya perkembang biakan virus dengue. Jika virusnya tidak dapat berkembang biak dalam tubuh nyamuk, artinya tidak ada penularan terhadap manusia.“

Uji Coba Lapangan

Pertanyaan yang amat menentukan adalah, apakah uji coba di laboratorium itu dapat diterapkan dalam praktek? Untuk itu, mula-mula bakterinya harus disebarluaskan dalam populasi alami nyamuk bersangkutan. Bakteri Wolbachia memiliki kelebihan yang menguntungkan, karena bakterinya memanipulasi pembiakan nyamuknya.

Periset lainnya dari Monash University, Ary Hoffmann menyebutkan, bakteri memicu nyamuk betina yang terinfeksi, untuk memproduksi lebih banyak keturunan. “Hal itu menguntungkan bagi nyamuk betina yang terinfeksi, dengan itu juga Wolbachia menyebar dalam populasinya secara efisien,“ ujar Hoffmann menambahkan.

Prof. Scott O'Neill dan Ary Hoffmann telah melakukan uji coba lapangan di dua desa kecil di utara Australia. Sebelum uji cobanya berjalan, terlebih dahulu harus dilakukan pendekatan dan penyuluhan, yang berlangsung selama dua tahun.

Scout O'Neill memaparkan, “Melepaskan nyamuk yang dapat mengigit manusia, memicu pertanyaan besar dari komunitas lokal. Tapi warga sudah bosan menderita demam berdarah dengue. Mereka amat penasaran dengan perkembangan mekanisme kontrol tersebut. Kami merasa bangga dengan dukungan komunitas.“

Dalam waktu 10 minggu tim yang dipimpin Ary Hoffmann melepaskan 300.000 nyamuk betina yang telah diinfeksi bakteri Wolbachia. Diamati, kuota bakteri Wolbachia terus naik secara signifikan. Di akhir uji coba, hampir seluruh populasi nyamuk di lokasi eksperimen telah terinfeksi bakteri Wolbachia.

Berdasarkan hasil ujicoba di laboratorium, dapat disimpulkan, di desa lokasi ujicoba tidak ada lagi risiko serangan virus dengue. Prof. Scott O'Neill memperhitungkan, risiko serangan demam berdarah dengue di tahun-tahun berikutnya tetap rendah.

Tim periset dari Australia itu merencanakan, di tahun-tahun mendatang melanjutkan uji coba lapangan di Asia dan Amerika Latin, di mana serangan demam berdarah dengue merupakan wabah endemik. Di sana, tidak hanya dilakukan pemantauan penyebaran bakteri Wolbachia pada tubuh nyamuk, melainkan juga mengamati kemungkinan turunnya kasus demam berdarah di kalangan warga.

 

 

 

 

Volkart Wildermuth/Agus Setiawan

Editor: Christa Foerster