1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merindukan Datangnya Akhir Jaman

Christoph Strack (ml/hp)22 Januari 2016

Kritik tajam dilontarkan terhadap Angela Merkel. Itu tidak mengejutkan. Tapi reaksi media dan mesia sosial yang ibaratnya menyebarkan berita akhir jaman terasa menyebalkan. Opini Christoph Strack.

https://p.dw.com/p/1Hhm1
Winterklausur der CSU-Landtagsfraktion Horst Seehofer und Angela Merkel
Merkel dan Horst Seehofer di Wildbad Kreuth (20/01)Foto: picture-alliance/dpa/P. Kneffel

Kanselir Jerman Angela Merkel kembali hadir dalam sidang Partai Kristen Sosialis (CSU) di Wildbad Kreuth. Dua pekan lalu, ia baru saja mengunjungi CSU yang berafiliasi dengan partainya CDU di sana. Sekarang ia kembali ke sana. Ada masalah yang harus dibicarakan.

Jerman "panas". Banyak media Jerman "panas". Sekitar sejuta pengungsi ada di negara ini dan masalah yang timbul tambah banyak. Ada masalah yang bisa diperkirakan sebelumnya, tapi ada juga yang mengejutkan. Kemarahan masyarakat Jerman sudah masuk dimensi baru. Dan ada kesan, bahwa ada yang senang dengan bencana dan kehancuran. Suasana akhir jaman. Dan yang berlaku: lebih baik mengkritik daripada dikritik. Merkel yang dengan "seruan kemanusiaannya" membuka perbatasan Jerman bagi pengungsi, jadi sasaran utama kritik. Walau bisa disangka, tapi jumlahnya tetap mengejutkan.

Semua menentang kanselir

Contoh pertama. "CSU kembali tekan Merkel" itu judul berita di koran Neue Zürcher Zeitung, demikian halnya di banyak mendia Jerman lainnya. Itu hanya benar 50%. Yang benar, "CSU terus menekan Merkel". Karena keinginan CSU dan kepalanya, Horst Seehofer untuk membuat kesal Merkel terus ada, walaupun sudah ada "pembicaraan perdamaian" di antara keduanya tahun lalu.

Contoh kedua. "Edmund Stoiber ancam kanselir". Begitu judul di Süddeutsche Zeitung. Itu juga menyebabkan orang tersenyum. Karena beberapa tahun belakangan ini Stoiber tidak mendapat komentar serius dari media berhaluan kiri-liberal itu. Di samping itu, cinta CSU kepada mantan calon kanselirnya itu sudah pudar, setelah ia kalah dalam pemilu 2002. Tapi tiba-tiba ia sekarang boleh bicara lagi.

Karena tampaknya siapa saja boleh mengeritik kanselir.

Itu bukan berarti, pertanyaan dan kritik terhadap politik Merkel tidak boleh dilontarkan. Karena insiden malam Tahun Baru di Köln menjadikan tahun ini penuh tantangan bagi Jerman. Tapi sebelum pergantian tahun pun sudah jelas, bahwa kritik dan protes yang ditunjukkan partai-partai sudah jadi langkah awal kampanye pemilu. Karena sekitar dua pekan mendatang, di tiga negara bagian diadakan pemilu.

Hari pemilu itu bisa jadi ibaratnya hari penyerahan tagihan dari partai CDU kepada pemimpinnya, Angela Merkel. Memang tidak mengejutkan, jika semua partai mulai mencari dukungan. Bagaimana dengan ketegangan yang mencuat di fraksi dalam parlemen? Itu bisa jadi cerminan perasaan masyarakat. Tapi juga menunjukkan keresahan kritikus, karena suasana kurang nyaman di masyarakat. Bisa juga karena tidak adanya calon pengganti bagi Merkel. Seehofer? Schäuble? Von der Leyen? De Maiziere? Tidak.

Sekarang penilaian diberikan atas kepemimpinan Merkel

Dalam beberapa tahun terakhir, CDU sering memuji-muji Angela Merkel yang ada di pucuk pimpinan. Pemimpin besar Eropa, yang menjaga Eropa agar tetap melangkah maju. Ia juga dipilih jadi "Person of the Year" oleh majalah TIME tahun lalu, dan oleh majalah London Times tahun 2014. Banyak yang tidak mempedulikan, bahwa di dalam negeri situasi Jerman makin sulit. Dan akan tambah sulit. Nantinya kesalahan pemerintah akan tambah kelihatan. Mulai dari biaya penyelamatan Yunani, sampai reformasi UU tentang imigran, yang terus ditunda.

Tahun ini, tidak hanya akan diputuskan apakah Merkel terus jadi kanselir. Melainkan juga, penilaian menyeluruh tentang kepemimpinannya. Upaya pendekatan Merkel kepada CSU dengan hadir di Wildbad Kreuth menunjukkan situasi pelik ini. Tapi jelas, palu belum diketuk. Keputusan belum ada. Walaupun kritikus dan media sudah tidak sabar lagi.