1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

270111 Ägypten Proteste

27 Januari 2011

Ketenangan yang tegang meliputi Mesir, Kamis (26/01), setelah dua hari bentrokan antara demonstran anti-pemerintah dan polisi menyebabkan sedikitnya enam orang tewas, ratusan luka-luka dan lebih dari 800 orang ditahan.

https://p.dw.com/p/1062M
Petugas keamanan dan para demonstran berhadapan langsund dalam aksi demonstrasi di Kairo, Rabu (26/01)Foto: AP

Para demonstran yang mengorganisir diri lewat internet menantikan kedatangan politisi pro-reformasi Mesir, Mohamed el Baradei.Aktivis pro-demokrasi bertekad untuk memperbesar protes anti-pemerintah di Mesir, walaupun terjadi penahanan massal dan penjagaan ketat menyusul bentrokan jalanan dua hari berturut-turut di Kairo.

Aksi protes menentang pemerintahan otokrasi Presiden Husni Mubarak, terinspirasi oleh "Revolusi Melati" di Tunisia, mengirim gelombang kejut ke seluruh kawasan dan memancing Washington untuk mendorong sekutu lamanya agar melakukan reformasi demokratis. Bentrokan jalanan mengirim kegugupan ke pasar saham Mesir, Kamis (27/01), yang sempat menunda perdagangan untuk sementara.

Kelompok pro-demokrasi mengatakan, mereka menentang larangan berdemonstrasi dan akan turun kembali ke jalan, Kamis ini. Kelompok oposisi menyebabrkan pesan layanan pendek sms dan memasang ajakan berdemo di situs jejaring sosial Facebook, guna 'menuntut hak untuk hidup dengan kebebasan dan martabat'.

Menurut seorang pejabat keamanan, sedikitnya 1.000 orang ditahan di penjuru Mesir sejak demonstrasi dimulai hari Selasa (25/01). Petugas medis melaporkan tewasnya enam orang, empat demonstran dan dua polisi, dalam kekerasan terkait aksi protes.

"Kami saudara Mesir kalian," teriak para demonstran Rabu malam (26/01) kepada polisi anti huru-hara. Ratusan orang mencoba mendobrak barikade polisi di kawasan tepi sungai Nil. "Rakyat menginginkan kejatuhan rejim," koor berikutnya yang disuarakan demonstran.

Di Kairo, juga di Suez dan Assiut, massa turun ke jalan memprotes rejim Mubarak. Mereka mengabaikan larangan berdemosntrasi yang diberlakukan pemerintah. Bentrokan antara polisi dan penentang rejim di Kairo, berlanjut hingga dini hari Kamis (27/01). Aparat kembali menghadapi dengan tangan besi. Mereka menembakkan gas air mata, tongkat pemukul dan semburan air, juga menembak ke udara atau dengan peluru karet ke arah massa.

Menghadapi aksi protes massal, pemerintah Mesir mengumumkan kenaikan gaji dan subsidi bahan pangan. Tetapi, bahkan mereka yang tak tertarik masalah politik pun tahu, dibutuhkan lebih dari beberapa koreksi untuk memperbaiki kondisi Mesir.

"Televisi pemerintah menyebut reformasi", kata seorang demonstran. Tetapi tambahnya, "Kami tidak butuh reformasi, kami ingin agar rejim ini enyah!"

Sejauh ini, gerakan protes di Mesir tak punya juru bicara ataupun figur pemimpin. Massa dimobilisasi terutama lewat Facebook. Hal ini dapat berubah jika figur oposisi Mesir, Mohamed El Baradei, tiba di Kairo. Mantan ketua badan pengawas nuklir PBB itu akan datang ke Mesir dari Wina, Austria, Kamis (27/01), kata anggota keluarganya pada AFP. Ia dikabarkan akan ikut serta dalam demonstrasi Jumat (28/01).

Baradei dikenal sebagai salah satu yang paling kritis terhadap Mubarak yang telah 30 tahun berkuasa. Baru-baru ini ia mengatakan pada media Jerman bahwa Mesir seharusnya bisa mengikuti jalur yang tercipta dengan penggulingan presiden veteran Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali. "Jika rakyat Tunisia bisa melakukannya, Mesir seharusnya juga bisa," kata El Baradei pada majalah der Spigel.

Jürgen Stryjak/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid