1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mesir: Tidak Cukup Hanya dengan Permintaan Maaf

21 Agustus 2011

Israel menyesali insiden perbatasan yang menewaskan lima polisi Mesir. Sementara itu pemerintahan transisi Mesir dan massa di depan gedung kedutaan besar Israel di Kairo menyatakan bahwa minta maaf saja tidak cukup.

https://p.dw.com/p/12Kwh
An Egyptian woman walks past an anti Israel graffiti with Arabic that reads "Down with Israel" near the Israeli embassy in Cairo, Egypt Monday, May 16, 2011. Egyptian riot police fired tear gas and live ammunition overnight to disperse thousands of pro-Palestinian protesters outside the Israeli Embassy in Cairo, and a security official said Monday that at least 185 demonstrators were arrested over allegations of attacking police and vandalism. (AP Photo/Nasser Nasser)
Grafiti anti-Israel di KairoFoto: AP

Ketegangan diplomatik antara Mesir dan Israel meningkat ketika aksi protes digelar di depan gedung kedubes Israel di Kairo, Minggu (21/08). Lebih dari seribu pengunjuk rasa memprotes kematian lima polisi perbatasan Mesir dalam bentrokan antara Israel dan Palestina.

Seorang pengunjuk rasa Mesir dipuji di situs jejaring sosial di internet setelah memanjat gedung kedutaan Israel dan mengganti bendera Bintang Daud dengan bendera Mesir.

Aksi protes itu digelar setelah pemerintah Mesir mengumumkan bahwa Israel menyesalkan tewasnya lima polisi perbatasan itu. Namun Kairo tetap berencana menarik pulang duta besarnya di Tel Aviv sebagai bentuk protes terhadap insiden tersebut. Kamis (18/08), militer Israel terlibat bentrokan dengan kelompok militan Palestina di sekitar perbatasan Israel-Mesir, tepatnya di Israel selatan.

Thousands of Egyptians gather at Tahrir Square, the focal point of Egyptian uprising, during a protest against Israel's closure of Gaza in Cairo, Egypt Friday, May 13, 2011. (Foto:Amr Nabil/AP/dapd)
Protes anti-israel di lapangan Tahrir, KairoFoto: ap

"Pahlawan Rakyat“

Demonstran yang menurunkan bendera Israel diangkat di bahu pengunjuk rasa lainnya, setelah bendera Israel dirobek kecil-kecil dan dibawa pulang sebagai cendera mata.

Pengunjuk rasa yang bernama Ahmed Shehat itu, disebut sebagai "pahlawan rakyat“ oleh kandidat presiden Mesir, Hamdeen Sabahi. Beberapa pengguna Twitter lainnya menjuluki Shehat sebagai "Manusia Laba-Laba dari Mesir”.

Kepada stasiun televisi Al Jazeera, Shehat mengatakan bahwa para demonstran melakukan hal yang telah lama dinantikan warga Arab. Yakni, merobek bendera Israel.

“Kami ingin mengucilkan orang yang membunuh kami,” katanya. Shehat mengatakan bahwa ia berhasil memanjat gedung kedubes saat pergantian giliran kerja dan sebelumnya menyelinap ke gedung yang bersebelahan dengan kedubes Israel.

Pengunjuk Rasa Menuntut Tindakan Keras

Aksi itu muncul setelah beberapa pengunjuk rasa membakar bendera Amerika Serikat dan Israel. Beberapa kali sebelumnya, para pengunjuk rasa menembaki bendera Israel dengan petasan.

Sejumlah tentara Mesir terlihat berjaga-jaga di sekitar gedung kedubes Israel, namun tidak melakukan sesuatu. Dua jenderal polisi terlihat berusaha menenangkan massa.

"Dengarlah, yang terjadi adalah serdadu Israel mengejar kawanan bersenjata di perbatasan, mereka melepaskan tembakan dan terkena orang kita secara tidak sengaja,“ kata seorang jenderal. “Itu yang terjadi. Mereka tidak masuk wilayah kita.“

Demonstran mengatakan kepada petugas, bahwa militer Mesir harusnya bersikap lebih keras terhadap Israel.

An Egyptian girl shouts anti-Israel slogans as others raise Palestinians flags during a protest against Israel's closure of Gaza as they march at Tahrir Square, the focal point of Egyptian uprising, in Cairo, Egypt Friday, May 13, 2011. (AP Photo/Amr Nabil)
Demonstrasi anti-Israel di lapangan TahrirFoto: ap

Hubungan Merenggang

Kantor berita resmi Mesir, MENA, melaporkan bahwa kabinet di Kairo berkeras untuk berpegang pada jadwal yang sudah ditetapkan bagi investigasi bersama dalam kasus kematian lima polisi perbatasannya.

"Pernyataan Israel itu kelihatannya positif, tapi tidak mengurangi kegentingan insiden itu dan kemarahan Mesir terhadap tindakan Israel,“ demikian dinyatakan pemerintah.

Insiden itu menjadi ujian terberat hubungan Mesir-Israel sejak perjanjian damai 1979, di masa setelah runtuhnya rezim Hosni Mubarak.

"Mesir sudah memegang janjinya untuk tetap damai dengan Israel. Tel Aviv juga harus melakukan hal sama dalam memelihara perdamaian itu,“ demikian ditulis MENA.

Sebelumnya, televisi pemerintah Mesir memberitakan bahwa Kairo akan menarik pulang duta besarnya dari Tel Aviv. Israel menyatakan hingga saat ini masih belum menerima pemberitahuan atas keputusan itu.

David Levitz / Luky Setyarini

Editor: Marjory Linardy