1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Militan Masih Tahan Sandera di Ladang Gas Aljazair

18 Januari 2013

Aparat keamanan Aljazair menyerang kelompok militan di ladang gas In Aminas. Banyak sandera dibebaskan, tapi banyak juga yang terbunuh, Negara-negara barat mengritik operasi militer itu.

https://p.dw.com/p/17Mm5
Foto arsip ladang gas In Amenas di Aljazair
Foto arsip ladang gas In Amenas di AljazairFoto: Reuters

Sedikitnya 22 sandera warga asing masih berada dalam sekapan para penculiknya setelah pasukan Aljazair melakukan serangan militer. Ratusan pekerja yang kebanyakan berasal dari Aljazair berhasil dibebaskan. Tapi puluhan sandera tewas.

Menurut kelompok militan, ada 35 sandera yang tewas dalam serangan itu. Dari pihak penyandera sedikitnya 15 tewas. Tapi hingga saat ini, jumlah korban masih simpang siur. Pemerintah Aljazair tidak mengeluarkan keterangan resmi mengenai jumlah korban tewas atau luka. Operasi militer pembebasan sandera dilaporkan masih berjalan.

Seorang jurubicara pemerintah Jepang mengatakan, serangan itu membahayakan keselamatan para sandera. Jepang juga tidak menerima informasi bahwa akan dilakukan serangan. Jepang menyesalkan langkah itu. Menurut informasi dari berbagai sumber, ada dua warga Jepang di antara korban tewas, sementara 14 warga Jepang lainnya masih disandera.

Inggris, Amerika Serikat, Jepang, Swedia dan Irlandia juga mengritik serangan pasukan keamanab Aljazair yang dilancarkan tanpa koordinasi itu. Warga negara-negara itu berada di antara korban tewas dan yang disandera.

Tidak ada informasi jelas

Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg mengatakan di Oslo, pemerintahnya sudah meminta Aljazair agar menahan diri demi keselamatan para sandera. Ia sendiri baru dihubungi hari Kamis sore melalui telepon dan diberitahu tentang operasi militer yang sedang berjalan. Namun tidak ada informasi lebih lanjut tentang nasib para sandera. Negara-negara lain juga mengritik langkanya informasi dari pemerintah Aljazair.

Menurut laporan kantor berita, dalam operasi militer itu sekitar 30 sandera dan 11 anggota militan tewas. Sebuah sumber menyebutkan diantara sandera yang tewas ada 2 warga Jepang, 2 warga Inggris dan satu warga Perancis. 8 pekerja Aljazair juga tewas. Sedangkan 600 pekerja lokal yang berada di kawasan perumahan berhasil dibebaskan. Korban tewas dari penyandera antara lain tiga warga Aljazair, dua warga Tunisia, dua warga Libya dan satu orang asal Mali.

Seorang komandan militer Aljazair menjelaskan, mereka terpaksa melakukan serangan karena kelompok militan ingin membawa sandera warga asing pergi ke tempat lain. Militer Aljazair mulai melancarkan serangan dengan mengerahkan pasukan darat dan helikopter.

Menteri informasi Aljazair Mohammed Said Belaid dalam keterangan televisi membenarkan operasi militer itu. Ia menyesalkan jatuhnya korban tewas dan luka-luka, namun banyak teroris yang berhasil ”dinetralisasi”. Ia tidak menyebutkan jumlah korban tewas dalam operasi itu.

Operasi militer masih berlangsung

Jurubicara Gedung Putih di Washington, Jay Carney menerangkan, pemerintah Amerika Serikat ”sangat prihatin menanggapi laporan jatuhnya korban tewas dan meminta penjelasan dari Aljazair”. Menurut kalangan pemerintah AS, beberapa warga Amerika yang disandera berhasil membebaskan diri. Amerika Serikat sebelumnya sudah menawarkan bantuan militer untuk pembebasan sandera, tapi Aljazair menolak hal itu.

Kondisi di ladang gas yang menjadi lokasi penyanderaan hingga kini masih belum jelas. Militer Aljazair disebutkan masih terlibat pertempuran dengan para penyandera. Kantor berita aljazair APS melaporkan, kawasan perumahan berhasil diamanankan. Tapi anggota kelompok militan masih bersembunyi di sekitar pabrik gas dan dikepung oleh tentara.

Organisasi Al Qaeda di Maghribi AQMI mengaku bertanggung jawab atas aksi penyanderaan itu. Mereka menuntut pembebasan rekan-rekannya yang ditahan di Aljazair dan juga menuntut agar tentara Perancis meninggalkan Mali.

Pemerintah Aljazair sampai saat ini menolak berunding dengan para penculik. Menteri luar negeri Jerman Guido Westerwelle menyatakan ”sangat prihatin” dengan tewasnya para sandera. ”Ini adalah teroris dan bukan pejuang kemerdekaan. Mereka adalah penjahat brutal yang tidak segan membunuh orang yang tidak bersalah”, kata Westerwelle.

HP/AS (rtr, afp, dpa)