1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

020811 Ägypten Militärrat Opposition

2 Agustus 2011

Setengah tahun setelah revolusi musim semi di Arab, rasa prihatin meluas di antara gerakan pro demokrasi Mesir. Dewan Militer mulai menggunakan metoda intimidasi rejim Mubarrak

https://p.dw.com/p/129ju
Foto: AP

Jalanan di Kairo pada 11 Februari lalu. Riuh suara rakyat yang merayakan jatuhnya Presiden Husni Mubarrak. Mohammad Kamal yang berusia 19 tahun, berada di antara mereka. Eforia melanda. Kamal penuh kegembiraan, berharap bahwa Mesir kini bisa membangun masyarakat sipil.

Enam bulan kemudian eforia itu telah menghilang. Setelah Mubarrak mundur, militer Mesir mengambil kekuasaan. Yang semakin menguatirkan adalah, kini militer sudah mulai mengintimidasi pihak oposisi, dengan cara-cara yang dulu digunakan rejim Mubarrak.

Tahrir Platz sit-in
Demo Anti Dewan Militer Mesir di Lapangan TahrirFoto: picture alliance / dpa

Petang 23 Juli, segerombolan preman menyerbu demonstran di kawasan Abbassiya, dan memukuli mereka. 300 orang cedera.

Mohammed Kamal menyaksikannya, "Di Abbassiya saya melihat bahwa rejim Mubarrak masih hidup. Tampaknya militer bekerjasama dengan preman-preman itu. Kami dipukuli dan militer hanya menonton. Padahal mereka bisa melucuti tukang-tukang pukul itu.“

Bagi oposisi yang paling mengejutkan adalah Keterangan Nomor 69 yang dikeluarkan oleh militer pada 23 Juli lalu. Di situ, para Jendral menuding gerakan protes 6 April menyabotir kemajuan demokrasi di Mesir. Para aktivis 6 April bukan orang sembarangan. Merekalah yang berada di garis depan, mengorganisir revolusi damai di Mesir itu.

Flash-Galerie Ägypten Kairo Demonstration Tahrir Platz gegen Militärrat
Poster menuding bergelantung dari leher: "Mubarrak pembunuh demonstran!"Foto: dapd

Di televisi, Jendral Al-Roweiny lebih tegas lagi. Tuduhnya, kelompok-kelompok HAM dan gerakan 6 April adalah agen asing, yang dibayar untuk menjerumuskan Mesir kedalam chaos. Tudingan „agen musuh“ dan „pemicu chaos“ dulu sering digunakan rejim Mubarak untuk membungkam lawan politik.

Pakar politik, Bothaina Kamel ingat bagaimana di Lapangan Tahrir dulu, Jenderal Ismail Etman menyatakan hal serupa saat demo massal. Kamel juga mengaku pernah menerima ancaman anonym. Asmaa Mahfouz, salah seorang aktivis terkemuka penuh sarkasme menyampaikan terima kasih kepada militer. "Keterangan Nomor 69 itu sangat menggembirakan, karena telah menunjukkan bahwa rejim Mubarrak masih hidup. Keterangan itu memperlihatkan kepada kita semua, bahwa jatuhnya Mubarrak hanyalah sebuah show.“

Verwirrung um Mubaraks Gesundheitszustand Portrait Porträt
Hosni MubarrakFoto: picture alliance/dpa

Militer Mesir telah mencopot kedoknya. Begitu pendapat mayoritas oposisi. Pakar politik, Hassan Nafaa mengatakan, "Kaki tangan kontra revolusi masih kuat. Kami harus mengalahkannya. Selain itu, kami belum tahu secara persis, apa tujuan militer. Saya tidak takut, kalau militer ingin mempertahankan kekuasaannya. Saya takut bahwa sistem yang mereka bangun bukanlah yang kami inginkan“

Salah satu tuntutan utama oposisi adalah mengadili Mubarrak. Namun menurut mereka, proses pengadilan berjalan kelewat lamban. Juga terhadap polisi dan pejabat. Sampai kini, investigasi atas pembunuhan demonstran belum menunjukkan hasil. Padahal akan sulit untuk menerima awal yang baru, apabila orang-orang ini tidak diadili.

Jürgen Stryjak/Edith Koesoemawiria,
Editor: Hendra Pasuhuk